Turkifikasi Kapal Perang Indonesia
loading...
A
A
A
Kedua negara juga bersepakat dalam penjualan produk akhir, penyediaan informasi ilmiah dan teknis, partisipasi pameran industri pertahanan dan simposium, serta jual-beli saling menguntungkan. Walaupun sudah terjalin kerja sama, bila dibanding Malaysia kehadiran alutsista antara Indonesia-Turki dibanding Malaysia-Turki sebenarnya kalah start.
Fakta ini bisa dibuktikan dengan keberadaan panser andalan Malaysia made in FNSS Savunma Sistemleri Turki, yakni V8 Gempita, yang dirakit perusahaan Malaysia, DefTech, berdasar panser Pars 8x8. Sebanyak 12 Panser 8x8 sudah didatangkan pada 2014. Sedangkan di Indonesia, alutsista Turki mulai menjadi pembicaraan saat PT Pindad meneken kerja sama dengan FNSS mengembangkan medium tank Kaplan MT atau tank Harimau.
baca juga: Tingkatkan Kerja Sama, KSAL Kunjungi Industri Kapal Perang Turki
Bagaimana kerja sama alutsista Indonesia-Turki seolah mengalami lompatan katak? Variabelnya tidak lain karena keseriusan Turki menunjukkan komitmennya untuk transfer of knowledge dan transfer of technology kepada Indonesia, seperti pada kasus kerjasama pembuatan Tank Harimau. Di sisi lain, kondisi ini juga terbentuk karena semakin yakinnya Indonesia terhadap kualitas produk made in Turki. Diskusi kedua negara juga kian intensif melalui Defence Dialogue Meeting Indonesia-Turkiye yang berjalan sejak 2020.
Karena faktor-faktor itulah, Indonesia-Turki beberapa tahun belakangan seolah tak berhenti mencatatkan proyek kerja sama alutsista. Pada 2022, misalnya, di sela Indo Defense 2022, sejumlah kesepakatan government to government (G to G) maupun business to business (B to B) dilakukan perusahaan atau pemerintah kedua negara. Kesepakatan mulai dari transaksi dan pengembangan simulator, CMS, berbagai jenis rudal, hingga drone tempur.
Adapun perusahaan yang terlibat antara lain PT Falah Inovasi Teknologi, PT PAL, PT Noahtu Shipyard dan PT Tesco Indomaritim. Sedangkan dari Turki ada Tais Gemi Insa Ve Teknoloji A.S, Roketsan dan Havelsan. Menhan Prabowo Subianto yang kala itu hadir menyaksikan prosesi tersebut bersama Presiden Badan Industri Pertahanan Turki Ismail Demir meyakini berbagai kerja sama tersebut bakal mendongkrak kemampuan industri pertahanan Indonesia.
Masih di tahun 2022, Prabowo dengan koleganya dari Turki, Menhan Hulusi Akar menandatangani MoU Kerja Sama Industri Pertahanan di sela KTT G-20 di Nusa Dua Bali (14/11). Paling monumental dari kesepakatan itu adalah kesepakatan membentuk dewan kerja sama strategis, termasuk dalamnya mencakup kerja sama pertahanan. Prabowo menilai kesepakatan ini bukan hanya memantabkan kerja sama G to G, tapi juga akan memperkuat ikatan dan kemakmuran dua negara dan rakyatnya.
Selanjutnya pada 2023, kerja sama kian dikokohkan ketika Prabowo menerima kunjungan Menlu Turki HE Mr Hakan Fidan (15/07). Keduanya bersepakat mengeksplorasi lebih banyak peluang kerja sama pertahanan pada masa mendatang. Langkah ini urgen dilakukan untuk meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata maupun sektor industri pertahanan kedua negara.
Kapabilitas Diakui
Eratnya kerja sama yang terbangun antara Indonesia-Turki tentu menjadi variabel penting dari kebijakan Turkifikasi kapal perang TNI AL. Namun, lebih mendasar lagi adalah kapabilitas perusahaan negeri tersebut memproduksi alutsista canggih dan bisa diandalkan, termasuk untuk menjaga kedaulatan NKRI di wilayah laut. Selain itu, terbukanya Turki untuk melakukan transfer of technology kepada Indonesia.
Fakta ini bisa dibuktikan dengan keberadaan panser andalan Malaysia made in FNSS Savunma Sistemleri Turki, yakni V8 Gempita, yang dirakit perusahaan Malaysia, DefTech, berdasar panser Pars 8x8. Sebanyak 12 Panser 8x8 sudah didatangkan pada 2014. Sedangkan di Indonesia, alutsista Turki mulai menjadi pembicaraan saat PT Pindad meneken kerja sama dengan FNSS mengembangkan medium tank Kaplan MT atau tank Harimau.
baca juga: Tingkatkan Kerja Sama, KSAL Kunjungi Industri Kapal Perang Turki
Bagaimana kerja sama alutsista Indonesia-Turki seolah mengalami lompatan katak? Variabelnya tidak lain karena keseriusan Turki menunjukkan komitmennya untuk transfer of knowledge dan transfer of technology kepada Indonesia, seperti pada kasus kerjasama pembuatan Tank Harimau. Di sisi lain, kondisi ini juga terbentuk karena semakin yakinnya Indonesia terhadap kualitas produk made in Turki. Diskusi kedua negara juga kian intensif melalui Defence Dialogue Meeting Indonesia-Turkiye yang berjalan sejak 2020.
Karena faktor-faktor itulah, Indonesia-Turki beberapa tahun belakangan seolah tak berhenti mencatatkan proyek kerja sama alutsista. Pada 2022, misalnya, di sela Indo Defense 2022, sejumlah kesepakatan government to government (G to G) maupun business to business (B to B) dilakukan perusahaan atau pemerintah kedua negara. Kesepakatan mulai dari transaksi dan pengembangan simulator, CMS, berbagai jenis rudal, hingga drone tempur.
Adapun perusahaan yang terlibat antara lain PT Falah Inovasi Teknologi, PT PAL, PT Noahtu Shipyard dan PT Tesco Indomaritim. Sedangkan dari Turki ada Tais Gemi Insa Ve Teknoloji A.S, Roketsan dan Havelsan. Menhan Prabowo Subianto yang kala itu hadir menyaksikan prosesi tersebut bersama Presiden Badan Industri Pertahanan Turki Ismail Demir meyakini berbagai kerja sama tersebut bakal mendongkrak kemampuan industri pertahanan Indonesia.
Masih di tahun 2022, Prabowo dengan koleganya dari Turki, Menhan Hulusi Akar menandatangani MoU Kerja Sama Industri Pertahanan di sela KTT G-20 di Nusa Dua Bali (14/11). Paling monumental dari kesepakatan itu adalah kesepakatan membentuk dewan kerja sama strategis, termasuk dalamnya mencakup kerja sama pertahanan. Prabowo menilai kesepakatan ini bukan hanya memantabkan kerja sama G to G, tapi juga akan memperkuat ikatan dan kemakmuran dua negara dan rakyatnya.
Selanjutnya pada 2023, kerja sama kian dikokohkan ketika Prabowo menerima kunjungan Menlu Turki HE Mr Hakan Fidan (15/07). Keduanya bersepakat mengeksplorasi lebih banyak peluang kerja sama pertahanan pada masa mendatang. Langkah ini urgen dilakukan untuk meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata maupun sektor industri pertahanan kedua negara.
Kapabilitas Diakui
Eratnya kerja sama yang terbangun antara Indonesia-Turki tentu menjadi variabel penting dari kebijakan Turkifikasi kapal perang TNI AL. Namun, lebih mendasar lagi adalah kapabilitas perusahaan negeri tersebut memproduksi alutsista canggih dan bisa diandalkan, termasuk untuk menjaga kedaulatan NKRI di wilayah laut. Selain itu, terbukanya Turki untuk melakukan transfer of technology kepada Indonesia.