TNI AL Merajut Asa untuk Indonesia Emas

Selasa, 28 Mei 2024 - 06:55 WIB
loading...
TNI AL Merajut Asa untuk Indonesia Emas
Ilustrasi: Masyudi/SINDOnews
A A A
SATU persatu, alutsista canggih hadir melengkapi kekuatan armada perang TNI AL . Terbaru adalah akuisisi dua kapal Pattugliatore Polivalente d'Altura (PPA) produksi Fincantieri Italia yang dibekali kemampuan multi-misi berteknologi terkini. Dengan sistem rudal permukaan ke udara (Surface to Air Missile /SAM)Aster 15/30beserta peluncur vertical DCNS Sylver A43, kapal jenis OPV buatan Fincantieri tersebut akan menjadi salah satu kapal terkuat di kawasan Asean.

baca juga: Membangun Otot TNI AL

Selama menunggu kedatangan kapal PPA kelas Taon di Revel yang dijadwalkan tiba pada Oktober 2024 dan April 2025, Indonesia juga tengah membangun dua kapal Fregat Merah Putih. Keel laying kontruksi kapal pertama telah dilakukan PT PAL Surabaya telah dilakukan pada Agustus 2023 lalu. Pembuatan kapal perang dengan desain berbasis kapal Arrowhead milik Babcock Inggris diperkirakan memakan waktu hingga 5-8 tahun ke depan.

Tak kalah mengguncang, TNI AL juga akan diperkuat dua kapal selam Scorpene made in Naval Group, Prancis. Keputusan akusisi ini disertai skema Transfer of Technology (ToT), dengan pembangunan juga dilakukan di galangan kapal kebanggaan nasional yang bermarkas di Surabaya tersebut.

Bahkan, kabar teranyar TNI mengincar empat kapal selam tambahan sebelum Scorpène Evolved hadir menjadi tulang punggung TNI AL (interim). Untuk diketahui, Scorpène Evolved baru akan diserahkan ke TNI AL dalam waktu 96 bulan, atau delapan tahun, sejak kontrak mulai berlaku. Di sisi lain, Indonesia juga membutuhkan setidaknya 12 kapal selam untuk bisa menjaga wilayah maritim Indonesia yang sangat luas.

Keberadaan kapal selam, terutama Scorpene Evolved, diandalkan menghadirkan daya gentar (detterenet effect) dan game canger persaingan kekuatan bawah laut mengingat kecanggihan teknologinya. Berdasar spesifikasinya, kapal selam ini ditenagai baterai Evolved Full Lithium-Ion yang membuatnya mampu melakukan misi selama 78-80 hari; dan sistem tempur generasi terbaru- Subtics, dan mampu menenteng 28 torpedo dan peluru kendali.

Walaupun sudah dibekali beragam alutsista laut gahar, ternyata akuisisi kapal PPA Taon di Revel, Fregat Merah Putih, dan kapal selam Scorpene Evolved tersebut hanya mengisi sebagian puzzle kekuatan yang dibutuhkan TNI AL. Lebih dari itu, TNI masih memiliki asa mendatangkan berbagai jenis alutsista tak kalah canggih lainnya.

Paparan daftar tambahan prioritas alutsista TNI AL yang akan dikejar pada periode 2025-2045 itu disampaikan langsung Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali pada momen silaturahmi dan halal-bihalal para KSAL dari masa ke masa dan keluarga besar TNI AL, di Jakarta (19/4).

Selain alutsista yang sudah diakuisisi atau tengah dibangun, untuk penguatan kapabilitas TNI AL dalam 20 tahun ke depan itu TNI AL di antaranya mengincar beragam alutsista mulai dari sistem pertahanan pesisir (coastal defence) hingga pesawat patroli maritim multi-misi (MPA) P-6. Target belanja yang muncul dalam paparan Muhammad Ali antara lain meliputi pesawat nirawak bersenjata atau unmanned combat aircraft vehicle (UCAV) Bayraktar Akinci jenis high altitude long endurance (HALE), dan UCAV Bayraktar TB-2 jenis medium altitude long endurance (MALE) dari Turki.

Selanjutnya tercantum pula kapal perang landing helicopter dock (LHD), kendaraan tempur (ranpur) untuk Korps Marinir berupa HIMARS yang diarahkan untuk mendukung sistim pertahanan pesisir/coastal defence, kendaraan pendarat amfibi ACV 8x8, hingga destroyer Type 052D Luyang-III Class buatan Negeri Tirai Bambu.

baca juga: TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?

Belum lagi kendaraan bawah air tanpa awak (UUVs) yang juga diincar TNI AL. Rencananya, alutsista jenis ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai misi seperti ukungan pasukan khusus dan intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR). Selain itu, UUVs dapat diintegrasikan dengan Scorpene Evolved.

Sekilas, target yang diinginkan TNI AL sangat ambisius. Namun, bila melihat akuisisi kapal PPA, Fregat Merah Putih, dan kapal selam Scorpene Evolved yang telah dilakukan, daftar belanja tersebut bukanlah isapan jempol. TNI AL bisa disebut tengah merajut asa memenuhi kebutuhan alutsista demi naik kelas meningkatkan kapabilitasnya. Untuk keperluan apakah?

Tantangan Berat

Secara faktual, tantangan yang dihadapi Indonesia di sektor laut sangat lah berat. Betapa tidak, negeri ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau besar dan kecil didalamnya, memiliki luas wilayah nasional lebih dari 5 juta km2, dan 2/3 wilayah berupa perairan seluas lebih dari 3,1 juta km2.

Dari Zona Ekonomi Ekslusif selebar 200 mil, Indonesia mendapat tambahan pengelolaan laut seluas 2,7 juta km2, sehingga seluruh luas perairan yang menjadi tanggung jawab Indonesia menjadi sekitar 5,8 juta km2. Belum lagi panjang garis pantai yang keseluruhan mencapai 80.791 km.

Indonesia juga memiliki posisi geografis yang sangat strategis dan vital dalam geo-ekonomi dan geo-politik, yakni di antara Australia dan benua Asia, serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kondisi geografis ini menempatkan Indonesia sebagai jalur penghubung lalu lintas komunikasi dan perdagangan laut antar-benua dan samudera.

Jalur-jalur pelayaran di wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia terbentuk secara alamiah dan membentuk sea lanes of transportation/communication (SLOT/C) yang strategis di Indonesia. Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makassar, ALKI-I, ALKI-II, dan ALKI III merupakan SLOT/C vital yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Perairan Indonesia mempunyai perbatasan laut dengan 10 negara, yaitu Australia, Timor Leste, Papua New Guinea, Palau, Philipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, dan India.

Dari sisi geo-ekonomi, wilayah perairan laut Indonesia menyimpan kekayaaan alam melimpah, seperti minyak bumi, gas alam, mineral, serta sumber daya perikanan. Potensi minyak bumi dan gas dengan nilai ekonomi sangat tinggi misalnya berada di perairan Natuna dan perairan Andaman.

Siapa tidak tergiur dengan demikan besar kekayaan alamiah yang dimiliki negeri ini? Pertanyaan inilah yang harus dicamkan semua komponen bangsa ini, dan menjadi pijakan pembuatan kebijakan pertahananan, termasuk memperkuat pertahanan di sektor laut. Dengan posisi di lalu lintas pelayaran dan perniagaan dunia, Indonesia pun dituntut bertanggung jawab menghadirkan keamanan di wilayah perairannya.

Inilah tugas yang diemban TNI AL. Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut, TNI AL memiliki tugas dan kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara di laut sesuai dengan amanat UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI.

baca juga: Arti dan Sejarah Doktrin TNI AL Jalesveva Jayamahe

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang menempatkan sektor kemaritiman sebagai driving force pembangunan nasional Indonesia, maka pembangunan kekuatan TNI AL tidak hanya ditujukan pada aspek pertahanan NKRI, tetapi juga menjamin keselamatan pelayaran dan bahaya kejahatan transnational.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1467 seconds (0.1#10.140)
pixels