Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5
loading...
A
A
A
Rosil, salah seorang teman Subagyo mengungkapkan bahwa tidak ada yang percaya dengan omongan Subagyo ketika itu. Rosil (kelak menjadi pengusaha di Yogyakarta) yang merupakan aktivis Muhammadiyah ini sahabat karib Subagyo sekaligus tempat bertanya mengenai hal-hal rohaniah.
"Waktu itu Subagyo sudah sangat yakin dirinya akan bisa menjadi jenderal. Tapi teman-temannya tidak ada yang percaya. Bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan impiannya itu, kami tahu latar belakangnya,” ungkapnya.
Subagyo HS adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakub Hadiswoyo dan Sukiyah. Yakub dikenal sebagai juru penerang yang bekerja pada Djawatan Penerangan, sedangkan Sukiyah berjualan di pasar untuk membantu ekonomi keluarga.
Rumah mereka berlantai tanah dengan dinding gedek alias anyaman bambu. Kondisi ekonomi keluarga Hadisiswoyo tergolong biasa-biasa saja untuk ukuran masyarakat desa pada masanya.
Subagyo HS lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul atau sekitar 15 kilometer arah timur Yogyakarta. Namanya saat lahir hanya Subagyo tanpa embel-embel Hadisiswoyo. Su berarti lebih, bagyo diartikan bahagia.
Dengan latar belakang itu, Subagyo merasa tersinggung ketika impiannya untuk menjadi jenderal ditertawakan kawan-kawannya. Sebab, awalnya dia berharap impiannya itu didukung dan didoakan kawan-kawannya.
Namun, Subagyo menjadikan itu sebagai cambuk baginya untuk membuktikan impiannya tersebut bukanlah omong kosong. “Sok, aku dadi bintang papat (besok, aku jadi bintang empat),” kata Bagyo, lulusan Akabri 1970 ini dalam hati.
Memasuki Mei 1994 atau tiga windu mengabdi di militer, Kolonel Inf Subagyo mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Bagyo tembus bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen).
Hal itu sekaligus mencatatkan Bagyo sebagai lulusan pertama lichting 70 yang pecah bintang. Karier Subagyo makin bersinar. ABRI kembali melakukan mutasi besar-besaran pada akhir Agustus 1994.
Subagyo yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi Angkatan Darat (Kadispamad) tanpa diduga ditunjuk sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) atau orang nomor satu di Korps Baret Merah.
"Waktu itu Subagyo sudah sangat yakin dirinya akan bisa menjadi jenderal. Tapi teman-temannya tidak ada yang percaya. Bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan impiannya itu, kami tahu latar belakangnya,” ungkapnya.
Subagyo HS adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakub Hadiswoyo dan Sukiyah. Yakub dikenal sebagai juru penerang yang bekerja pada Djawatan Penerangan, sedangkan Sukiyah berjualan di pasar untuk membantu ekonomi keluarga.
Rumah mereka berlantai tanah dengan dinding gedek alias anyaman bambu. Kondisi ekonomi keluarga Hadisiswoyo tergolong biasa-biasa saja untuk ukuran masyarakat desa pada masanya.
Subagyo HS lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul atau sekitar 15 kilometer arah timur Yogyakarta. Namanya saat lahir hanya Subagyo tanpa embel-embel Hadisiswoyo. Su berarti lebih, bagyo diartikan bahagia.
Dengan latar belakang itu, Subagyo merasa tersinggung ketika impiannya untuk menjadi jenderal ditertawakan kawan-kawannya. Sebab, awalnya dia berharap impiannya itu didukung dan didoakan kawan-kawannya.
Namun, Subagyo menjadikan itu sebagai cambuk baginya untuk membuktikan impiannya tersebut bukanlah omong kosong. “Sok, aku dadi bintang papat (besok, aku jadi bintang empat),” kata Bagyo, lulusan Akabri 1970 ini dalam hati.
Memasuki Mei 1994 atau tiga windu mengabdi di militer, Kolonel Inf Subagyo mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Bagyo tembus bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen).
Hal itu sekaligus mencatatkan Bagyo sebagai lulusan pertama lichting 70 yang pecah bintang. Karier Subagyo makin bersinar. ABRI kembali melakukan mutasi besar-besaran pada akhir Agustus 1994.
Subagyo yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi Angkatan Darat (Kadispamad) tanpa diduga ditunjuk sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) atau orang nomor satu di Korps Baret Merah.