Elite Diminta Dinginkan Suhu Politik di Masa Kampanye Pilpres

Kamis, 15 November 2018 - 12:17 WIB
Elite Diminta Dinginkan Suhu Politik di Masa Kampanye Pilpres
Elite Diminta Dinginkan Suhu Politik di Masa Kampanye Pilpres
A A A
JAKARTA - Belum genap dua bulan kampanye Pilpres 2019 berlangsung sudah tampak indikasi menghangatnya suhu politik di kalangan elite politik nasional. Sementara upaya menurunkan suhu politik belum muncul dari kedua kubu peserta pilpres.

Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner, Emrus Sihombing mengatakan indikasi meningkatnya suhu politik jelas terlihat dari lontaran pesan komunikasi politik dari kedua kubu.

Kubu Prabowo-Sandi misalnya, menyampaikan rakyat Indonesia 99% hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibanding di Jakarta, dan menyebut pemerintah bohong lantaran tak tepati janji kampanye.

Sementara itu, kubu Jokowi-Ma'ruf tidak mau ketinggalan. Sebagai respons dari kritikan kubu Prabowo-Sandi Jokowi melontarkan diksi politikus sontoloyo dan politik genderuwo. Emrus mengatakan, politik balas pantun yang sedang terjadi saat ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi.

"Kampanye semacam itu bila terus dipelihara oleh para elite politik peserta kampanye pilpres sangat berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan sosial dan bahkan bisa memicu konflik horizontal di tengah masyarakat," ujaar Emrus melalui keterangan tertulis, Kamis (15/11/2018).

Untuk itu, Emrus menilai bangsa ini harus segera mencari solusi. Menurutnya ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam waktu dekat. Pertama, menawarkan program bukan adu program.

Emrus menilai, adu program belum bisa dilakukan dalam suatu kontestasi politik di Tanah Air. Sebab, kata dia, dalam kampanye pilpres kali ini para aktor politik berupaya keras melakukan pembenaran tanpa sedikitpun mengemukakan sisi kekurangan dari programnya. Padahal tidak ada program sempurna.

Di sisi lain, program yang ditawarkan kubu lawan selalu dianggap tidak benar. Padahal, sejelek apapun program pasti ada sisi bagusnya.

"Melihat belum munculnya kedewasaan berpolitik oleh beberapa elite kita di Indonesia masih lebih baik menawarkan program kepada masyarakat daripada adu program," kata Emrus.

Kedua, saling membela bila salah satu kontestan pilpres diserang atau dirugikan oleh hoakd, ujaran kebencian, provokatif, eksploitasi politik identitas dan sejenisnya, maka paslon lain maju ke depan membela paslon yang dirugikan.

Emrus meyakini, upaya saling bela antar peserta Pilpres bisa memberantas hoaks, ujaran kebencian, hingga eksploitasi politik identitas.

Ketiga, silaturahmi antar peserta pilpres. Pertemuan ini bisa dilakukan di berbagai tempat secara bergantian di seluruh wilayah Indonesia. Setting acara bisa didesain secair mungkin dan harus steril dari perbincangan politik dan saling menyindir.

"Bayangan saya bila acara ini terwujud, Bapak Joko Widodo bermusik, Bapak Prabowo Subianto bersama masyarakat bernyanyi 'Tanah Airku Tidak Kulupakan'. Pada saat itu, saya yakin, kita larut dalam kebersamaan kebangsaan Indonesia," ucap Emrus.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6860 seconds (0.1#10.140)