Etika Komunikasi Penting agar Indonesia Terhindar dari Perpecahan Jelang Pemilu 2024
loading...
A
A
A
Bahkan dalam beberapa materi film, biasanya ditampilkan konsekuensi yang diderita oleh korban pencemaran nama baik yang berlangsung amat panjang dan sangat sulit bangkit kembali. Karena itu, harus ada kesadaran bersama tentang akibat negatif dan misery (penderitaan panjangnya) sebelum pada akhirnya dilakukan penegakan hukum yang juga harus berprinsip pada pendidikan. Sesudah itu barulah semacam efek penjeraan.
Effendi menguraikan, dalam komunikasi politik, mempraktikkan etika juga berarti menyampaikan kebenaran yang didasarkan pada fakta yang lengkap. "Apabila dalam kesempatan tertentu kita dibatasi oleh waktu, seperti pada acara debat atau talkshow, maka kita dahulukan untuk menyampaikan fakta-fakta yang lebih penting," katanya.
Dalam komunikasi atau menyampaikan pendapat juga perlu dibuat menarik sekaligus santun. "Kalau anak sekarang bilangnya santuy. Artinya gaya komunikasi kita agar dibuat menarik, tidak perlu kasar. Kadangkala ada orang yang punya gaya bahasa atau gaya penyampaian relatif kasar," katanya.
Dengan beretika, seorang komunikator juga bertanggung jawab dalam menyampaikan pesan penuh makna kepada mereka yang mendengarkan. Komunikasi yang efektif bukan sekadar meningkatkan popularitas pembicara, namun juga bermanfaat bagi pendengarnya.
Selain itu, ketika etika dijunjung tinggi dalam berkomunikasi, maka orang yang berbicara memiliki tanggung jawab moral untuk tidak berbohong demi tujuannya. Ia tidak boleh berdusta hanya karena ingin menutupi kepentingan diri sendiri, kelompoknya, atau kelompok lain yang memintanya. Menerapkan etika dalam berkomunikasi berarti pula seseorang tidak boleh memaksa pihak tertentu untuk melakukan suatu kebohongan.
"Komunikasi yang efektif dan beretika juga mampu mencerdaskan publik dengan sesuatu yang baru. Oleh karenanya, ada andil besar bagi orang yang berbicara jika ia mampu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui apa yang disampaikannya," kata Effendi Gazali.
Effendi menguraikan, dalam komunikasi politik, mempraktikkan etika juga berarti menyampaikan kebenaran yang didasarkan pada fakta yang lengkap. "Apabila dalam kesempatan tertentu kita dibatasi oleh waktu, seperti pada acara debat atau talkshow, maka kita dahulukan untuk menyampaikan fakta-fakta yang lebih penting," katanya.
Dalam komunikasi atau menyampaikan pendapat juga perlu dibuat menarik sekaligus santun. "Kalau anak sekarang bilangnya santuy. Artinya gaya komunikasi kita agar dibuat menarik, tidak perlu kasar. Kadangkala ada orang yang punya gaya bahasa atau gaya penyampaian relatif kasar," katanya.
Dengan beretika, seorang komunikator juga bertanggung jawab dalam menyampaikan pesan penuh makna kepada mereka yang mendengarkan. Komunikasi yang efektif bukan sekadar meningkatkan popularitas pembicara, namun juga bermanfaat bagi pendengarnya.
Selain itu, ketika etika dijunjung tinggi dalam berkomunikasi, maka orang yang berbicara memiliki tanggung jawab moral untuk tidak berbohong demi tujuannya. Ia tidak boleh berdusta hanya karena ingin menutupi kepentingan diri sendiri, kelompoknya, atau kelompok lain yang memintanya. Menerapkan etika dalam berkomunikasi berarti pula seseorang tidak boleh memaksa pihak tertentu untuk melakukan suatu kebohongan.
"Komunikasi yang efektif dan beretika juga mampu mencerdaskan publik dengan sesuatu yang baru. Oleh karenanya, ada andil besar bagi orang yang berbicara jika ia mampu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui apa yang disampaikannya," kata Effendi Gazali.
(abd)