Momentum Benahi Pelayanan Kesehatan

Selasa, 18 Agustus 2020 - 07:35 WIB
loading...
Momentum Benahi Pelayanan Kesehatan
Foto: dok/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Indonesia harus menjadikan pandemi Covid-19 sebagai pelajaran berharga dan berkomitmen membenahi sektor layanan kesehatan. Kemandirian harus terus dibangun agar ke depan bangsa ini lebih siap dalam menghadapi krisis kesehatan.

Sejak pandemi melanda Indonesia pada awal Maret 2020, banyak kelemahan di bidang layanan kesehatan yang terungkap. Kegamangan pemerintah dalam membuat kebijakan diperparah dengan keterbatasan sejumlah peralatan kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Satu di antara yang paling disorot adalah ketersediaan masker. Masker medis yang tadinya dijual dengan harga murah tiba-tiba langka dan sangat sulit diperoleh di pasaran. Jikapun ada, harganya naik berpuluh kali lipat. Kondisi ini berlangsung hingga lama. (Baca: 75 Tahun Merdeka, Politikus PPP Ingatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan)

Instruksi pemerintah untuk menggunakan masker kain sedikit mengurangi persoalan kelangkaan masker ini. Namun, sampai hari ini masker medis belum kembali ke harga seperti sebelum Covid-19 melanda.

Menjadi ironis karena publik mengetahui bahwa faktor penyebab masker langka karena perusahaan justru mengekspornya keluar negeri pada saat masyarakat dalam negeri sedang membutuhkannya.

Jika masyarakat menjerit karena masker langka, tenaga medis yang bekerja di rumah sakit rujukan justru mengeluhkan alat pelindung diri (APD) yang langka. Kelangkaan APD ini bahkan terjadi hingga berbulan lamanya. Sebagai bentuk protes, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sejumlah organisasi profesi dokter menolak melayani pasien Covid-19 tanpa dilengkapi APD. Sikap itu tertuang dalam surat edaran Pengurus Besar (PB) IDI pada Jumat, 27 Maret 2020.

Ketersediaan ventilator juga masalah tersendiri. Setelah pandemi melanda terungkap bahwa dari 661 ruang perawatan intensif atau intensive care unit (ICU) di rumah sakit milik pemerintah, baru 50% yang memiliki ventilator.

Di sisi lain, situasi sulit pandemi telah membangkitkan semangat anak bangsa untuk melahirkan sejumlah temuan bermanfaat di bidang kesehatan. Industri kesehatan dalam negeri bergeliat seiring peningkatan kebutuhan akibat kian bertambahnya jumlah pasien.

Hasil inovasi dalam negeri tersebut di antaranya alat rapid test RI-GHA yang diluncurkan pada 9 Juli 2020. RI-GHA hasil kerja sama Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi dengan berbagai universitas kini sudah digunakan luas setelah diproduksi dalam waktu relatif singkat. (Baca juga: Bangun Jalan Tol Terpanjang di Indonesia, Hutama Karya Pakai Produk Lokal)

Sejumlah universitas bekerja sama dengan perusahaan juga menciptakan ventilator. Hingga tengah Agustus 2020 lima jenis ventilator karya anak bangsa siap memasuki tahap produksi massal setelah mengantongi izin edar.

Menjawab tingginya kebutuhan akan APD, diciptakanlah baju hazmat jenis coveralldandown berlabel INA United. Hazmat ini menggunakan bahan dalam negeri. Setelah lolos uji ISO 16604, APD ini siap diproduksi hingga jutaan unit per bulan.

Anggota Komisi IX DPR Intan Fauzi mengatakan, pandemi ini justru jadi momentum untuk Indonesia karena kenyataannya di lapangan anak negeri mampu memajukan industri kesehatan.

“Selama Covid-19 terdeteksi, kita ini terbukti produsen, produksinya sudah bisa dibuat oleh kita sendiri, mulai dari masker, APD, ventilator, oksigen, kita bisa,” ujar Intan kemarin.

Dia memuji Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri, padahal pada saat yang sama banyak negara lain memproteksi untuk tidak mengekspor keluar. Dia hanya mengingatkan jangan sampai masalah klasik soal regulasi menjadi kendala berkembangnya industri kesehatan dalam negeri. Intan juga menyayangkan kebijakan strategis dari eksekutif selama ini yang kurang berpihak pada industri lokal, mulai dari pengadaan bahan baku sampai ke hilir.

Satu di antara temuan anak bangsa yang paling dinantikan adalah vaksin Merah Putih. Riset vaksin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ini lagi-lagi membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu melakukan penemuan monumental di bidang kesehatan.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan saat ini pengembangan vaksin Merah Putih telah mencapai 40%. Dia berharap awal tahun depan bibit vaksinnya sudah diserahkan ke industri untuk dilakukan uji klinis. (Baca juga: Putin Mengaku Siap Kirim Tentara ke Belarusia)

Amin Soebandrio menargetkan produksi vaksin Merah Putih nanti 50% memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dia berharap vaksin Merah Putih kelak jadi solusi untuk mengatasi pandemi.

Produksi dalam negeri ditargetkan sebanyak 350 juta dosis per tahun. Namun, dia mengingatkan bahwa program vaksinasi itu tidak bisa dalam sekejap. Amin memprediksi dengan jumlah penduduk Indonesia proses vaksinasi paling cepat akan sekitar satu tahun.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, saat ini proses yang dilakukan Lembaga Eijkman adalah menyiapkan kloning dari protein yang nanti akan diuji coba ke hewan mamalia.

Menurut dia, proses kloning ini penting sebab sebagai langkah persiapan sebelum masuk uji klinis vaksin kepada manusia. Bambang berharap proses kloning ini bisa berjalan lancar sehingga dalam kurun waktu satu bulan proses itu bisa selesai.

Menristek melanjutkan, prioritas riset yang akan dikembangkan ialah penyediaan alat kesehatan. Di awal Prioritas Riset Nasional (PRN) digulirkan, riset terkait alat kesehatan diakuinya memang kurang mendapat perhatian. Namun, dengan kebutuhan yang tinggi di masa pandemi, dia meyakini Indonesia kini bisa mulai melakukan inovasi untuk berbagai macam alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, masalah kesehatan yang dialami bangsa Indonesia saat ini bukan karena faktor ketidaksiapan layanan medis. Dia mencontohkan sejumlah negara maju yang memiliki rumah sakit terbaik di dunia, punya dana paling banyak, memiliki sistem asuransi kesehatan terbaik, dokter ahli yang sangat banyak, namun kenyataannya juga mengalami masalah yang luar biasa saat terdampak Covid-19. (Lihat videonya: Bakso Merah Putih Hidangan Menyambut Hari Kemerdekaan)

“Negara tersebut juga mengalami hal yang sama. Kita jangan pesimistis. Kalau kita pesimistis dan merasa lebih kurang bagus dibanding negara lain, kita enggak bisa apa-apa,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Jumat (15/8).

Dia berharap bangsa Indonesia tidak pesimistis dan menyalahkan diri sendiri. Sebaliknya, justru kekuatan luar biasa yang dimiliki seperti gotong-royong sebagai modal sosial perlu didorong agar krisis akibat Covid-19 bisa cepat terselesaikan. (Binti Mufarida/Kiswondari/Neneng Zubaidah/Bakti)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1308 seconds (0.1#10.140)