4 Jaksa Agung dengan Masa Jabatan Terlama, Nomor 1 Berjuluk Bapak Kejaksaan
loading...
A
A
A
Posisi Jaksa Agung diduduki Ali Said pada periode 1973-1981 atau sekitar delapan tahun lamanya. Sebelumnya, ia ditunjuk menggantikan Sugih Arto.
Mengutip laman Perpusnas RI, Ali Said lahir di Magelang, Jawa Tengah, 12 Juni 1927. Pada perjalanan kariernya, ia sudah berpengalaman menjabat berbagai posisi strategis lain.
Pada 1966, Ali Said menjadi Ketua Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) Jakarta. Sebelum itu, ia lebih dulu bertugas sebagai jaksa Pengadilan Militer dalam mengadili para pemberontak PRRI/Permesta.
Kariernya semakin meroket ketika ditunjuk menjadi Jaksa Agung periode (1973-1981. Setelah itu, Ali Said sempat menjadi Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan IV (1983-1988). Ketua Mahkamah Agung (1984-1992) hingga Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) (1993-1996).
FOTO/DEPARTEMEN INFORMASI
Singgih menjabat sebagai Jaksa Agung pada periode 1990-1998. Sebelumnya, ia menggantikan Sukarton Marmosudjono yang wafat.
Penunjukan Singgih sebagai Jaksa Agung menjadi fenomena baru di kalangan kejaksaan. Sejak orde baru, ini adalah kali pertama Jaksa agung diangkat dari kalangan jaksa sendiri alias jaksa karier.
Lebih jauh, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur diketahui sebagai penerima beasiswa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1960. Ia pun menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Surabaya.
Singgih memulai karier sebagai jaksa di Direktorat Reserse Kejaksaan Agung. Seiring waktu, catatan kariernya terus menanjak.
Tercatat, ia pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar dan Jakarta Pusat, Kajati NTB, Sulawesi Utara hingga dan Kajati Jakarta. Singgih juga sempat ditarik Menteri Kehakiman Ismail Saleh menjadi Irjen Departemen Kehakiman sebelum diangkat sebagai Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Khusus.
Saat bertugas, ada banyak peristiwa penting yang terjadi. Di antaranya seperti terbongkarnya kasus kredit Bapindo kepada Golden Key Grup pimpinan Eddy Tansil hingga kasus korupsi pada Bank Duta dengan terdakwa Dicky Iskandardinata.
Mengutip laman Perpusnas RI, Ali Said lahir di Magelang, Jawa Tengah, 12 Juni 1927. Pada perjalanan kariernya, ia sudah berpengalaman menjabat berbagai posisi strategis lain.
Pada 1966, Ali Said menjadi Ketua Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) Jakarta. Sebelum itu, ia lebih dulu bertugas sebagai jaksa Pengadilan Militer dalam mengadili para pemberontak PRRI/Permesta.
Kariernya semakin meroket ketika ditunjuk menjadi Jaksa Agung periode (1973-1981. Setelah itu, Ali Said sempat menjadi Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan IV (1983-1988). Ketua Mahkamah Agung (1984-1992) hingga Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) (1993-1996).
3. Singgih
FOTO/DEPARTEMEN INFORMASI
Singgih menjabat sebagai Jaksa Agung pada periode 1990-1998. Sebelumnya, ia menggantikan Sukarton Marmosudjono yang wafat.
Penunjukan Singgih sebagai Jaksa Agung menjadi fenomena baru di kalangan kejaksaan. Sejak orde baru, ini adalah kali pertama Jaksa agung diangkat dari kalangan jaksa sendiri alias jaksa karier.
Lebih jauh, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur diketahui sebagai penerima beasiswa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1960. Ia pun menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Surabaya.
Singgih memulai karier sebagai jaksa di Direktorat Reserse Kejaksaan Agung. Seiring waktu, catatan kariernya terus menanjak.
Tercatat, ia pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar dan Jakarta Pusat, Kajati NTB, Sulawesi Utara hingga dan Kajati Jakarta. Singgih juga sempat ditarik Menteri Kehakiman Ismail Saleh menjadi Irjen Departemen Kehakiman sebelum diangkat sebagai Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Khusus.
Saat bertugas, ada banyak peristiwa penting yang terjadi. Di antaranya seperti terbongkarnya kasus kredit Bapindo kepada Golden Key Grup pimpinan Eddy Tansil hingga kasus korupsi pada Bank Duta dengan terdakwa Dicky Iskandardinata.