Jejak Digital Rentan Disalahgunakan, Masyarakat Diimbau Lindungi Data Diri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengguna media sosial (medsos) diimbau untuk bijak dan beretika dalam memanfaatkan ruang digital. Sebab jejak digital sangat rentan disalahgunakan untuk tindak kejahatan.
Anggota Komisi I DPR Subarna mengatakan, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan keamanan di ruang digital. Sebab masih banyak warganet yang mengunggah foto atau video tanpa memikirkan efek sampingnya.
"Seringkali masyarakat meremehkan keberadaan jejak digital, terutama di kalangan anak muda," ujarnya saat acara Ngobrol Bareng Legislator (Ngobras) dengan tema "Hati-hati Rekam Jejak Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Sabtu (3/2/2024).
Tak hanya itu, kata Subarna, para pengguna ruang digital juga seringkali meninggalkan pesan yang mengandung ujaran kebencian. Hal ini masih banyak ditemui di ruang digital.
"Jika tidak hati-hati dalam menggunakan media sosial, dapat berdampak luas karena berpotensi dapat dicari dan disalahgunakan, sehingga dapat memengaruhi masa depan seseorang," ungkap Subarna
Menurut Subarna, dibutuhkan kesadaran akan perilaku beretika di dunia digital, sehingga meninggalkan jejak digital yang santun. Sebab jejak digital buruk dapat merugikan bagi orang tersebut bahkan memengaruhi masa depan seseorang.
"Jejak digital harus dijaga secara serius. Saat ini jejak digital ibarat bom waktu yang dapat meledak kapan saja," ucapnya.
Dia menyebut, jejak digital di internet dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan karier seseorang. Di Amerika Serikat 60% manajer urung memberikan pekerjaan kepada calon karyawan karena menemukan jejak digital tak baik di media sosial.
Anggota Komisi I DPR Subarna mengatakan, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan keamanan di ruang digital. Sebab masih banyak warganet yang mengunggah foto atau video tanpa memikirkan efek sampingnya.
"Seringkali masyarakat meremehkan keberadaan jejak digital, terutama di kalangan anak muda," ujarnya saat acara Ngobrol Bareng Legislator (Ngobras) dengan tema "Hati-hati Rekam Jejak Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Sabtu (3/2/2024).
Tak hanya itu, kata Subarna, para pengguna ruang digital juga seringkali meninggalkan pesan yang mengandung ujaran kebencian. Hal ini masih banyak ditemui di ruang digital.
"Jika tidak hati-hati dalam menggunakan media sosial, dapat berdampak luas karena berpotensi dapat dicari dan disalahgunakan, sehingga dapat memengaruhi masa depan seseorang," ungkap Subarna
Menurut Subarna, dibutuhkan kesadaran akan perilaku beretika di dunia digital, sehingga meninggalkan jejak digital yang santun. Sebab jejak digital buruk dapat merugikan bagi orang tersebut bahkan memengaruhi masa depan seseorang.
"Jejak digital harus dijaga secara serius. Saat ini jejak digital ibarat bom waktu yang dapat meledak kapan saja," ucapnya.
Dia menyebut, jejak digital di internet dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan karier seseorang. Di Amerika Serikat 60% manajer urung memberikan pekerjaan kepada calon karyawan karena menemukan jejak digital tak baik di media sosial.