Momentum Hardiknas dan Milenial

Kamis, 02 Mei 2019 - 04:59 WIB
Momentum Hardiknas dan Milenial
Momentum Hardiknas dan Milenial
A A A
HARI Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati bangsa Indonesia setiap 2 Mei. Peringatan ini selalu digelar se­ba­gai upaya merefleksikan pentingnya pendidikan dalam upaya membangun jati diri bangsa. Pendidikan sangat penting untuk membangun generasi penerus bangsa, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun budi pekertinya.

Saat ini bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Tantangan tidak hanya dari luar negeri, melainkan dalam ne­ge­ri. Kompleksitas ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia agar bangsa ini bisa bersaing di kancah global.

Teknologi juga semakin ber­kembang dalam rangka mempermudah manusia dalam akti­vi­tas­nya. Saat ini digitalisasi merambah hampir ke semua bidang ke­hi­dup­an. Re­vo­lusi Industri 4.0 kini di depan mata.

Akibatnya terjadi disrupsi da­­lam berbagai bentuk. Banyak pekerjaan yang selama ini dikerjakan ma­nusia kini digantikan oleh mesin yang dikendalikan sistem kom­pu­ter. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan, meski di saat yang sama era digital juga meng­hadirkan pekerjaan baru yang tidak ada se­be­lumnya.

Disrupsi bisa dilihat dari bergesernya layanan konvensional menjadi dalam jaringan (daring). Lihatlah betapa ojek daring dan taksi daring menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Disrupsi juga me­landa perusahaan ritel besar dan layanan berbelanja kini digantikan oleh sistem daring. Pendidikan menjadi kunci untuk memenangi persaingan yang sudah pasti keras di era Industri 4.0 ini.

Tantangan tidak hanya berupa kemajuan teknologi digital yang membutuhkan adaptasi. Dalam konteks Indonesia, saat ini beragam tantangan dari dalam juga muncul dan mesti diantisipasi demi me­nye­lamatkan masa depan bangsa. Tantangan tersebut adalah me­nguat­nya intoleransi. Ketika dulu perbedaan suku, agama, ras dan an­tar­golongan (SARA) dianggap sebagai hal lumrah atau biasa, se­ka­rang ini ada kecenderungan semangat itu mulai meluntur. Penghormatan atas perbedaan keyakinan mulai berkurang.

Tantangan lain adalah ektremisme dan terorisme. Jaringan terorisme internasional tidak pernah berhenti bekerja. Bahkan, tak jarang pelaku-pelaku pengeboman bunuh diri dilakukan oleh anak muda yang terlebih dulu didoktrin dengan paham yang sesat. Paham kekerasan ini akan terus ditularkan dengan menyasar generasi muda. Apalagi kemajuan teknologi digital dan internet memudahkan pelaku kejahatan dalam menyebarkan pengaruhnya.

Tantangan lainnya adalah narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba). Tidak sedikit generasi muda yang kini terjerat dalam penyalahgunaan narkoba. Bahkan yang mengerikan, anak belasan tahun yang duduk di bangku SMP, bahkan SD, juga mulai dipengaruhi narkoba. Ini tak lepas dari kelihaian dari para bandar narkoba men­cip­takan pasar. Tantangan lainnya adalah melunturnya sikap peng­hor­matan sebagian generasi muda. Belakangan kita kerap menyaksikan ada pelajar yang berani menantang bahkan melakukan kekerasan terhadap gurunya. Tentu ini fakta yang sangat memiriskan.

Kita mafhum bahwa perubahan zaman adalah keniscayaan namun itu tentu tetap perlu disikapi dengan bijak. Ge­ne­rasi muda harus diajari bagaimana menerima dan menyaring informasi yang beredar secara masif, khususnya di dunia maya. Tidak begitu saja gampang meniru hal-hal yang belum tentu positif tanpa saringan dan arahan, potensi generasi muda berperilaku destruktif menjadi aktual.

Atas berbagai tantangan yang menghadang tersebut, penting un­tuk menjadikan momentum Hardiknas 2019 untuk kembali meng­gelorakan penguatan karakter bangsa melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal. Pendidikan perlu semakin diarahkan pada pe­nguatan karakter. Pendidikan karakter penting ditanamkan agar ge­nerasi muda memiliki wawasan kebangsaan, nasionalisme, pa­trio­tisme yang kuat.

Inti pendidikan karakter adalah menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi bangsa kepada generasi muda. Dengan begitu, akan tumbuh benih-benih kebinekaan dalam setiap diri generasi milenial. Pendidikan karakter akan membentengi ge­nerasi muda dari serangan hal-hal negatif di atas.

Penting mem­be­n­tengi milenial ini karena masa depan Indonesia ada di tangan mereka. Te­kad dan semangat untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045, atau pada saat HUT ke-100 Republik Indonesia harus terus dinyalakan. Namun, terwujud tidaknya cita-cita tersebut sangat tergantung pada kondisi generasi muda kita hari ini.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4611 seconds (0.1#10.140)