Konsolidasi Nasional Alumni ITS: Mau Dibawa ke Mana?
loading...
A
A
A
Ketiga, bencana alam dan perubahan iklim. Indonesia dikenal sebagai wilayah yang menjadi bagian ring of fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik. Keberadaan Ring of Fire yang meliputi wilayah Indonesia inilah yang menyebabkan rawan dilanda bencana gempa bumi hingga gunung meletus.
Di sisi lain, Indonesia juga sudah mulai menerima dampak perubahan iklim seperti peningkatan suhu, kenaikan permukaan air laut, dan kekeringan juga berdampak serius pada berbagai sektor, terutama pertanian dan perikanan.
Keempat, pendidikan dan sumber daya manusia. Dengan populasi mendekati 300 juta, Indonesia negara dengan jumlah penduduk nomor empat dunia (World Population Review 2024). Meski demikian, potensi sumber daya manusia yang besar itu masih tertinggal dalam aspek kualitas pendidikan. Indeks pendidikan tinggi Indonesia berada di peringkat ke-96 dari 173 negara, kalah dari Vietnam, Malaysia, Thailand, apalagi Singapura (Kompas.id, 2 Mei 2924)
Kelima, tantangan terakhir yang sangat penting adalah pengelolaan Lingkungan dan sumber daya alam. Bagaimana kegiatan eksploitasi dan eksplorasi tidak menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati sehingga tidak berdampak lanjut pada kehidupan masyarakat, masih menjadi tantangan di Indonesia. :
Pertanyaannya, sudah cukup efektifkah model kepengurusan IKA ITS saat ini? Ada baiknya model kepengurusan IKA ITS ke depan adalah kepemimpinan kolektif kolegial. Model ini merupakan jawaban atas makin kompleksnya tantangan bangsa dan negara ke depan, juga makin tingginya peran alumni ITS untuk memberikan kontribusi.
Kepemimpinan kolektif kolegial ini terdiri atas 5 (lima) orang presidium. Salah satu presidium akan bertindak sebagai koordinator dengan masa tugas selama 9 (sembilan) bulan dan digantikan presidium lain secara bergiliran dengan masa tugas yang sama.
Khusus untuk koordinator presidium pertama mendapat tambahan waktu selama 3 (tiga) bulan dalam rangka penyusunan dan pengesahan program kerja, serta pelantikan pengurus. Dengan demikian total masa tugas presidium adalah 48 (empat puluh delapan) bulan atau tetap 4 (empat) tahun seperti selama ini.
Perubahan struktur kepengurusan ini juga penting bila mengacu pada anatomi pemerintahan. Saat ini kabinet berjumlah 34 kementerian dan berpeluang besar untuk bertambah dalam pemerintahan baru nanti.
Melalui kepemimpinan kolektif kolegial, IKA ITS juga akan membagi konsentrasi bidang untuk mengoptimalkan kontribusi para anggotanya. Sebutlah ada lima orang presidium, masing-masing pemimpin bisa membidangi tujuh kementerian. Dengan begitu, setiap bidang yang menjadi concern pemerintahan tidak lepas dari perhatian IKA ITS.
Lebih dari itu, model kemimpinan kolektif kolegial juga meminimalkan “gesekan” yang kerap menjebak IKA ITS untuk maju setiap menjelang kongres. Sebaliknya model ini memberikan kesempatan lebih luas pada lebih banyak alumni ITS untuk tampil menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin.
Di sisi lain, Indonesia juga sudah mulai menerima dampak perubahan iklim seperti peningkatan suhu, kenaikan permukaan air laut, dan kekeringan juga berdampak serius pada berbagai sektor, terutama pertanian dan perikanan.
Keempat, pendidikan dan sumber daya manusia. Dengan populasi mendekati 300 juta, Indonesia negara dengan jumlah penduduk nomor empat dunia (World Population Review 2024). Meski demikian, potensi sumber daya manusia yang besar itu masih tertinggal dalam aspek kualitas pendidikan. Indeks pendidikan tinggi Indonesia berada di peringkat ke-96 dari 173 negara, kalah dari Vietnam, Malaysia, Thailand, apalagi Singapura (Kompas.id, 2 Mei 2924)
Kelima, tantangan terakhir yang sangat penting adalah pengelolaan Lingkungan dan sumber daya alam. Bagaimana kegiatan eksploitasi dan eksplorasi tidak menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati sehingga tidak berdampak lanjut pada kehidupan masyarakat, masih menjadi tantangan di Indonesia. :
Kepemimpinan Kolektif Kolegial
IKA ITS sepatutnya dapat beradaptasi, bercermin pada sejumlah tantangan tersebut. PP IKA ITS yang serantai struktur dengan Pengurus Wilayah dan Pengurus Komisariat Jurusan, harus mampu memobilisasi seluruh geraknya secara nasional yang setelah kongres diikuti pembaruan pengurus-pengurus wilayah untuk mempercepat laju pembangunanPertanyaannya, sudah cukup efektifkah model kepengurusan IKA ITS saat ini? Ada baiknya model kepengurusan IKA ITS ke depan adalah kepemimpinan kolektif kolegial. Model ini merupakan jawaban atas makin kompleksnya tantangan bangsa dan negara ke depan, juga makin tingginya peran alumni ITS untuk memberikan kontribusi.
Kepemimpinan kolektif kolegial ini terdiri atas 5 (lima) orang presidium. Salah satu presidium akan bertindak sebagai koordinator dengan masa tugas selama 9 (sembilan) bulan dan digantikan presidium lain secara bergiliran dengan masa tugas yang sama.
Khusus untuk koordinator presidium pertama mendapat tambahan waktu selama 3 (tiga) bulan dalam rangka penyusunan dan pengesahan program kerja, serta pelantikan pengurus. Dengan demikian total masa tugas presidium adalah 48 (empat puluh delapan) bulan atau tetap 4 (empat) tahun seperti selama ini.
Perubahan struktur kepengurusan ini juga penting bila mengacu pada anatomi pemerintahan. Saat ini kabinet berjumlah 34 kementerian dan berpeluang besar untuk bertambah dalam pemerintahan baru nanti.
Melalui kepemimpinan kolektif kolegial, IKA ITS juga akan membagi konsentrasi bidang untuk mengoptimalkan kontribusi para anggotanya. Sebutlah ada lima orang presidium, masing-masing pemimpin bisa membidangi tujuh kementerian. Dengan begitu, setiap bidang yang menjadi concern pemerintahan tidak lepas dari perhatian IKA ITS.
Lebih dari itu, model kemimpinan kolektif kolegial juga meminimalkan “gesekan” yang kerap menjebak IKA ITS untuk maju setiap menjelang kongres. Sebaliknya model ini memberikan kesempatan lebih luas pada lebih banyak alumni ITS untuk tampil menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin.