Kampanye Pemilu 2024: Antara Gimmick, Gagasan dan Elektabilitas

Senin, 11 Desember 2023 - 00:44 WIB
loading...
A A A
Gimmick diawali dengan penggalian tentang sosok yang akan di-branding. Antara lain dengan menelusuri kepribadian seseorang, kekhasan seseorang, keunikan seseorang, orisinalitas gagasan seseorang. Gimmick juga bahkan bisa dilakukan dengan dengan mencari karakter atau kebutuhan publik. Dari penggalian-penggalian tersebut, maka muncullah gimmick.

Sesuai fungsinya, yaitu untuk membongkar tembok hambatan komunikasi, gimmick yang baik adalah yang mampu membangun keterhubungan antara kontestan dengan publiknya. Lewat gimmick ada kehangatan, keakraban, sehingga seolah tak ada jarak yang memisahkan keduanya. Situasi inilah yang dituju oleh para kontestan dalam menarik perhatian publik.

Bahkan jauh sebelum masa kampanye tiba, perang gimmick itu sudah terjadi. Dua kata saja cukup untuk dijadikan gimmick. Dua kata ini mewakili gagasan panjang lebar yang dimiliki seorang kontestan tentang visi misi yang ingin disampaikan pada calon pemilih mereka. Dua kata itu ditulis tegas bersama foto kontestan di poster, baliho, dan atau alat peraga kampanye lainnya.

Bayangkan apa yang terjadi bila gagasan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan ditulis lengkap di poster-poster atau baliho-baliho. Jangankan memahami, membacanya saja sulit. Bahkan, bilapun gagasan itu dibukukan, berapa juta copy yang harus dicetak.

baca juga: Reshuffle Kabinet Bisa Jadi Hanya Gimmick Politik Jokowi

Berapa banyak orang yang mau meluangkan waktu membaca, memahami dan mencernanya sebagai sebuah gagasan yang sesuai harapan. Jadi, bila gimmick dijadikan sebagai strategi komunikasi dalam kampanye, maka hal tersebut adalah sesuatu yang lumrah. Selain memangkas waktu, gimmick juga memangkas biaya.

Dalam kampanye Pilpres 2024 , gerakan perubahan Capres nomor urut satu Anies Baswedan , joget khas ala Capres nomor urut dua Prabowo Subianto , atau ‘Sat Set’ milik Capres nomor tiga Ganjar Pranowo , bisa dinilai juga sebagai gimmick yang dibuat untuk membangun relasi dengan calon pemilih.

Pesta demokrasi sedang berlangsung. Selama 75 hari, mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia, serta ratusan ribu calon legislator bertarung dan berjuang menarik simpati 204.807.222 penduduk yang tercatat di Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Gimmick adalah satu sisi, namun gagasan adalah hal yang paling utama. Rakyat Indonesia tentu harus dewasa menyikapi fenomena ini. Semuanya dari balik bilik pemilihan di 14 Februari 2024 mendatang, rakyat memberikan suaranya pada mereka. Tanyakan pada hati nurani, siapa yang paling layak dipilih.
(hdr)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1882 seconds (0.1#10.140)