Jokowi Kecewa Debat Capres Serang Personal, Mahfud MD: Ndak Ada Pertanyaan Mengarah ke Rahasia Negara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 3, Mahfud MD tidak mempermasalahkan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) kecewa dengan debat capres terakhir dimana isinya lebih banyak menyerang personal dan tidak mendidik.
"Ya ndak apa-apa Pak Jokowi punya tanggapan seperti itu," ujar Mahfud usai mengumpulkan Tim Pemenangan Daerah (TPD) DIY di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Selasa (9/1/2024) malam.
Namun menurut Mahfud, di dalam debat tidak ada serangan personal dan memang capres itu orangnya personal sehingga yang ditonjolkan adalah kebijakannya.
Mahfud menandaskan tidak apa-apa jika ada serangan personal. Karena ada yang menganggapnya hal tersebut tepat dan perlu untuk diketahui rakyat Indonesia.
Bagi Mahfud, rakyat Indonesia itu jumlahnya banyak karena ada 270 juta kepala dengan 204 juta kepala pemilih. Jadi tidak apa-apa jika ada yang berpendapat bahwa debat terakhir itu menyerang personal.
"Ndak apa-apa tetapi sebagian besar rakyat ndak menganggap itu bukan serangan personal. Itu biasa saja," tandasnya.
Sepanjang sepengetahuannya, tidak ada pertanyaan yang harus dijawab dengan membongkar rahasia negara. Karena yang dilontarkan itu pertanyaan biasa saja bukan mengarah ke rahasia negara.
"Misalnya kenapa beli pesawat seperti ini kan bukan rahasia," tutur Mahfud.
Dikatakan rahasia itu misalnya jika ditanyakan data intelijen, kekuatan Indonesia di dunia ataupun di Malaysia itu berapa. Atau berapa mata-mata Indonesia di luar negeri, itu yang namanya rahasia negara.
Sehingga wajar ketika orang bertanya mengapa beli pesawat ini terus kondisinya seperti apa. Termasuk juga peranan Indonesia dalam kepemimpinan pertahanan selatan-selatan. Hal-hal tersebut bukan rahasia negara.
"Apa yang disimpan apa yang rahasia ndak ada yang personal dan ndak ada yang rahasia," kata dia.
Rahasia itu, lanjutnya, ada undang-undangnya dimana mengatur apa yang harus dirahasiakan. Misalnya putusan pengadilan yang belum diucapkan, sudah diputus tetapi belum dibacakan secara resmi. Putusan pengadilan itulah yang dinamakan rahasia negara.
"Data intelijen, mata-mata kita di luar negeri, obyek-obyek vital nasional yang harus dijaga ketat. Itu rahasia negara," ucapnya.
"Kalau yang kemarin yang ditanyakan apa sih yang rahasia negara. Saya ndak dengar. Ada yang tahu ndak? Karena memang tidak ada yang rahasia negara itu bukan personal memang itu data," tutupnya.
"Ya ndak apa-apa Pak Jokowi punya tanggapan seperti itu," ujar Mahfud usai mengumpulkan Tim Pemenangan Daerah (TPD) DIY di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Selasa (9/1/2024) malam.
Baca Juga
Namun menurut Mahfud, di dalam debat tidak ada serangan personal dan memang capres itu orangnya personal sehingga yang ditonjolkan adalah kebijakannya.
Mahfud menandaskan tidak apa-apa jika ada serangan personal. Karena ada yang menganggapnya hal tersebut tepat dan perlu untuk diketahui rakyat Indonesia.
Bagi Mahfud, rakyat Indonesia itu jumlahnya banyak karena ada 270 juta kepala dengan 204 juta kepala pemilih. Jadi tidak apa-apa jika ada yang berpendapat bahwa debat terakhir itu menyerang personal.
"Ndak apa-apa tetapi sebagian besar rakyat ndak menganggap itu bukan serangan personal. Itu biasa saja," tandasnya.
Sepanjang sepengetahuannya, tidak ada pertanyaan yang harus dijawab dengan membongkar rahasia negara. Karena yang dilontarkan itu pertanyaan biasa saja bukan mengarah ke rahasia negara.
"Misalnya kenapa beli pesawat seperti ini kan bukan rahasia," tutur Mahfud.
Dikatakan rahasia itu misalnya jika ditanyakan data intelijen, kekuatan Indonesia di dunia ataupun di Malaysia itu berapa. Atau berapa mata-mata Indonesia di luar negeri, itu yang namanya rahasia negara.
Sehingga wajar ketika orang bertanya mengapa beli pesawat ini terus kondisinya seperti apa. Termasuk juga peranan Indonesia dalam kepemimpinan pertahanan selatan-selatan. Hal-hal tersebut bukan rahasia negara.
"Apa yang disimpan apa yang rahasia ndak ada yang personal dan ndak ada yang rahasia," kata dia.
Rahasia itu, lanjutnya, ada undang-undangnya dimana mengatur apa yang harus dirahasiakan. Misalnya putusan pengadilan yang belum diucapkan, sudah diputus tetapi belum dibacakan secara resmi. Putusan pengadilan itulah yang dinamakan rahasia negara.
"Data intelijen, mata-mata kita di luar negeri, obyek-obyek vital nasional yang harus dijaga ketat. Itu rahasia negara," ucapnya.
"Kalau yang kemarin yang ditanyakan apa sih yang rahasia negara. Saya ndak dengar. Ada yang tahu ndak? Karena memang tidak ada yang rahasia negara itu bukan personal memang itu data," tutupnya.
(kri)