Program Satu Keluarga Satu Sarjana Jadi Impian Masyarakat
loading...
A
A
A
Kendati demikian, Agus menegaskan program pendidikan dan kesehatan memang harus dilakukan oleh siapa pun nanti presidennya untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. "Jadi program ini menjadi penting untuk Indonesia Emas 2045, tiga-tiganya," katanya.
Agus juga menyoroti elektabilitas paslon yang berbanding terbalik dengan akseptabilitas program yang ditawarkan. Ia tidak terlalu percaya dengan hasil survei karena sangat berkaitan dengan siapa yang membiayai surveri tersebut.
Ia malah menyoroti persoalan netralitas yang melanggar etika dalam Pemilu 2024. Aparat negara diarahkan untuk mendukung paslon tertentu. "Persoalannya sekarang diarahkan ke 02. Itu kan menurut saya tidak etis. Harusnya Bawaslu gerak cepat," katanya.
Sementara itu, Peneliti Bidang Ketenagakerjaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Triyono mengatakan, pendidikan adalah jalan terang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
"Kalau bicara pendidikan, untuk memutus rantai kelas sosial. Kalau berkiblat ke negara maju, pendidikan berpengaruh meningkatkan taraf hidup," katanya.
Pendidikan adalah jalan terang untuk membuka pengetahuan, berkreasi, sehingga nantinya bisa berwiraswasta. "Bicara pendidikan bukan hanya pendidikan semata, tapi bagaimana menciptakan kewirausahaan yang akibatnya meningkatkan kreasi, menghadirkan pengusaha-pengusaha, dan mereka menciptakan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Selain membuka peluang wiraswasta, tenaga kerja yang menyandang gelar sarjana, memiliki keterampilan, juga punya daya tawar ketika masuk ke dunia kerja. "Kita berbicara di hubungan industrial, ada bargaining posisi ketika kita memiliki keterampilan dan pendidikan bahasa, dan meningkatkan daya tawar," kata Triyono.
Karena itu, agar semakin kompetitif, kesempatan mengenyam pendidikan tinggi perlu didorong dan difasilitasi oleh pemerintah. "Kemudian di-mix lah, pendidikan yang bagus, keterampilan, kemampuan bahasa, dan IT," katanya.
Agus juga menyoroti elektabilitas paslon yang berbanding terbalik dengan akseptabilitas program yang ditawarkan. Ia tidak terlalu percaya dengan hasil survei karena sangat berkaitan dengan siapa yang membiayai surveri tersebut.
Ia malah menyoroti persoalan netralitas yang melanggar etika dalam Pemilu 2024. Aparat negara diarahkan untuk mendukung paslon tertentu. "Persoalannya sekarang diarahkan ke 02. Itu kan menurut saya tidak etis. Harusnya Bawaslu gerak cepat," katanya.
Sementara itu, Peneliti Bidang Ketenagakerjaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Triyono mengatakan, pendidikan adalah jalan terang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
"Kalau bicara pendidikan, untuk memutus rantai kelas sosial. Kalau berkiblat ke negara maju, pendidikan berpengaruh meningkatkan taraf hidup," katanya.
Pendidikan adalah jalan terang untuk membuka pengetahuan, berkreasi, sehingga nantinya bisa berwiraswasta. "Bicara pendidikan bukan hanya pendidikan semata, tapi bagaimana menciptakan kewirausahaan yang akibatnya meningkatkan kreasi, menghadirkan pengusaha-pengusaha, dan mereka menciptakan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Selain membuka peluang wiraswasta, tenaga kerja yang menyandang gelar sarjana, memiliki keterampilan, juga punya daya tawar ketika masuk ke dunia kerja. "Kita berbicara di hubungan industrial, ada bargaining posisi ketika kita memiliki keterampilan dan pendidikan bahasa, dan meningkatkan daya tawar," kata Triyono.
Karena itu, agar semakin kompetitif, kesempatan mengenyam pendidikan tinggi perlu didorong dan difasilitasi oleh pemerintah. "Kemudian di-mix lah, pendidikan yang bagus, keterampilan, kemampuan bahasa, dan IT," katanya.
(abd)