Dihadiri Ganjar Pranowo, Aksi Kamisan di New York Diwarnai Pembacaan Puisi Wiji Tukul
loading...
A
A
A
JAKARTA - Diaspora Indonesia di Amerika Serikat menggelar Aksi Kamisan yang dipusatkan di Forest Hills, New York, AS Jumat, 19 Januari 2024. Kegiatan yang juga dilaksanakan secara daring yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia.
Di New York, meskipun di tengah badai salju dan suhu -10 Celcius, acara ini dihadiri oleh 70-an warga yang berdatangan dari wilayah New York dan sekitarnya antara lain New Jersey, Connecticut, bahkan dari Ithaca yang berjarak sekitar tujuh jam melalui jalur darat.
Aksi Kamisan yang telah dimulai sejak 2007 dan telah berlangsung sebanyak 802 kali ini baru pertama kalinya diselenggarakan di luar wilayah RI. Di New York, acara ini digelar dalam bentuk Mimbar Bebas dan dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Acara ini dihadiri oleh adik dari Almarhum Wiji Thukul yakni Wahyu Susilo, Sekjen PRD Partai Rakyat Demokratik periode 1996 – 2002 Petrus Hariyanto, Sekjen Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia Zaenal Muttaqin (IKOHI), Adian Napitupulu, Once Mekel, Yasonna Laoly, dan capres paslon 3 Ganjar Pranowo.
Adapun Aksi Kamisan para diaspora ini merupakan tanggapan atas situasi dan kondisi politik terkini di Indonesia yang menurut mereka sedang mengalami darurat demokrasi.
Acara diisi dengan pembacaan puisi karya Wiji Thukul (Sajak Suara, Syair Kemerdekaan, Apa Guna, Peringatan), Taufiq Ismail (Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Kembalikan Indonesia Padaku), dan Sapardi Djoko Damono (Aku Ingin), orasi demokrasi oleh Adian Napitupulu, dan diselingi oleh nyanyian lagu-lagu perjuangan. Turut hadir pencipta lagu Lilin-lilin Kecil James F. Sundah dan Ferdy Element.
Wahyu Susilo, adik Almarhum Wiji Thukul yang hadir melalui sambungan Zoom menyampaikan, anak diktator Bongbong Marcos bisa memanipulasi, bahkan menghapus people power. ”Kita tak ingin hal itu terjadi di Indonesia karena kita ingin generasi kita maju tidak dengan beban sejarah masa lalu yang belum terurai,” jelasnya.
Adapun Petrus Hariyanto, yang juga merupakan rekan satu sel dari aktivis 98 Budiman Sudjatmiko yang baru-baru ini malah bergabung dengan kubu Paslon 02 mengajak agar memilih dengan hati nurani. “Mari kita terus mencegah agar capres pelanggar HAM, capres penculik tidak menjadi pemimpin Republik Indonesia kedepan. Pilihlah dengan hati nurani. Selamat Berkamisan di New York,” seru Petrus.
Pengacara muda Indonesia di AS dan inisiator acara ini Rifqi Mufid menyampaikan, bersama rekan-rekannya kompak berpakaian hitam-hitam memilih untuk Kamisan dibandingkan menyelenggarakan acara yang sifatnya wah karena ia prihatin. Ini adalah Pemilu yang ia ikuti untuk kedua kalinya.
“Saya memilih Jokowi pada Pemilu yang lalu, dan saya akan memilih Ganjar – Mahfud pada Februari nanti. Meskipun saya lahir setelah Reformasi 1998, kami belajar dari sejarah dan tak mau sejarah hitam terulang kembali,” ujar Rifqi yang baru saja lulus Magister Ilmu Hukum dari salah satu universitas ternama Cornell University ini.
Dia juga berpendapat seluruh anak bangsa harus menyadari bahwa Pemilu adalah momentum yang harus diisi dengan kegiatan-kegiatan intelektual.
“Pemilu itu bukan festival, hura-hura penuh gimmick. Pesta Demokrasi itu serius karena ini menentukan nasib bangsa kita ke depan. Kami sebagai anak muda ingin menitipkan masa depan Indonesia yang bermartabat kepada Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Yang memimpin Indonesia ke depan haruslah pemimpin yang konsisten pada cita-cita Reformasi yaitu memberantas KKN,” tutupnya.
Di New York, meskipun di tengah badai salju dan suhu -10 Celcius, acara ini dihadiri oleh 70-an warga yang berdatangan dari wilayah New York dan sekitarnya antara lain New Jersey, Connecticut, bahkan dari Ithaca yang berjarak sekitar tujuh jam melalui jalur darat.
Aksi Kamisan yang telah dimulai sejak 2007 dan telah berlangsung sebanyak 802 kali ini baru pertama kalinya diselenggarakan di luar wilayah RI. Di New York, acara ini digelar dalam bentuk Mimbar Bebas dan dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Acara ini dihadiri oleh adik dari Almarhum Wiji Thukul yakni Wahyu Susilo, Sekjen PRD Partai Rakyat Demokratik periode 1996 – 2002 Petrus Hariyanto, Sekjen Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia Zaenal Muttaqin (IKOHI), Adian Napitupulu, Once Mekel, Yasonna Laoly, dan capres paslon 3 Ganjar Pranowo.
Adapun Aksi Kamisan para diaspora ini merupakan tanggapan atas situasi dan kondisi politik terkini di Indonesia yang menurut mereka sedang mengalami darurat demokrasi.
Acara diisi dengan pembacaan puisi karya Wiji Thukul (Sajak Suara, Syair Kemerdekaan, Apa Guna, Peringatan), Taufiq Ismail (Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Kembalikan Indonesia Padaku), dan Sapardi Djoko Damono (Aku Ingin), orasi demokrasi oleh Adian Napitupulu, dan diselingi oleh nyanyian lagu-lagu perjuangan. Turut hadir pencipta lagu Lilin-lilin Kecil James F. Sundah dan Ferdy Element.
Wahyu Susilo, adik Almarhum Wiji Thukul yang hadir melalui sambungan Zoom menyampaikan, anak diktator Bongbong Marcos bisa memanipulasi, bahkan menghapus people power. ”Kita tak ingin hal itu terjadi di Indonesia karena kita ingin generasi kita maju tidak dengan beban sejarah masa lalu yang belum terurai,” jelasnya.
Adapun Petrus Hariyanto, yang juga merupakan rekan satu sel dari aktivis 98 Budiman Sudjatmiko yang baru-baru ini malah bergabung dengan kubu Paslon 02 mengajak agar memilih dengan hati nurani. “Mari kita terus mencegah agar capres pelanggar HAM, capres penculik tidak menjadi pemimpin Republik Indonesia kedepan. Pilihlah dengan hati nurani. Selamat Berkamisan di New York,” seru Petrus.
Pengacara muda Indonesia di AS dan inisiator acara ini Rifqi Mufid menyampaikan, bersama rekan-rekannya kompak berpakaian hitam-hitam memilih untuk Kamisan dibandingkan menyelenggarakan acara yang sifatnya wah karena ia prihatin. Ini adalah Pemilu yang ia ikuti untuk kedua kalinya.
“Saya memilih Jokowi pada Pemilu yang lalu, dan saya akan memilih Ganjar – Mahfud pada Februari nanti. Meskipun saya lahir setelah Reformasi 1998, kami belajar dari sejarah dan tak mau sejarah hitam terulang kembali,” ujar Rifqi yang baru saja lulus Magister Ilmu Hukum dari salah satu universitas ternama Cornell University ini.
Dia juga berpendapat seluruh anak bangsa harus menyadari bahwa Pemilu adalah momentum yang harus diisi dengan kegiatan-kegiatan intelektual.
“Pemilu itu bukan festival, hura-hura penuh gimmick. Pesta Demokrasi itu serius karena ini menentukan nasib bangsa kita ke depan. Kami sebagai anak muda ingin menitipkan masa depan Indonesia yang bermartabat kepada Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Yang memimpin Indonesia ke depan haruslah pemimpin yang konsisten pada cita-cita Reformasi yaitu memberantas KKN,” tutupnya.
(cip)