Bola, Asyik, Adil

Rabu, 11 Juli 2018 - 07:37 WIB
Bola, Asyik, Adil
Bola, Asyik, Adil
A A A
Sudjito Atmoredjo
Pencinta Sepak Bola, Guru Besar Ilmu Hukum UGM

PIALA Dunia Rusia 2018 yang sudah me­masuki babak semifinal ber­lang­sung gegap gempita. Jutaan pasang mata menyaksikan per­tan­dingan tim elite dunia lang­sung atau lewat siaran televisi. Sungguh rugi bila tontonan berskala dunia ini tidak diambil hikmah pelajaran untuk pen­dewasaan ­untuk perse­pak­bo­la­an nasional.

Kita perlu melihatnya de­ngan mata kepala dan sekaligus mata hati setiap kejadian, uta­manya yang unik-unik. Dari­pa­danya, terpancar cahaya, ilmu, nutrisi, dan semangat per­juang­a­n yang tertanam ke jiwa bangsa. Realitas rohaniah ini per­lu diolah sedemikian rupa agar tertransformasikan se­ba­gai karakter bangsa. Bila sikap bi­jak demikian dapat dikon­kret­kan, saya yakin, perse­pak­bo­la­an nasional semakin maju, ber­kualitas, dan berkeadilan. Re­nungkanlah beberapa argu­men­tasi berikut.

Pertama, sepak bola itu per­main­an. Mengasyikkan. Semua orang yang pernah bermain se­pak bola tentu merasakan ke­asyikannya. Keasyikan itu perlu terus dijaga, dipertahankan, syu­­kur dikembangkan. Ke­asyik­an i­tu wujud dari perilaku hu­kum insan-insan sepak bola. Bangsa yang sehat roha­niah­nya, pasti mampu berbuat lebih ba­nyak, lebih baik, dan lebih mak­simal dalam memajukan per­sepakbolaannya.

Pada gi­liran­nya, jiwa bangsa akan ter­trans­formasikan dalam bentuk peri­la­ku hukum alamiah, ra­mah, dan santun. Tidak ada ke­kerasan, ben­trok, kolusi, ke­cu­rangan. Kita amat rindu tam­pil­nya pe­ri­laku hukum insan-insan sepak bola secara alamiah itu.

Kedua, objek permainannya ada­lah bola, strategi, dan fa­si­li­tas-fasilitas pendukungnya. Se­mua tim harus menggunakan daya, kemampuan, dan kecer­das­an untuk memaksimalkan potensi objek-objek tersebut. Kuncinya pada profesionalitas yang didasarkan moralitas ke­bangsaan dan dijauhkan dari intervensi politik. Terbukti, p­a­da bangsa yang serius menge­lo­la sepak bola secara kontinu dan intensif, pasti terbentuk tim yang tangguh.

Ketiga, dalam sepak bola ada aturan main (hukum) yang ber­laku universal. Semua orang yang terlibat, harus paham atur­­an main itu. Aturan main te­lah dibuat sedemikian bagus, te­rus dievaluasi, serta dikem­bang­kan. Terakhir, ada Video Assistant Referees (VAR). Atur­an ini mulai diberlakukan pada Piala Konfederasi 2017.

Pada Pia­la Dunia 2018, peng­gu­na­an­nya sangat nyata. Dengan VAR, maka kejadian-kejadian kon­tro­ver­sial, (misal soal offside, hands­ball di kotak penalti), da­pat diselesaikan dengan cepat dan tuntas. Sejurus dengan per­kembangan aturan main per­se­pak­bolaan, maka di ranah na­sio­nal, aturan-aturan main itu ha­rus dipahami, ditaati, dan di­te­gakkan demi terwujudnya ke­adilan sosial dan kebahagiaan bangsa secara keseluruhan.

Keempat, dalam sepak bola ter­libat banyak orang, baik di da­lam maupun di luar lapangan. Ada manajer, pelatih, pemain, suporter, dan lain-lain. Se­mua­nya ikut menentukan kualitas per­mainan. Kalahnya tim Argen­tina bukan semata-mata bu­ruknya penampilan Lionel Messi. Pun pula kalahnya tim Por­tugal bukan karena kesa­lah­an Ronaldo.

Sepak bola itu per­mainan tim, perjuangan selu­ruh komponen bangsa. Faktor mentalitas, menjadi penentu utama kalah atau menangnya sebuah tim. Fundamental per­se­pakbolaan terletak pada ka­rakter, perilaku, dan pan­dang­an hidup insan-insan perse­pak­bo­laan negara masing-masing.

Kelima, sepak bola meru­pa­kan perpaduan aktivitas fisik dan aktivitas rohaniah. Sehebat apa pun usaha-usaha telah di­la­kukan, belumlah jaminan bah­wa tim itu pasti sukses. Sering dijumpai hal-hal tak terduga, irasional. Ada pula nasib sial. Maka, keterhubungan dengan kekuatan suprarasional, perlu di­jalin sepanjang waktu. Para pe­main khusyuk berdoa se­be­lum pertandingan dimulai. Pe­main dan pelatih bersujud syu­kur selepas mencetak gol. Doa itu kekuatan. Doa itu aktivitas rohaniah yang ilmiah. Doa dan syukur menjadi penyempurna usaha lahiriah.

Keenam, apa pun hasil akhir­nya kalah, seri, atau me­nang tiada lain merupakan resultant dari usaha, doa, dan syukur, sekaligus wujud pro­gre­sivitas persepakbolaan mo­der­n. Hasil akhir adalah wujud ke­adil­an sosial bagi semesta. Skor berapa pun, merupakan pro­por­sionalitas dari akumulasi pen­dayagunaan potensi-po­ten­si bangsa dan aktivitas jiwa raga secara terpadu.

Dari beberapa argumentasi tersebut, kiranya dapat di­pa­hami bahwa pengelolaan sepak bola di dalam dan di luar la­pang­an, sebe­lum dan pada saat per­tan­dingan- perlu dilakukan se­cara cerdas, krea­tif, terpadu, dan kom­pak. Ke­kompakannya dapat diiba­rat­kan sebagai pa­sukan yang mau berperang.

Pa­tuh pada koman­do, militan, dan rela ber­kor­ban, demi kejayaan negeri. Pada Piala Dunia 2018, Je­pang tampil spektakuler, impre­sif, dan sportif. Suporternya di­sanjung bangsa lain karena san­tun, mampu menjaga ke­ber­sih­an, mengedepankan moralitas sosial-kebangsaannya. Ini layak dijadikan inspirasi pembinaan persepakbolaan nasional.

Pada 1980-an, PSSI mampu menga­lah­kan kesebelasan Je­pang. Je­pang kala itu masih ter­belakang perihal per­se­pak­bo­la­an. Kini, persepakbolaan Je­pang bang­kit. Mereka bersepak bola da­lam keterpaduan antara ke­kuat­an fisik, jiwa, dan sema­ngat kebangsaan. Perse­pak­bo­la­an Je­pang sarat dengan nilai ke­bang­saan, nilai perjuangan, dan nilai kemuliaan. Mereka sadar bahwa bangsa Jepang se­ja­jar de­ngan bangsa lain, maka per­se­pak­bolaan Jepang pun diya­ki­ni pasti bisa menang atas ke­se­belasan negara-negara Ero­pa atau Amerika Latin. Mereka te­lah mampu membuk­ti­kan­nya.

Tim Nasional PSSI U-19 kini sedang berlaga di Grup A Piala AFF 2018. Di dalamnya ber­ta­bur bibit-bibit unggul pesepak bola nasional. Bibit-bibit itu per­lu dirawat, disiram, dip­u­puk, agar berkembang menjadi pesepak bola tingkat interna­sio­nal. Tidak apa, untuk semen­tara kalah dari Thailand. Sudah proporsional, fair , dan adil. Kali lain, Indonesia mesti unggul.

Masa depan persepakbolaan nasional akan cerah bila dikelola secara holistik. Seluruh potensi jiwa raga, lokal-nasional, pu­sat-daerah, semua level ge­ne­rasi, per­lu digali dan di­trans­for­masikan sebagai kekuatan na­sio­nal. Per­se­pakbolaan dunia di­pelajari, dia­jarkan, dan di­prak­tikkan. Ja­yalah sepak bola Indonesia.
Bola, Asyik, Adil
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4439 seconds (0.1#10.140)