Ganjar-Mahfud Tawarkan Skema Subsidi agar Sembako Melimpah Harga Murah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasangan calon pasangan presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berkomitmen mengatasi persoalan yang mendera petani. Salah satu persoalan yang dihadapi adalah rendahnya harga jual di level petani.
Istri capres Ganjar Pranowo, Siti Atikoh mengungkapkan, fluktuasi harga sembako menyusahkan para petani Indonesia dan kerap membuat mereka berada di kondisi terjepit. Di satu sisi, sebagai produsen, para petani menderita karena harga jual di level petani rendah.
Sementara di sisi lain, mereka juga merupakan konsumen yang harus berhadapan dengan harga sembako yang mahal. Atikoh menegaskan, pasangan Ganjar-Mahfud berkomitmen untuk menangani masalah pangan nasional, termasuk harga sembako yang tidak stabil.
Ujungnya, keuntungan akan diperoleh oleh semua pihak, baik petani maupun masyarakat sebagai konsumen. Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu mengungkapkan, harus ada formula konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya subsidi yang diberikan dalam bentuk harga pasar maupun penampungan hasil petani oleh pemerintah.
"Tentu harus ada subsidi. Subsidinya seperti apa? Apakah bentuknya subsidi harga (di pasar) atau pemerintah yang menampung hasil (petani) dengan harga yang cukup, sehingga mereka mendapat keuntungan yang cukup," kata Atikoh dalam keterangan tertulis dari Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Jumat (5/1/2024).
Atikoh menekankan perlunya langkah cepat dari pemerintah untuk menyetabilkan harga bahan pokok. Masyarakat, terutama petani harus dapat merasakan keberpihakan pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
"Mereka merasa keberpihakan pemerintah itu ada, pemerintah itu hadir ketika petani itu membutuhkan," katanya.
Atikoh menyarankan agar petani membangun lumbung keluarga terlebih dahulu. Lewat lumbung keluarga, sebagian produksi petani dapat disisihkan dan disimpan untuk konsumsi sendiri.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari situasi di mana petani harus sembako dengan harga tinggi setelah menjual semua produksinya. "Karena ada beberapa petani ketika harga naik justru mereka sebagai konsumen,” ungkap Atikoh.
Selanjutnya, perlu ada penelitian lebih lanjut terhadap rantai distribusi produk pangan. Menurut Atikoh, rantai distribusi pangan membutuhkan reformulasi untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga dari tingkat produksi hingga konsumen.
Menurutnya, Ganjar-Mahfud sudah memiliki berbagai skenario untuk menjamin stabilitas harga dan mengamankan ketersediaan sembako. Salah satunya dengan memperkuat posisi Bulog untuk menjaga harga sembako tetap stabil.
"Kalau program Mas Ganjar sih ingin memperkuat posisi Bulog agar stabilitas harga dan ketersediaan pangan bisa pro petani," kata Atikoh.
Istri capres Ganjar Pranowo, Siti Atikoh mengungkapkan, fluktuasi harga sembako menyusahkan para petani Indonesia dan kerap membuat mereka berada di kondisi terjepit. Di satu sisi, sebagai produsen, para petani menderita karena harga jual di level petani rendah.
Sementara di sisi lain, mereka juga merupakan konsumen yang harus berhadapan dengan harga sembako yang mahal. Atikoh menegaskan, pasangan Ganjar-Mahfud berkomitmen untuk menangani masalah pangan nasional, termasuk harga sembako yang tidak stabil.
Baca Juga
Ujungnya, keuntungan akan diperoleh oleh semua pihak, baik petani maupun masyarakat sebagai konsumen. Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu mengungkapkan, harus ada formula konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya subsidi yang diberikan dalam bentuk harga pasar maupun penampungan hasil petani oleh pemerintah.
"Tentu harus ada subsidi. Subsidinya seperti apa? Apakah bentuknya subsidi harga (di pasar) atau pemerintah yang menampung hasil (petani) dengan harga yang cukup, sehingga mereka mendapat keuntungan yang cukup," kata Atikoh dalam keterangan tertulis dari Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Jumat (5/1/2024).
Atikoh menekankan perlunya langkah cepat dari pemerintah untuk menyetabilkan harga bahan pokok. Masyarakat, terutama petani harus dapat merasakan keberpihakan pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
"Mereka merasa keberpihakan pemerintah itu ada, pemerintah itu hadir ketika petani itu membutuhkan," katanya.
Atikoh menyarankan agar petani membangun lumbung keluarga terlebih dahulu. Lewat lumbung keluarga, sebagian produksi petani dapat disisihkan dan disimpan untuk konsumsi sendiri.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari situasi di mana petani harus sembako dengan harga tinggi setelah menjual semua produksinya. "Karena ada beberapa petani ketika harga naik justru mereka sebagai konsumen,” ungkap Atikoh.
Selanjutnya, perlu ada penelitian lebih lanjut terhadap rantai distribusi produk pangan. Menurut Atikoh, rantai distribusi pangan membutuhkan reformulasi untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga dari tingkat produksi hingga konsumen.
Menurutnya, Ganjar-Mahfud sudah memiliki berbagai skenario untuk menjamin stabilitas harga dan mengamankan ketersediaan sembako. Salah satunya dengan memperkuat posisi Bulog untuk menjaga harga sembako tetap stabil.
"Kalau program Mas Ganjar sih ingin memperkuat posisi Bulog agar stabilitas harga dan ketersediaan pangan bisa pro petani," kata Atikoh.
(rca)