Siti Atikoh Tekankan Pentingnya Memupuk Budaya Antikorupsi Sejak Dini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siti Atikoh, istri Capres Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo , menyampaikan pentingnya memupuk budaya antikorupsi sejak anak usia dini. Kata Atikoh, ujung tombak budaya antikorupsi ada pada keluarga.
"Karena di keluargalah mulai ditanamkan pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan keagamaan. Itu menjadi benteng yang dalam melakukan apa pun ada konsekuensi, baik konsekuensi secara pribadi maupun konsekuensi kepada yang Maha Kuasa," kata Siti Atikoh dalam acara Sarasehan Ibu Bersama Rakyat: Memperingati Hari Antikorupsi, di Pullman Hotel, Jakarta, Sabtu (9/12/2023).
Mengenalkan budaya antikorupsi pada anak misalnya dengan tidak langsung tentang mengambil uang. Orang tua bisa mengenalkan budaya antikorupsi pada anak dengan mengenalkan hak dan kewajiban.
"Yang paling efektif untuk ditanamkan umur 4 sampai 9 tahun, anak itu mulai dikenalkan hak dan kewajibannya. Kemudian apa yang menjadi konsekuensi dari setiap perbuatannya," ucap Atikoh.
Atikoh mencontohkan hal yang sering terjadi di kalangan orang tua dan anak-anak masa kini. Kebanyakan orang tua memanjakan anak dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah sang anak. Padahal, tugas sekolah merupakan kewajiban si anak.
"Secara tidak sadar itu sedang memapar mengontaminasikan anak budaya koruptif. Kalau itu tugas anak, ya anak yang mengerjakan, bukan kita (orang tua)," kata Atikoh.
Atikoh mengatakan, Kalau anak tidak mengerjakan tugas, memang mereka mendapat hukuman dari sekolah. "Ya enggak apa-apa karena mereka bersalah. Jadi anak tahu kalau saya tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, ada feedback ke saya," lanjutnya.
Atikoh pun berpesan agar orang tua mengenalkan hak dan kewajiban anak di tempat umum. Misalnya, bangku prioritas di transportasi umum. Ketika masih anak-anak, bangku tersebut boleh saja diduduki oleh si anak. Namun, ketika tumbuh remaja dan dewasa, bangku prioritas bukan lagi untuknya.
Contoh lainnya yakni mengajarkan anak untuk tepat waktu agar tidak masuk kategori korupsi waktu. Semua hal di atas telah Atikoh ajarkan dan biasakan pada putra kesayangannya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar . Dirinya mengaku, pembelajaran tersebut bukan hal yang mudah untuk anak-anak. Namun, bukan berarti disepelekan begitu saja.
Agar lebih mudah mengajarkan budaya antikorupsi, Atikoh menyarankan untuk memberi contoh terlebih dahulu. "Dengan diri kita memberi contoh pada anak, perlahan memberikan edukasi pada anak," pungkasnya.
"Karena di keluargalah mulai ditanamkan pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan keagamaan. Itu menjadi benteng yang dalam melakukan apa pun ada konsekuensi, baik konsekuensi secara pribadi maupun konsekuensi kepada yang Maha Kuasa," kata Siti Atikoh dalam acara Sarasehan Ibu Bersama Rakyat: Memperingati Hari Antikorupsi, di Pullman Hotel, Jakarta, Sabtu (9/12/2023).
Mengenalkan budaya antikorupsi pada anak misalnya dengan tidak langsung tentang mengambil uang. Orang tua bisa mengenalkan budaya antikorupsi pada anak dengan mengenalkan hak dan kewajiban.
"Yang paling efektif untuk ditanamkan umur 4 sampai 9 tahun, anak itu mulai dikenalkan hak dan kewajibannya. Kemudian apa yang menjadi konsekuensi dari setiap perbuatannya," ucap Atikoh.
Atikoh mencontohkan hal yang sering terjadi di kalangan orang tua dan anak-anak masa kini. Kebanyakan orang tua memanjakan anak dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah sang anak. Padahal, tugas sekolah merupakan kewajiban si anak.
"Secara tidak sadar itu sedang memapar mengontaminasikan anak budaya koruptif. Kalau itu tugas anak, ya anak yang mengerjakan, bukan kita (orang tua)," kata Atikoh.
Atikoh mengatakan, Kalau anak tidak mengerjakan tugas, memang mereka mendapat hukuman dari sekolah. "Ya enggak apa-apa karena mereka bersalah. Jadi anak tahu kalau saya tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, ada feedback ke saya," lanjutnya.
Atikoh pun berpesan agar orang tua mengenalkan hak dan kewajiban anak di tempat umum. Misalnya, bangku prioritas di transportasi umum. Ketika masih anak-anak, bangku tersebut boleh saja diduduki oleh si anak. Namun, ketika tumbuh remaja dan dewasa, bangku prioritas bukan lagi untuknya.
Contoh lainnya yakni mengajarkan anak untuk tepat waktu agar tidak masuk kategori korupsi waktu. Semua hal di atas telah Atikoh ajarkan dan biasakan pada putra kesayangannya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar . Dirinya mengaku, pembelajaran tersebut bukan hal yang mudah untuk anak-anak. Namun, bukan berarti disepelekan begitu saja.
Agar lebih mudah mengajarkan budaya antikorupsi, Atikoh menyarankan untuk memberi contoh terlebih dahulu. "Dengan diri kita memberi contoh pada anak, perlahan memberikan edukasi pada anak," pungkasnya.
(zik)