Warga Keluhkan Kerusakan Lingkungan di Kalimantan, Ganjar Komitmen Melestarikan Alam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Presiden (Capres) yang diusung Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Ganjar Pranowo mendapatkan keluhan soal kerusakan lingkungan yang memprihatinkan di Kalimantan. Keluhan itu disampaikan oleh seorang warga bernama Ketut Waskita.
Ketut mengatakan, kerusakan lingkungan itu terjadi terutama di pedalaman Kalimantan. Ketut pun mengaku sedih, sebab hutan di Kalimantan sudah gundul.
"Betapa sedihnya kami melihat lingkungan kami di situ hancur gundul," ujarnya ketika Ganjar menghadiri ramah tamah dengan tokoh masyarakat dan lintas agama di Balikpapan, Kalimantan Timur dikutip Kamis, (7/12/2023).
Ketut menceritakan pada tahun 1990-an ketika dirinya pertama kali menginjakkan kaki di Balikpapan, masih sempat menyaksikan birunya sungai. "Nah sekarang 10 tahun terakhir ini kami satupun enggak pernah lihat air sungai yang jernih atau yang biru," ucapnya.
Ketut lantas bertanya kepada Ganjar soal komitmennya terhadap kerusakan lingkungan. "Apa tindakan Bapak untuk perbaiki lingkungan kami ini yang sudah hancur begitu dahsyatnya. Apakah yang akan bapak perbuat, selama lima tahun itu apakah akan biarkan lingungan kami yang hancur untuk kelangsungan generasi kami," kata Ketut.
Ganjar pun menjawab, bahwa dirinya akan berkomitmen untuk pelestarian lingkungan dengan pembangunan yang harus berjalan beriringan.
"Sungai rusak apakah akan diperbaiki? Harus Pak. Tapi kan penduduk kita tambah Pak. Butuh ruang, butuh energi, ya nggak, butuh perumahan, maka semakin tertekan kondisi lingkungan. Maka apa yang harus dilakukan betul-betul pembangunan harus berkelanjutan. Berkelanjutan apa? Mesti bertahap," ujar Ganjar.
Ganjar mengakui ini semacam dilema. Misalnya, di Balikpapan ada minyak, gas, batubara. Dia kemudian memberikan dua pilihan kepada orang yang bertanya tersebut yaitu dikelola atau dibiarkan.
"Pertanyaannya batubaranya mau kita ambil atau nggak Pak Ketut," tanya Ganjar.
"Ambil dengan syarat, Setuju," jawab Ketut
"Saya ikut Anda," timpal Ganjar.
Sebab, tak dipungkiri seringkali eksesnya lebih banyak negatif. Maka kalau kawasannya sudah ditentukan, seringkali melebar, menjadi ilegal.
"Maka inilah kenapa saya dengan Pak Mahfud kencang bicaranya. Kalau ini kita tertibkan, kaitannya kan dengan kolusi, korupsi, karena tidak sesuai dengan aturan," ujar dia.
Ganjar kemudian meminta dukungan dari masyarakat termasuk Ketut Wastika dalam hal penegakan aturan. Sebab, tak bisa ditampik ketika ada temuan pelanggaran ternyata dilakukan oleh orang-orang yang berada di lingkaran mereka.
"Yang kaya gitu kira-kira bli Ketut, mau ditegakkan apa nggak?," ujar Ganjar.
"Harus," jawab Ketut.
"Pas kita tegakkan teman kita. Gak masalah? Pak saya pendukung Pak Ganjar lho, gimana? ," tanya Ganjar.
"Gaspol," teriak peserta yang hadir.
"Gaspol !!! Ini Anda lho yang ngomong ya awas ya. Kalau nanti kita gaspol begitu, saya berharap dari sini akan bisa teriak kita dukung Pak Ganjar dan Pak Mahfud," ujar dia.
Ganjar menyampaikan cerita pengalaman saat duduk di kursi DPR RI dan Gubernur. Diakuinya, dalam hal pengambilan sebuah keputusan terkadang menjadi sesuatu yang sulit.
"Pak kami pernah memutuskan itu. Memutuskan itu, tidak gampang. Ada berbagai cerita. Kita mencoba amdalnya kita perbaiki, mitigasi agar tidak rusak, sehingga orang akan bisa mengerjakan dengan berkelanjutan, sustain," ujar dia.
"Kalau ada dari Bali, Dayak, masyarakat setempat menggunakannya itu dengan kearifan, rasa-rasanya kita bisa memberikan kontrol," sambung dia.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
Ketut mengatakan, kerusakan lingkungan itu terjadi terutama di pedalaman Kalimantan. Ketut pun mengaku sedih, sebab hutan di Kalimantan sudah gundul.
"Betapa sedihnya kami melihat lingkungan kami di situ hancur gundul," ujarnya ketika Ganjar menghadiri ramah tamah dengan tokoh masyarakat dan lintas agama di Balikpapan, Kalimantan Timur dikutip Kamis, (7/12/2023).
Ketut menceritakan pada tahun 1990-an ketika dirinya pertama kali menginjakkan kaki di Balikpapan, masih sempat menyaksikan birunya sungai. "Nah sekarang 10 tahun terakhir ini kami satupun enggak pernah lihat air sungai yang jernih atau yang biru," ucapnya.
Ketut lantas bertanya kepada Ganjar soal komitmennya terhadap kerusakan lingkungan. "Apa tindakan Bapak untuk perbaiki lingkungan kami ini yang sudah hancur begitu dahsyatnya. Apakah yang akan bapak perbuat, selama lima tahun itu apakah akan biarkan lingungan kami yang hancur untuk kelangsungan generasi kami," kata Ketut.
Ganjar pun menjawab, bahwa dirinya akan berkomitmen untuk pelestarian lingkungan dengan pembangunan yang harus berjalan beriringan.
"Sungai rusak apakah akan diperbaiki? Harus Pak. Tapi kan penduduk kita tambah Pak. Butuh ruang, butuh energi, ya nggak, butuh perumahan, maka semakin tertekan kondisi lingkungan. Maka apa yang harus dilakukan betul-betul pembangunan harus berkelanjutan. Berkelanjutan apa? Mesti bertahap," ujar Ganjar.
Ganjar mengakui ini semacam dilema. Misalnya, di Balikpapan ada minyak, gas, batubara. Dia kemudian memberikan dua pilihan kepada orang yang bertanya tersebut yaitu dikelola atau dibiarkan.
"Pertanyaannya batubaranya mau kita ambil atau nggak Pak Ketut," tanya Ganjar.
"Ambil dengan syarat, Setuju," jawab Ketut
"Saya ikut Anda," timpal Ganjar.
Sebab, tak dipungkiri seringkali eksesnya lebih banyak negatif. Maka kalau kawasannya sudah ditentukan, seringkali melebar, menjadi ilegal.
"Maka inilah kenapa saya dengan Pak Mahfud kencang bicaranya. Kalau ini kita tertibkan, kaitannya kan dengan kolusi, korupsi, karena tidak sesuai dengan aturan," ujar dia.
Ganjar kemudian meminta dukungan dari masyarakat termasuk Ketut Wastika dalam hal penegakan aturan. Sebab, tak bisa ditampik ketika ada temuan pelanggaran ternyata dilakukan oleh orang-orang yang berada di lingkaran mereka.
"Yang kaya gitu kira-kira bli Ketut, mau ditegakkan apa nggak?," ujar Ganjar.
"Harus," jawab Ketut.
"Pas kita tegakkan teman kita. Gak masalah? Pak saya pendukung Pak Ganjar lho, gimana? ," tanya Ganjar.
"Gaspol," teriak peserta yang hadir.
"Gaspol !!! Ini Anda lho yang ngomong ya awas ya. Kalau nanti kita gaspol begitu, saya berharap dari sini akan bisa teriak kita dukung Pak Ganjar dan Pak Mahfud," ujar dia.
Ganjar menyampaikan cerita pengalaman saat duduk di kursi DPR RI dan Gubernur. Diakuinya, dalam hal pengambilan sebuah keputusan terkadang menjadi sesuatu yang sulit.
"Pak kami pernah memutuskan itu. Memutuskan itu, tidak gampang. Ada berbagai cerita. Kita mencoba amdalnya kita perbaiki, mitigasi agar tidak rusak, sehingga orang akan bisa mengerjakan dengan berkelanjutan, sustain," ujar dia.
"Kalau ada dari Bali, Dayak, masyarakat setempat menggunakannya itu dengan kearifan, rasa-rasanya kita bisa memberikan kontrol," sambung dia.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
(cip)