Iktikaf dan Kebutuhan Masjid Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
(1) menetralisasi 736.000 liter limbah cair hasil buangan 16.355 penduduk; (2) menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk perhari; (3) menyimpan 900 m3 air tanah per tahun; (4) mentransfer air 4.000 liter per hari atau setara dengan pengurangan suhu lima sampai delapan derajat Celsius, setara dengan kemampuan lima unit alat pendingin udara berkapasitas 2.500 Kcal/20 jam; (5) meredam kebisingan 25-80 persen; (6) mengurangi kekuatan angin sebanyak 75-80 persen.
Intensifikasi dan ekstensifikasi Masjid Hijau tidak hanya meningkatkan kualitas bagian-bagian ruang peribadatan dan ruang sosial masjid, tapi juga dapat menghemat pengeluaran kas masjid untuk pendinginan bagian-bagian ruang masjid.
Diharapkan masjid tidak lagi berlomba memasang alat penyegaran ruangan AC di sudut-sudut ruangan masjid untuk menciptakan kenyamanan dan kekhusuan jamaah dalam beribadah. Selain menguras kas masjid untuk pembayaran listrik, penggunaan AC secara berlebihan di masjid juga berakibat tidak ramah lingkungan.
Dari masjid dapat dimunculkan gerakan menanam pohon: One man one tree (satu orang, satu pohon). Al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “bercocok tanam termasuk fardhu kifayah. Imam (penguasa) berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna (sejenis) dengan itu, seperti menanam pohon” (Tafsir al-Qurthubi, Juz, III, h. 306.).
Pendapat al-Qurthubi tersebut dilandasi kebiasaan Rasulullah dan sahabatnya dalam melakukan kebiasaan menanam pohon dan tanaman. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. dijelaskan bahwa: “Umat muslim (di mana saja) yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah” (HR. Bukhari).
Di dalam hadits lainnya yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika terjadi kiamat dan di genggaman tanganmu ada biji kurma, bila masih bisa menanamnya maka tanamlah!” (HR. Ahmad)
Di antara sahabat Nabi yang aktif menjadi pegiat penanaman pohon untuk konservasi adalah perkataan Utsman bin Affan. Tatkala ada sahabat yang mempertanyakan kebiasaan beliau menanam pohon: "(Kamu) masih bercocok tanam. Ajal sudah dekat. Kiamat akan datang!” maka spontan Utsman bin Affan menjawab: "Sekiranya terjadi demikian, maka aku termasuk golongan orang yang berbuat baik. Menanam tentu lebih baik dan aku menyukainya daripada aku termasuk golongan yang berbuat kerusakan.”
Berdasarkan dalil-dalil tersebut sudah saatnya kita memulai dari diri sendiri dan mengajak kepada semua umat manusia supaya menanam pohon. Usaha dan ikhtiar ini adalah untuk memperbaiki lingkungan hidup di sekitar kita dan supaya dampak kerusakan alam tidak semakin melebar.
Manfaat dari gerakan "one man one tree" pasti akan kembali untuk kita dan generasi anak-cucu setelah kita. Alam kembali lestari. Kebutuhan hidup kita dan anak cucu kita dapat terpenuhi.
Intensifikasi dan ekstensifikasi Masjid Hijau tidak hanya meningkatkan kualitas bagian-bagian ruang peribadatan dan ruang sosial masjid, tapi juga dapat menghemat pengeluaran kas masjid untuk pendinginan bagian-bagian ruang masjid.
Diharapkan masjid tidak lagi berlomba memasang alat penyegaran ruangan AC di sudut-sudut ruangan masjid untuk menciptakan kenyamanan dan kekhusuan jamaah dalam beribadah. Selain menguras kas masjid untuk pembayaran listrik, penggunaan AC secara berlebihan di masjid juga berakibat tidak ramah lingkungan.
One Man One Tree
Dari masjid dapat dimunculkan gerakan menanam pohon: One man one tree (satu orang, satu pohon). Al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “bercocok tanam termasuk fardhu kifayah. Imam (penguasa) berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna (sejenis) dengan itu, seperti menanam pohon” (Tafsir al-Qurthubi, Juz, III, h. 306.).
Pendapat al-Qurthubi tersebut dilandasi kebiasaan Rasulullah dan sahabatnya dalam melakukan kebiasaan menanam pohon dan tanaman. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. dijelaskan bahwa: “Umat muslim (di mana saja) yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah” (HR. Bukhari).
Di dalam hadits lainnya yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika terjadi kiamat dan di genggaman tanganmu ada biji kurma, bila masih bisa menanamnya maka tanamlah!” (HR. Ahmad)
Di antara sahabat Nabi yang aktif menjadi pegiat penanaman pohon untuk konservasi adalah perkataan Utsman bin Affan. Tatkala ada sahabat yang mempertanyakan kebiasaan beliau menanam pohon: "(Kamu) masih bercocok tanam. Ajal sudah dekat. Kiamat akan datang!” maka spontan Utsman bin Affan menjawab: "Sekiranya terjadi demikian, maka aku termasuk golongan orang yang berbuat baik. Menanam tentu lebih baik dan aku menyukainya daripada aku termasuk golongan yang berbuat kerusakan.”
Berdasarkan dalil-dalil tersebut sudah saatnya kita memulai dari diri sendiri dan mengajak kepada semua umat manusia supaya menanam pohon. Usaha dan ikhtiar ini adalah untuk memperbaiki lingkungan hidup di sekitar kita dan supaya dampak kerusakan alam tidak semakin melebar.
Manfaat dari gerakan "one man one tree" pasti akan kembali untuk kita dan generasi anak-cucu setelah kita. Alam kembali lestari. Kebutuhan hidup kita dan anak cucu kita dapat terpenuhi.
(shf)