Memenangkan Ramadan dari Bullying dan Kesehatan Mental

Jum'at, 22 Maret 2024 - 13:00 WIB
loading...
Memenangkan Ramadan dari Bullying dan Kesehatan Mental
Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nurul Badruttamam, M.A. Foto/Dok.Pribadi
A A A
KH Nurul Badruttamam, M.A
Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU

Ramadan tiba sebagai bulan yang penuh dengan refleksi dan keberkahan, mengundang umat Islam untuk menyelami lebih dalam lagi makna solidaritas sosial dan kedamaian spiritual.

Namun, di tengah kemuliaan bulan ini, banyak tantangan yang meski dihadapi bangsa ini. Termasuk krisis akhlak dengan maraknya kasus kasus bullying yang meresahkan masyarakat dan bahkan, meningkatnya angka bunuh diri hingga penurunan nilai-nilai moral yang memerlukan pendekatan komprehensif.

Di tengah tantangan yang semakin kompleks, bulan suci Ramadan memberikan kesempatan berharga bagi umat Islam untuk memperkuat kesalehan sosial dan spiritual.

Dalam lanskap sosial Indonesia yang dinamis, bulan Ramadan tidak hanya sebagai momentum untuk menahan lapar dari fajar hingga senja, namun lebih dari itu bulan suci Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan zaman yang meresahkan.

Membincang krisis akhlak yang dihadapi saat ini, bukan hanya tentang perilaku individu tetapi juga tentang bagaimana struktur sosial dan budaya gagal mendukung pembentukan karakter dan nilai pada generasi bangsa.

Misalnya, yang pada kasus bullying yang marak terjadi ini, justru acapkali terjadi di bangku-bangku sekolah. Statistik menyebutkan, kasus bullying atau perundungan mengalami peningkatan mencapai 30 kejadian.

Angka ini, menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengalami kenaikan dari yang semula berjumlah 21 kasus di tahun 2021.

FSGI juga menyebutkan sebanyak 80 persen kasus bullying pada 2023 terjadi di sekolah yang dinaungi Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), sisanya terjadi di sekolah dibawah naungan Kementerian Agama.

Mari kita menelisik, apa yang terjadi pada kasus bunuh diri yang menghantui. Mengejutkannya lagi, Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri) mencatat terdapat lebih dari 900 kasus bunuh diri sepanjang Januari hingga 18 Oktober 2023 yang terjadi di Indonesia.

Kasus bunuh diri ini meningkat pesan dari tahun-tahun sebelumnya, yang mulanya sebanyak 629 kasus pada tahun 2021 dan 640 di tahun 2020.

Krisis akhlak yang ditandai dengan maraknya kasus bullying di sekolah dan peningkatan angka bunuh diri ini, merupakan cerminan dari masalah sosial yang mendalam dan membutuhkan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat.

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri dan memperkuat solidaritas sosial serta spiritual dan menjadikannya sebagai momentum perubahan.

Ramadan dengan segala riuh dan sibuknya, dari pasar yang ramai hingga masjid yang dipenuhi jemaah tarawih, seharusnya tidak hanya fokus pada sisi ekonomi dan ibadah ritualis semata.

Bulan suci ini juga memberikan peluang emas untuk meningkatkan kesadaran sosial terutama pada masalah bullying dan kesehatan mental. Melalui berbagai kegiatan sosial yang marak, Ramadan bisa menawarkan solusi.

Melalui forum kajian dan diskusi, Ramadan memberikan kesempatan untuk berdialog tentang berbagai problematika yang dihadapi bangsa ini dilanjutkan dengan membangun jaringan dukungan, dan mendorong aksi nyata untuk membantu mereka yang terdampak.

Di masjid, sekolah, hingga forum-forum dakwah dan kajian dapat menjadi pusat utama untuk pendidikan dan transformasi nilai-nilai akhlak bangsa. Program-program selama Ramadan harus dirancang untuk tidak hanya fokus pada aspek ritual, tetapi juga pada pembentukan karakter dan akhlak.

Melalui khutbah, ceramah, dan kegiatan interaktif, pesan-pesan tentang empati, kejujuran, kesabaran, dan toleransi dapat ditanamkan. Ramadan, dengan spirit kebersamaannya, bisa menjadi waktu yang strategis untuk memulai inisiatif-inisiatif seperti ini, mengajak seluruh komunitas untuk bertindak lebih aktif dalam mencegah bullying dan mendukung korban.

Di era yang serba digital, media sosial menjadi alat yang sangat powerful untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan mendidik masyarakat tentang akhlak yang baik, akhalaqul karimah.

Selama Ramadan, kampanye-kampanye daring yang mendorong perilaku positif dan memberikan tips untuk mengatasi tantangan kesehatan mental dan sosial dapat memperkuat pesan kebaikan dan solidaritas umat.

Ihwal ini untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma terkait masalah kesehatan mental dan membangun masyarakat yang lebih empatik dan peka pada gejala sosial yang terjadi di sekelilingnya.

Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk memulai dialog tentang pentingnya kesehatan mental dan saling mendukung serta menguatkan.

Esensi spiritualitas Ramadan menawarkan kesempatan untuk memperkuat fondasi akhlak dan moral bangsa ini. Menjadi momentum setiap hamba, sebagai individu tidak hanya berpuasa dari makan dan minum, tetapi juga berpuasa dari perilaku negatif dan memperbaharui komitmen terhadap nilai-nilai positif.

Tentu, di bulan ini harus diniatkan untuk memenangkan Ramadan dengan memperkuat kesalehan spiritual sekaligus kesalehan sosial, melalui pendekatan yang holistik, memadukan antara ibadah dan aksi sosial. Ramadan ini bisa menjadi titik balik untuk bergerak menuju masyarakat yang lebih sehat dan harmonis.

Dengan demikian, kita bisa benar-benar memenangkan Ramadan, tidak hanya dalam menunaikan ibadah puasa, tetapi juga dalam menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi bangsa, umat dan negara.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3049 seconds (0.1#10.140)