Menyiapkan Drone untuk Kekuatan Masa Depan TNI
loading...
A
A
A
baca juga: 7 Keunggulan Drone Tempur Bayraktar Akinci, Berteknologi AI dan Bekerja Layaknya Jet Tempur
Walaupun tidak sefenomenal dua peperangan tersebut, drone sebelumnya telah dimanfaatkan dalam beberapa operasi militer, terutama oleh Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam itu secara intensif memanfaatkannya untuk operasi militer Irak, Iran, Suriah, Libia, Somalia, hingga Afganistan.
Realitas tersebut lagi-lagi menegaskan penggunaan drone tempur sebagai elemen taktis penting dalam mendukung strategi perang modern. Dia bahkan memiliki keunggulan khusus untuk melengkapi sistem persenjataan perang modern lainnya, dalam pesawat tempur generasi teranyar atau dikenal sebagai loyal wingman.
Butuh Komitmen
Keputusan tiga matra di TNI mengakuisi dan menyiapkan satuan drone mengindikasikan langkah kongkret menjadikan pesawat nirawak ini sebagai kekuatan masa depan TNI. Sikap ini sekaligus menunjukkan kesadaran bahwa drone adalah alutsista signifikan dalam perang modern saat ini.
Selain telah diperkuat CH-4 Rainbow, TNI juga telah mengincar drone buatan Turki yang masuk kategori drone berkemampuan terbang pada ketinggian medium dan terbang lama/jauh atau MALE (Medium-Altitude Long-Endurance). Berdasar laporan Janes (9/2/2023), drone dimaksud adalah BayraktarTB2 buatan Baykar Technologies dan Anka yang diproduksi Turkish Aerospace Industries (TUSAS) dengan produknya droneAnka.
baca juga: Dahsyat! Drone Tempur Buatan Israel Perkuat Pasukan Elite Kopasgat TNI AU
Pembelian drone asal Turki itu merupakan bagian dari daftar 16 program pembelian alutsista TNI pada 2023, yang diizinkan untuk menggunakan pinjaman luar negeri. Kemenkeu menyetujui sistem pembiayaan itu, dengan syarat kontrak formal ditandatangani Kemenhan sebelum 31 Desember 2023.
Persetujuan pengadaandronediberikan secara terpisah untuk masing-masing tiga angkatan, beserta amunisinya. Untuk TNI AU , misalnya, Kemenkeu telah mengizinkan jumlah pinjaman hingga USD200 juta tau sekitar Rp3,29 triliun. Sedangkan untukpengadaanamunisi, nilai pinjaman dipatok maksimal sebesar USD38,115 juta atau sekitar Rp577 miliar.
Bila melihat perkembangan tersebut, kapasitas drone tempur yang dimiliki TNI sebenarnya tak ketinggalan dibanding negara kawasan. Termasuk, dibanding Singapura yang diperkuat dengan drone RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman, dan Australia telah memesan drone intai strategis kelas HALE (High–Altitude Long–Endurance) Northrop Grumman MQ-4CTritonmade in Amerika Serikat.
Walaupun tidak sefenomenal dua peperangan tersebut, drone sebelumnya telah dimanfaatkan dalam beberapa operasi militer, terutama oleh Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam itu secara intensif memanfaatkannya untuk operasi militer Irak, Iran, Suriah, Libia, Somalia, hingga Afganistan.
Realitas tersebut lagi-lagi menegaskan penggunaan drone tempur sebagai elemen taktis penting dalam mendukung strategi perang modern. Dia bahkan memiliki keunggulan khusus untuk melengkapi sistem persenjataan perang modern lainnya, dalam pesawat tempur generasi teranyar atau dikenal sebagai loyal wingman.
Butuh Komitmen
Keputusan tiga matra di TNI mengakuisi dan menyiapkan satuan drone mengindikasikan langkah kongkret menjadikan pesawat nirawak ini sebagai kekuatan masa depan TNI. Sikap ini sekaligus menunjukkan kesadaran bahwa drone adalah alutsista signifikan dalam perang modern saat ini.
Selain telah diperkuat CH-4 Rainbow, TNI juga telah mengincar drone buatan Turki yang masuk kategori drone berkemampuan terbang pada ketinggian medium dan terbang lama/jauh atau MALE (Medium-Altitude Long-Endurance). Berdasar laporan Janes (9/2/2023), drone dimaksud adalah BayraktarTB2 buatan Baykar Technologies dan Anka yang diproduksi Turkish Aerospace Industries (TUSAS) dengan produknya droneAnka.
baca juga: Dahsyat! Drone Tempur Buatan Israel Perkuat Pasukan Elite Kopasgat TNI AU
Pembelian drone asal Turki itu merupakan bagian dari daftar 16 program pembelian alutsista TNI pada 2023, yang diizinkan untuk menggunakan pinjaman luar negeri. Kemenkeu menyetujui sistem pembiayaan itu, dengan syarat kontrak formal ditandatangani Kemenhan sebelum 31 Desember 2023.
Persetujuan pengadaandronediberikan secara terpisah untuk masing-masing tiga angkatan, beserta amunisinya. Untuk TNI AU , misalnya, Kemenkeu telah mengizinkan jumlah pinjaman hingga USD200 juta tau sekitar Rp3,29 triliun. Sedangkan untukpengadaanamunisi, nilai pinjaman dipatok maksimal sebesar USD38,115 juta atau sekitar Rp577 miliar.
Bila melihat perkembangan tersebut, kapasitas drone tempur yang dimiliki TNI sebenarnya tak ketinggalan dibanding negara kawasan. Termasuk, dibanding Singapura yang diperkuat dengan drone RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman, dan Australia telah memesan drone intai strategis kelas HALE (High–Altitude Long–Endurance) Northrop Grumman MQ-4CTritonmade in Amerika Serikat.