BKKBN: Bonus Demografi Harus Bisa Menjadi Bonus Kesejahteraan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bonus demografi yang saat ini mulai terjadi di Indonesia tak lepas dari penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak 1970. Hal itu telah membuka celah kesempatan atau window opportunity untuk mendapatkan bonus demografi.
“Sekarang ini kita masuk di window opportunity karena perjuangan panjang yang dilakukan program BKKBN sejak 1970-an. Tapi celah bonus demografi itu tidak serta merta bisa ditransformasikan menjadi bonus kesejahteraan. Syaratnya luar biasa banyak,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam diskusi daring, Selasa (18/8/2020).
Dia menilai, saat ini sudah saatnya keluarga-keluarga di Indonesia lebih berkualitas. Namun, beban tersebut tidak ringan. Sebab menurutnya, kualitas keluarga menjadi syarat utama untuk memetik dan mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan. (Baca juga: BKKBN Gandeng BIG Benahi Data Kependudukan Indonesia)
Mantan Bupati Kulon Progo itu menegaskan perubahan pola pikir atau mindset merupakan sebuah keniscayaan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun hal itu harus didorong dari anak-anak muda di masa sekarang. “Tidak sekedar hanya business as usual, tetapi harus menciptakan jalan inovatif dan revolusioner. Itu adalah anak-anak muda yang mempunyai kekuatan,” ujar dia.
Lantaran itu, Hasto mendorong agar BKKBN dan seluruh elemen terkait termasuk keluarga, harus terus mengawal agar generasi muda tidak salah arah. Salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai luhur di dalam keluarga. Di sisi lain, dirinya juga berharap agar ke depannya ada pemetaan sosial mengenai keluarga-keluarga yang termasuk kategori miskin, prasejahtera, dan sejahtera. (Baca juga: BKKBN Ajak Bersama Wujudkan Indonesia Ramah Disabilitas)
Dengan begitu, akan memudahkan dalam memberikan pendampingan atau bantuan yang jelas untuk menopang keluarga, terutama keluarga yang miskin maupun prasejahtera. “Kalau kita ingin merubah suatu negara, tentu bisa dimulai dari keluarga,” tukasnya.
“Sekarang ini kita masuk di window opportunity karena perjuangan panjang yang dilakukan program BKKBN sejak 1970-an. Tapi celah bonus demografi itu tidak serta merta bisa ditransformasikan menjadi bonus kesejahteraan. Syaratnya luar biasa banyak,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam diskusi daring, Selasa (18/8/2020).
Dia menilai, saat ini sudah saatnya keluarga-keluarga di Indonesia lebih berkualitas. Namun, beban tersebut tidak ringan. Sebab menurutnya, kualitas keluarga menjadi syarat utama untuk memetik dan mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan. (Baca juga: BKKBN Gandeng BIG Benahi Data Kependudukan Indonesia)
Mantan Bupati Kulon Progo itu menegaskan perubahan pola pikir atau mindset merupakan sebuah keniscayaan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun hal itu harus didorong dari anak-anak muda di masa sekarang. “Tidak sekedar hanya business as usual, tetapi harus menciptakan jalan inovatif dan revolusioner. Itu adalah anak-anak muda yang mempunyai kekuatan,” ujar dia.
Lantaran itu, Hasto mendorong agar BKKBN dan seluruh elemen terkait termasuk keluarga, harus terus mengawal agar generasi muda tidak salah arah. Salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai luhur di dalam keluarga. Di sisi lain, dirinya juga berharap agar ke depannya ada pemetaan sosial mengenai keluarga-keluarga yang termasuk kategori miskin, prasejahtera, dan sejahtera. (Baca juga: BKKBN Ajak Bersama Wujudkan Indonesia Ramah Disabilitas)
Dengan begitu, akan memudahkan dalam memberikan pendampingan atau bantuan yang jelas untuk menopang keluarga, terutama keluarga yang miskin maupun prasejahtera. “Kalau kita ingin merubah suatu negara, tentu bisa dimulai dari keluarga,” tukasnya.
(cip)