Prospek Cerah Pariwisata Indonesia

Senin, 15 Oktober 2018 - 08:35 WIB
Prospek Cerah Pariwisata Indonesia
Prospek Cerah Pariwisata Indonesia
A A A
Sintong Arfiyansyah
Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

SAAT ini dunia meng­hadapi era pe­rang da­gang. Adu stra­tegi, gem­puran fron­tal, serta intrik-intrik ber­ba­gai kebijakan me­nye­babkan ter­ja­di­nya keti­dak­seimbangan eko­no­mi yang men­jangkiti se­mua ne­ga­ra di dunia. Indonesia ada­lah sa­lah satu negara yang ter­ke­na imbasnya. Buktinya ada­lah sa­kit rupiah tak kunjung reda hing­ga nilai tukar melewati Rp15.000 per dolar AS. Neraca per­­dagangan pun ma­sih tertatih mes­kipun defisitnya mulai me­nge­cil.

Dalam situasi seperti ini, Indonesia dituntut bermain cer­dik dalam menemukan sen­ja­ta istimewa untuk menga­rungi perang dagang dan mem­­per­tahankan per­tum­buh­an eko­no­mi. Pasti terdapat sek­tor yang dapat diandalkan untuk bertahan menghadapi ge­lom­bang. Pelemahan ru­piah, mes­ki­pun di satu sisi sa­ngat merugikan sektor inves­tasi dan ke­uang­an, pada sudut pandang lain memberikan angin segar.

Apabila melihat tren dan menganalisis berbagai sektor, senjata tersebut terefleksi da­lam sektor pariwisata. Sektor ini mun­cul lebih perkasa di­ban­dingkan sektor lain. Me­le­mah­nya rupiah tidak me­nu­run­kan per­forma sektor ini, bah­kan menghadirkan pros­pek lain hing­ga berdampak po­s­itif ter­hadap aktivitas eko­no­mi. Penurunan rupiah me­nye­bab­kan har­ga-harga produk, paket wi­sata, transportasi, ho­tel, tujuan wi­sa­ta, dan oleh-oleh dalam negeri te­ra­sa mu­rah bagi para wisatawan asing.

Hal ini tentu memberikan pe­luang bagi Indonesia untuk memperbesar potensi ekspor, memperbaiki neraca dagang, dan meraup devisa negara. Majalah Internasional The Telegraph menyatakan bahwa Indonesia masuk sebagai 20 negara dengan perkembangan traveling destination terbesar di dunia pada 2017. Perkembang­an Indonesia mencapai tiga kali lipat lebih besar di­ban­dingkan pertumbuhan pari­wi­sa­ta du­nia. Bahkan, apabila di­ban­ding­kan dengan pertum­buh­an eko­no­mi Indonesia yang hanya men­ca­pai 5,3%, per­tumbuhan pariwisata Indo­nesia mencapai empat kali lipat lebih besar hingga meng­gapai angka 22%.

Fakta ini dapat menjadi tolok ukur pe­nerapan berbagai stra­tegi masif untuk perke­m­bang­an sektor unggulan dalam meng­gerakkan per­tum­buh­an eko­nomi. Tidak terhitung de­ngan jari jemari destinasi wisata yang mulai diakui dunia. Ke­in­dahan Ta­man Laut Derawan, Bu­naken, Wakatobi, hingga Ra­ja Ampat adalah beberapa dari ratusan objek wisata ber­kelas dunia milik Indonesia.

Setiap tahun performa pa­ri­wisata Indonesia terus me­nan­jak. Seolah tak ter­pe­nga­ruhi pe­rang dagang, sektor ini terus tumbuh dan bergerak lin­cah da­lam peningkatan eko­nomi Indo­ne­sia. Hal ini kon­tras ma­na­kala disandingkan de­ngan ko­mo­d­i­tas lain seperti minyak, gas, batu bara, dan ke­lapa sawit yang me­ro­sot secara perlahan. Produk-produk pri­mer terse­but terlihat letih un­tuk menjadi andalan utama eks­por Indo­ne­sia.

Sektor pari­wi­sata dipro­yek­sikan mam­pu menyumbang Pro­duk Do­mes­tik Bruto 15% dan meng­ha­sil­kan sekitar Rp280 triliun de­vi­sa negara pada 2019. Jumlah kun­jungan wisatawan asing pun naik cukup signifikan de­ngan pro­­yeksi sekitar 20 juta wisa­ta­wan asing. Sektor pari­wi­sata men­­jel­ma menjadi pe­raih devisa ne­­gara terbesar ke­dua bagi Indo­­­ne­sia saat ini dan siap me­nya­lip CPO (Crude Palm Oil) pada 2019.

Pariwisata di Era Revolusi Industri 4.0
Di samping menghadapi pe­rang dagang, dunia juga me­ma­suki Revolusi Industri 4.0. Teknologi mulai berpikir sis­te­matis mengidentifikasi lokasi, kesempatan, dan informasi hingga merevolusi kehidupan manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan mo­men­tum ini, tentu teknologi dapat di­jadikan alat untuk me­ning­kat­kan kontribusi pariwisata.

Mengenalkan pariwisata dengan teknologi dapat men­ja­di strategi cantik untuk ber­saing dalam pariwisata dunia. Promosi melalui Branding Indo­­ne­sia dengan tagar Won­derful Indonesia secara online juga ha­rus terus digenjot. Di samping itu, industri wisata digital (tou­rism digital) dan kon­vensional ju­ga harus digandeng dan di­mak­simalkan.

Penggunaan transaksi de­ngan teknologi finansial (fin­tech) juga bisa dimanfaatkan untuk memberikan kenyaman­an dan kemudahan para wi­sa­tawan asing yang telah terbiasa dengan teknologi tersebut. Se­lain itu, para penyedia jasa wi­sa­ta konvensional dapat diajak berkolaborasi dengan jasa wi­sa­ta digital untuk lebih menge­nal­kan berbagai objek wisata.

Ketika promosi dan ako­mo­da­si transportasi berjalan se­ira­ma, tentu diperlukan perhatian yang cukup intensif terhadap kualitas objek wisata dan ke­ra­mahan tuan rumah itu sendiri. Inovasi paket wisata dan ber­ba­gai kreativitas lainnya juga ha­rus digerakkan berke­sinam­bung­an. Apabila mampu dike­lo­la dengan baik dan diorganisasi dengan manajemen yang sehat, para wisatawan luar negeri akan terus membanjiri bangsa ini dan tanpa sadar telah meng­ha­biskan uang mereka karena har­ga yang di­ta­warkan meng­giur­kan. Investor asing juga tidak akan ragu untuk meletakkan investasinya.

Bilamana ini mampu di­man­faatkan dengan baik, bukan tidak mungkin Indo­nesia akan menjadi negeri dengan per­eko­nomian ter­besar. Terlalu riskan untuk mengandalkan ekspor sektor primer yang mulai letih akibat berbagai kebijakan pe­rang dagang. Perlu keunikan yang harus dimaksimalkan da­lam menghadapi era perang da­gang dan Revolusi Industri 4.0.

Dibutuhkan kepedulian, baik itu pemerintah, swasta, dan masyarakat pengguna tek­no­logi untuk memaksimalkan sektor pariwisata ini. Kom­bi­na­si apik antara perkembangan tek­nologi, pariwisata, serta keramahan budaya akan men­ciptakan hujan devisa dalam jangka panjang serta mem­per­kuat nilai tukar rupiah. Ke­mu­rahan dan pesona keindahan alam akan memberikan keun­tung­an fantastis. Muaranya ten­tu adalah perbaikan struk­tur dan peningkatan per­tum­buh­an ekonomi.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1549 seconds (0.1#10.140)