Filsafat Konfusius, Tao, dan Strategi Sun Tzu: Ketenangan Strategis Xi Jinping dalam Menghadapi Taiwan

Jum'at, 21 Juni 2024 - 18:52 WIB
loading...
Filsafat Konfusius,...
Harryanto Aryodiguno, Ph.D Dosen Hubungan Internasional President University. Foto/SINDOnews
A A A
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Dosen Hubungan Internasional President University

MENGUTIP Financial Times pada 15 Juni 2024 tentang China dalam menyelesaikan urusan Taiwan, Xi Jinping pada April 2023 mengatakan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahwa Amerika Serikat sedang mencoba untuk memancing China agar menginvasi Taiwan, tetapi dia tidak akan terjebak.

Terlepas dari kebenaran atau tidaknya informasi ini, menurut penulis bahwa bagi Xi Jinping, penyatuan Taiwan dengan kekuatan militer bukanlah masalah yang mendesak dan penting. Jika Xi Jinping memiliki urgensi yang sama dengan Putin terhadap situasi di Ukraina, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sudah lama beraksi.

Fenomena ini menunjukkan beberapa fakta: pertama, Xi Jinping sangat memahami arti dari "perang adalah bencana besar dan berbahaya." Kedua, persaingan antara negara-negara besar bukanlah tentang kepentingan jangka pendek, tetapi tentang stabilitas dan kemakmuran jangka panjang. Ketiga, sebelum kekuatan militer PLA secara signifikan melampaui militer AS, tidak akan mudah bagi China untuk mengambil tindakan militer terhadap Taiwan.

Pepatah "Bing Xiong Zhan Wei" (perang adalah bencana besar dan berbahaya) berasal dari Dinasti Han, dari pepatah ini kita bisa mengetahui bahwa “perang adalah alat yang berbahaya dan hal yang berisiko. Demikian juga, perang bisa mengubah masalah yang besar menjadi kecil, maupun mengubah yang kuat menjadi lemah, dan semua itu hanya dalam sekejap." Ini menunjukkan bahwa perang sangat berbahaya dan menakutkan.

Istilah "zai fu yang zhi jian" menekankan bahwa dalam waktu yang sangat singkat, sesuatu dapat mengalami perubahan besar. Jika ingin menekankan perubahan yang terjadi dalam masalah penyatuan Taiwan dengan kekuatan militer, itu berarti dalam "sekejap mata." Sekarang jika kita melihat kembali ungkapan "yi da wei xiao、yi jiang wei ruo", artinya dari besar menjadi kecil, dari kuat menjadi lemah, hanya dalam "sekejap mata."

Apakah besar atau kecil, kuat atau lemah, semuanya bisa berubah dalam sekejap. Mengangkat kepala tentu merupakan tanda semangat dan keberanian, menundukkan kepala membutuhkan kekuatan dalam dan strategi. Untuk mengubah keadaan dalam sekejap, pertama-tama diperlukan "kekuatan ketenangan" yang luar biasa, yaitu mempertahankan keadaan "stabil" tanpa terganggu.

Misalnya, dalam Pemberontakan Tujuh Raja di Dinasti Han, komandan Han, Zhou Yafu, dalam Pertempuran Changyi, pasukan gabungan Wu dan Chu beberapa kali menantang dan ingin memprovokasi Zhou Yafu untuk berperang, tetapi Zhou Yafu tetap tidak bergerak. Ketika pasukan gabungan Wu dan Chu mundur, Zhou Yafu segera menyerang dan menghancurkan 300.000 pasukan Wu dan Chu. Inilah yang disebut "kekuatan ketenangan strategis" Zhou Yafu.

Banyak cerita serupa dalam sejarah. Jika membaca lebih banyak sejarah China, kita akan memahami mengapa Xi Jinping mengatakan kepada Ursula von der Leyen: "Amerika Serikat mencoba memancing China untuk menginvasi Taiwan, tetapi dia tidak akan terjebak," sebagai bentuk kekuatan ketenangan strategis.

Kekuatan ketenangan strategis adalah konsep khas China, salah satu manifestasinya adalah kehati-hatian dalam perang. Dalam "Da Xue": "Mengetahui kapan harus berhenti kemudian memiliki ketenangan, ketenangan kemudian mampu tenang, ketenangan kemudian bisa stabil, stabil kemudian bisa berpikir, berpikir kemudian bisa memperoleh." Pemimpin yang memiliki ketenangan mampu menghadapi perubahan tanpa panik, dan menghadapi bahaya tanpa takut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1881 seconds (0.1#10.140)