Ganjar Pranowo Ungkap Taktik Hapus Kekerasan Seksual
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo bakal mengurangi angka kekerasan dan pelecehan seksual yang marak terjadi di lingkungan anak muda saat ini.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Gelar Tikar Ganjar yang diadakan di Gedung Sidomukti, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Minggu (28/1/2024).
Kalis Mardiasih, penulis sekaligus aktivis perempuan menyampaikan kegelisahannya mengenai kekerasan dan pelecehan seksual.
"Saya mau ngomongin soal kekerasan seksual, tadi sudah menstruasi, kehamilan tidak diinginkan dan yang ketiga adalah kekerasan seksual. Itu yang menyebabkan angka perkawinan usia anak meningkat di Indonesia," ujar Mardiasih.
Dia menyampaikan keresahannya dalam melihat banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di dunia pendidikan yang justru pelakunya adalah dari kalangan guru.
"Setiap hari kalau kita googling, pelaku pelecehan seksual itu pelakunya adalah guru dan tenaga pendidikan setiap hari. Satu guru melecehkan puluhan siswa," katanya.
Kasus tersebut menyebabkan korban menjadi takut sekolah, bahkan menimbulkan trauma untuk melanjutkan pendidikannya.
Menanggapi itu, Ganjar menegaskan komitmennya menindaklanjuti kasus seperti itu dengan menyampaikan pengalamannya dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual saat masih menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Caranya, Ganjar menginstruksikan dinas berwenang untuk membuat posko pengaduan baik posko berupa tempat khusus maupun posko pengaduan online guna memberikan rasa aman dan perlindungan korban.
"Saya sepakat sekali dengan Mbak Kalis, yang seperti ini saya akan urus. Saya punya dinas yang waktu berpraktik dengan sangat bagus sekali. Dia membuat tempat untuk melapor secara khusus ketika terjadi tindakan yang sering mencelakai, termasuk perempuan dan anak-anak," ujar Ganjar.
Dari pengalamannya itu, Ganjar bakal meneruskan upayanya hingga kasus kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di lingkungan pendidikan terhapus.
"Kami mencoba memprotect informasi ini tidak boleh dikasih tahu siapa pun. Itulah mengapa kami punya shelter-shelter yang kita pakai untuk menangani mereka korban-korban kekerasan. Saya pernah mempraktikkan itu, saya pernah mendampingi itu dan biasanya yang seperti ini menjadi sensitif dan diserahkan kepada saya," kata Ganjar.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Gelar Tikar Ganjar yang diadakan di Gedung Sidomukti, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Minggu (28/1/2024).
Kalis Mardiasih, penulis sekaligus aktivis perempuan menyampaikan kegelisahannya mengenai kekerasan dan pelecehan seksual.
"Saya mau ngomongin soal kekerasan seksual, tadi sudah menstruasi, kehamilan tidak diinginkan dan yang ketiga adalah kekerasan seksual. Itu yang menyebabkan angka perkawinan usia anak meningkat di Indonesia," ujar Mardiasih.
Dia menyampaikan keresahannya dalam melihat banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di dunia pendidikan yang justru pelakunya adalah dari kalangan guru.
"Setiap hari kalau kita googling, pelaku pelecehan seksual itu pelakunya adalah guru dan tenaga pendidikan setiap hari. Satu guru melecehkan puluhan siswa," katanya.
Kasus tersebut menyebabkan korban menjadi takut sekolah, bahkan menimbulkan trauma untuk melanjutkan pendidikannya.
Menanggapi itu, Ganjar menegaskan komitmennya menindaklanjuti kasus seperti itu dengan menyampaikan pengalamannya dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual saat masih menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Caranya, Ganjar menginstruksikan dinas berwenang untuk membuat posko pengaduan baik posko berupa tempat khusus maupun posko pengaduan online guna memberikan rasa aman dan perlindungan korban.
"Saya sepakat sekali dengan Mbak Kalis, yang seperti ini saya akan urus. Saya punya dinas yang waktu berpraktik dengan sangat bagus sekali. Dia membuat tempat untuk melapor secara khusus ketika terjadi tindakan yang sering mencelakai, termasuk perempuan dan anak-anak," ujar Ganjar.
Dari pengalamannya itu, Ganjar bakal meneruskan upayanya hingga kasus kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di lingkungan pendidikan terhapus.
"Kami mencoba memprotect informasi ini tidak boleh dikasih tahu siapa pun. Itulah mengapa kami punya shelter-shelter yang kita pakai untuk menangani mereka korban-korban kekerasan. Saya pernah mempraktikkan itu, saya pernah mendampingi itu dan biasanya yang seperti ini menjadi sensitif dan diserahkan kepada saya," kata Ganjar.
(jon)