Menyiapkan Drone untuk Kekuatan Masa Depan TNI

Senin, 11 Desember 2023 - 05:09 WIB
loading...
A A A
Berdasar sejumlah catatan, drone sebenarnya sudah dikenal sejak akhir perang Dunia I, dan lebih intensif digunakan pada perang Dunia II. Kala itu, drone digunakan Nazi bukan sebatas untuk latihan target sasaran, tapi juga melakukan serangan. Selanjutnya, lompatan drone canggih menemukan momentum pada 1995 saat General Atomics M-Q-1 Predator memulai menjalani debutnya.

Namun, saat itu fungsi drone masih sebatas menjalankan misi surveillance. Sejak saat itu, perkembangan drone militer mengalami progresivitas dan banyak negara memberi perhatian untuk mengembangkannya kepentingan sipil maupun militer. Kehadirannya pun menjadi warna baru dalam perang modern di abad 21.

baca juga: Misterius, Drone-Drone Ukraina Berjatuhan Sendiri di Medan Tempur

Sebenarnya, apa yang dimaksud perang modern? Wikipedia mengutip definisi The Oxford History of Modern Warfare menyebut sebagai peperangan yang sangat berbeda dari konsep, metode, dan teknologi militer sebelumnya, yang menekankan bagaimana kombatan harus melakukan modernisasi untuk mempertahankan kelayakan pertempuran mereka.

Disebutkan bahwa perang modern merupakan subjek yang terus berkembang, dilihat secara berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda. Dalam arti sempitnya, ini hanyalah sinonim dari peperangan kontemporer. Secara lebih luas, kilasan sejarah perang modern ditandai dengan munculnya revolusi mesiu, artileri, kapal perang, senapan mesin, pesawat terbang, tank, radio, dan lainnya.

Menyederhanakan deskripsi tersebut, perang modern merupakan antitesa perang tradisional yang lazim menggunakan senjata tangan seperti tombak, pedang dan panah sebagai senjata utama yang biasa digunakan di jaman kerajaan. Perang modern ditandai dengan pemanfaatan perkembangan teknologi seiring kemajuan sains dan teknologi. Dalam konteks ini, penggunaan drone merupakan salah satu invensi monumental yang mewarnai perkembangan karakter dan strategi peperangan modern pada abad 21.

Kemenangan Azerbaijan atas Armenia dalam perang memperebutkan wilayah perbatasan, yakni Nagorno-Karabakh, pada 2020 lalu menjadi tonggak pengakuan drone sebagai alutsista perang modern yang berperan sebagai game changer. Penggunaan drone Bayraktar TB2 buatan Baykar Technologies asal Turki dalam momen tersebut bukan hanya menjadi mata-mata bagi militer Azerbaijan untuk mengawasi posisi lawan,tapi sekaligus bertindak sebagai pemukul dengan mengeksekusi target strategis lawan secara langsung.

Perang yang dilakukan Bayraktar TB2 terbilang sangat strategis. Betapa tidak, dia digunakan untuk menyasar sistem radar dan rudal pertahanan udara, sistem artileri medan, peluncur roket multilaras (MLRS), sistem rudal balistik jarak dekat, beragam kendaraan tempur darat, hingga mengeliminasi kelompok pasukan darat Armenia.

Sukses besar di palagan Nagorno-Karabakh menjadikan nama Bayraktar TB2 sebagai alutsista battle proven dan melambung tinggi di persaingan drone tempur dunia. Di sisi lain, pengalaman pertempuran tersebut menggugah kesadaran para ahli strategi militer dunia tentang makna strategis penggunaan drone dalam perang modern.

Apalagi kemudian pada perang Rusia vs Ukraina yang pecah 2022 dan hingga kini masih berlangsung, drone tempur sama digunakan pasukan Ukraina sempat membuat kewalahan pasukan darat Rusia. Catatan paling fenomenal ditorehkan kala Bayraktar TB2 bersama Su-27 Angkatan Udara Ukraina menggempur posisi pasukan Rusia yang menguasai Pulau Ular milik Ukraina di Laut Hitam pada 7 Mei 2022.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1475 seconds (0.1#10.140)