Satu Dekade JKN, Pelayanan Berobat Semakin Cepat dan Bermutu
loading...
A
A
A
Hingga 12 Juli 2024, sebanyak 273,5 juta penduduk Indonesia telah terdaftar menjadi peserta JKN. Dengan terdaftarnya lebih dari 97% masyarakat Indonesia ke Program JKN, BPJS Kesehatan optimistis bisa mencapai target UHC tahun ini yakni 98% penduduk Indonesia terdaftar Program JKN. Angka kepuasan peserta pun meningkat tajam dari skor 81 pada 2014 menjadi 90,7 pada 2023.
“Penyakit-penyakit berbiaya katastropik sebetulnya bisa dicegah melalui penguatan fungsi FKTP dalam melaksanakan berbagai upaya promotif preventif, di sinilah peran TKMKB sangat dibutuhkan,” kata Ghufron. BPJS Kesehatan juga memperkuat layanan promotif, pencegahan, skrining dan konsultasi, sehingga bukan hanya peserta JKN yang sakit saja yang dapat memanfaatkan layanan JKN tetapi juga masyarakat yang sehat
Saat ini terdapat empat jenis layanan skrining yang bisa dimanfaatkan oleh peserta JKN, yaitu skrining diabetes melitus, skrining hipertensi, skrining kanker serviks, dan skrining kanker payudara. Ke depannya jenis layanan skrining yang dijamin BPJS Kesehatan akan diperluas secara bertahap hingga menjadi 14 jenis skrining. Layanan skrining tersebut di antaranya meliputi skrining thalassemia, skrining anemia, skrining hepatitis, skrining tuberkulosis, skrining kanker paru, dan beberapa skrining lainnya.
Pengamat kesehatan yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pemikiran senada. Menurut dia, perwujudan Universal Health Coverage (UHC) melalui program JKN harus mencakup tindakan promotif dan preventif. Tak sekadar tindakan kuratif semata.
“Artinya, jangan hanya orang sakit baru berobat, tetapi juga pencegahan. Untuk mengetahui sejak dini kondisi kesehatan seseorang seperti apa,” ujarnya kepada SINDONews. Dengan demikian, lanjut dia, jika ada masalah kesehatan yang menimpa masyarakat peserta BPJS Kesehatan, akan diketahui lebih dini. Dengan begitu tercipta pelayanan bermutu yang menjadi salah satu tujuan dari adanya JKN.
Satu dekade mengemban amanah menjalankan JKN, BPJS Kesehatan telah banyak menciptakan terobosan yang mengubah sistem layanan kesehatan di Indonesia. Ratusan juta orang sudah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Peningkatan jumlah peserta JKN itu juga diiringi dengan kemudahan akses layanan kesehatan.
Kemudahan layanan BPJS bukanlah sekadar klaim. Hal itu dirasakan oleh Uus Usman, warga Rancah, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Nasib tak mujur menimpanya saat dia harus cuti untuk mengunjungi keluarganya. Angan-angan bisa bercengkrama dengan anak-anaknya pun buyar tatkala mendadak dia jatuh pingsan di kamar mandi.
baca juga: BPJS Kesehatan Optimis Indonesia Mencapai Cakupan Kesehatan Semesta pada 2024
Yuliwati, sang istri pun panik. Berbekal mobil pick up milik tetangga, dia memboyong suaminya ke RS Dadi Keluarga, Ciamis. Masalah kembali mendera saat diketahui kartu BPJS Uus Usman tertinggal di Jakarta. Beruntung pengelola rumah sakit mengabarkan bahwa saat itu bisa menggunakan nomor induk kependudukan yang terdaftar di BPJS Kesehatan. Akhirnya, Uus pun bisa mendapatkan penanganan segera. “Saya sudah tak ingat apa-apa, semua istri yang urus,” paparnya kepada SINDOnews.
Karena Uus harus menjalani operasi di kepalanya, RS Dadi Keluarga pun merujuk Uus ke RS Margono Purwokerto yang memiliki peralatan lebih lengkap. Meskipun fasilitas kesehatannya berada di provinsi yang berbeda, namun tak ada prosedur berbelit yang dialami oleh Uus.
“Penyakit-penyakit berbiaya katastropik sebetulnya bisa dicegah melalui penguatan fungsi FKTP dalam melaksanakan berbagai upaya promotif preventif, di sinilah peran TKMKB sangat dibutuhkan,” kata Ghufron. BPJS Kesehatan juga memperkuat layanan promotif, pencegahan, skrining dan konsultasi, sehingga bukan hanya peserta JKN yang sakit saja yang dapat memanfaatkan layanan JKN tetapi juga masyarakat yang sehat
Saat ini terdapat empat jenis layanan skrining yang bisa dimanfaatkan oleh peserta JKN, yaitu skrining diabetes melitus, skrining hipertensi, skrining kanker serviks, dan skrining kanker payudara. Ke depannya jenis layanan skrining yang dijamin BPJS Kesehatan akan diperluas secara bertahap hingga menjadi 14 jenis skrining. Layanan skrining tersebut di antaranya meliputi skrining thalassemia, skrining anemia, skrining hepatitis, skrining tuberkulosis, skrining kanker paru, dan beberapa skrining lainnya.
Pengamat kesehatan yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pemikiran senada. Menurut dia, perwujudan Universal Health Coverage (UHC) melalui program JKN harus mencakup tindakan promotif dan preventif. Tak sekadar tindakan kuratif semata.
“Artinya, jangan hanya orang sakit baru berobat, tetapi juga pencegahan. Untuk mengetahui sejak dini kondisi kesehatan seseorang seperti apa,” ujarnya kepada SINDONews. Dengan demikian, lanjut dia, jika ada masalah kesehatan yang menimpa masyarakat peserta BPJS Kesehatan, akan diketahui lebih dini. Dengan begitu tercipta pelayanan bermutu yang menjadi salah satu tujuan dari adanya JKN.
Satu dekade mengemban amanah menjalankan JKN, BPJS Kesehatan telah banyak menciptakan terobosan yang mengubah sistem layanan kesehatan di Indonesia. Ratusan juta orang sudah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Peningkatan jumlah peserta JKN itu juga diiringi dengan kemudahan akses layanan kesehatan.
Kemudahan layanan BPJS bukanlah sekadar klaim. Hal itu dirasakan oleh Uus Usman, warga Rancah, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Nasib tak mujur menimpanya saat dia harus cuti untuk mengunjungi keluarganya. Angan-angan bisa bercengkrama dengan anak-anaknya pun buyar tatkala mendadak dia jatuh pingsan di kamar mandi.
baca juga: BPJS Kesehatan Optimis Indonesia Mencapai Cakupan Kesehatan Semesta pada 2024
Yuliwati, sang istri pun panik. Berbekal mobil pick up milik tetangga, dia memboyong suaminya ke RS Dadi Keluarga, Ciamis. Masalah kembali mendera saat diketahui kartu BPJS Uus Usman tertinggal di Jakarta. Beruntung pengelola rumah sakit mengabarkan bahwa saat itu bisa menggunakan nomor induk kependudukan yang terdaftar di BPJS Kesehatan. Akhirnya, Uus pun bisa mendapatkan penanganan segera. “Saya sudah tak ingat apa-apa, semua istri yang urus,” paparnya kepada SINDOnews.
Karena Uus harus menjalani operasi di kepalanya, RS Dadi Keluarga pun merujuk Uus ke RS Margono Purwokerto yang memiliki peralatan lebih lengkap. Meskipun fasilitas kesehatannya berada di provinsi yang berbeda, namun tak ada prosedur berbelit yang dialami oleh Uus.