Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5

Sabtu, 02 Desember 2023 - 05:55 WIB
loading...
Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5
Soeharto merupakan salah satu tokoh kelahiran Yogyakarta yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). FOTO REPRO/BUKU PAK HARTO THE UNTOLD STORIES
A A A
JAKARTA - Daftar tokoh kelahiran Yogyakarta yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD ) diulas dalam artikel ini. Nomor 1 merupakan salah satu Jenderal Bintang 5 di Indonesia.

KSAD merupakan seorang pejabat tertinggi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) yang berpusat di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad). KSAD bertanggung jawab kepada Panglima TNI.

Dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI disebutkan bahwa Kepala Staf Angkatan diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas usul Panglima TNI.

Sedangkan Pasal 14 ayat (3) menyebutkan bahwa Kepala Staf Angkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dari perwira tinggi aktif dari angkatan yang bersangkutan dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.

Kemudian, Pasal 14 ayat (4) disebutkan bahwa tata cara pengangkatan dan pemberhentian Kepala Staf Angkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan keputusan presiden.

Adapun tugas dan kewajiban Kepala Staf Angkatan diatur dalam Pasal 16. Pertama, memimpin angkatan dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan operasional angkatan.

Kedua, membantu panglima dalam menyusun kebijakan tentang pengembangan postur, doktrin, dan strategi serta operasi militer sesuai dengan matra masing-masing.

Ketiga, membantu Panglima dalam penggunaan komponen pertahanan negara sesuai dengan kebutuhan Angkatan. Keempat, melaksanakan tugas lain sesuai dengan matra masing-masing yang diberikan oleh Panglima.

Nah siapa saja tokoh kelahiran Yogyakarta yang pernah menjabat KSAD?

1. Soeharto

Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5

FOTO REPRO/BUKU PAK HARTO THE UNTOLD STORIES

Dia merupakan salah satu tokoh yang menyandang pangkat Jenderal Besar Bintang 5 selain Soedirman dan Abdul Haris (AH) Nasution. Jenderal Besar adalah pangkat tertinggi dalam kemiliteran Indonesia.

Dikutip dari laman resmi TNI, Jenderal Besar TNI (Purn) Haji Muhammad Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Dia meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 di usia 86 tahun.

Soeharto merupakan Presiden ke-2 RI pada periode 1967-1998 menggantikan Soekarno. Penguasa rezim orde baru ini pernah menjabat KSAD pada periode 1965-1968. Saat itu, nama jabatan KSAD adalah Panglima Angkatan Darat (Pangad).

2. Raden Widodo

Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5

Foto/Disjarahad

Dia merupakan KSAD ke-12 pada periode 1978-1980. KSAD merupakan jabatan terakhirnya di militer. Jenderal ningrat ini kelahiran 25 April 1924, Yogyakarta.

Karier militer Widodo dimulai setelah lulus dari pendidikan untuk perwira PETA (Gunjin Kyoren) di Bogor pada 1943.

Widodo meninggal di Jakarta pada 19 Februari 1993 di usia 68 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Widodo dikenal sebagai salah satu jenderal yang punya kemampuan intelektual sehingga sering dianggap sebagai pesaing dari Soeharto. Widodo adalah anak kedua dari pasangan Raden Taruno Hartono dan Raden Ayu Rukmiati.

Sang ayah memberi nama Widodo yang berarti selamat sejahtera. Raden Taruno Hartono termasuk keluarga darah biru. Ia putra dari Raden Ronggo Mangun Winoto. Akan halnya Raden Ayu Rukmiati, juga masih terhitung ningrat.

Bila ditelusuri, kakeknya masih kerabat Pangeran Diponegoro. Untuk diketahui, Pangeran Diponegoro merupakan putra pertama dari Gusti Raden Mas Suraja-Raden Ayu Mangkarawati (istri selir).

Kelak ayah Pangeran Diponegoro naik takhta bergelar Hamengku Buwono III. Dengan silsilah demikian, Widodo termasuk priyayi Jawa. Tak mengherankan namanya kemudian dikenal sebagai Raden Widodo.

Taruno Hartono dikenal taat beribadah. Kealimannya itu diajarkan kepada anak-anaknya. Selepas magrib, Widodo pun mengaji dan belajar ilmu agama. Seiring perjalanan waktu, Widodo kecil menempuh sekolah menengah pertama.

Ketika kelas III, salah satu gurunya bernama Iskandar selalu mengobarkan semangat melawan penjajah. Dia mendorong murid-muridnya untuk mendaftarkan diri masuk pendidikan Pembela Tanah Air (Peta). Widodo memutuskan untuk ikut serta.

“Sebenarnya Widodo tidak ingin ikut Peta, tapi karena dianjurkan dan semangatnya terbakar, akhirnya dia berangkat ke Bogor,” tulis Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam buku biografi ‘Jenderal TNI R Widodo, Potret Dedikasi Seorang Prajurit kepada Bangsa. Dari sinilah karier militer Widodo bermula.

3. Wiranto

Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5


Dia pernah menjabat KSAD ke-19 pada periode 1997-1998. Wiranto lahir di Yogyakarta pada 4 April 1947. Dikutip dari laman resmi Perpusnas, Wiranto pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1987-1991.

Setelah tidak lagi menjabat ajudan presiden, karier militernya meningkat ketika menjabat sebagai Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, dan KSAD. Selepas KSAD, ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Pangab (sekarang menjadi Panglima TNI) pada 1998.

Pada masa itu terjadi pergantian kepemimpinan nasional dan ia tetap dipertahankan sebagai Pangab di era Presiden B.J. Habibie. Usai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden ke-4 RI, Wiranto dipercaya sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, meskipun kemudian dinonaktifkan dan mengundurkan diri.

Wiranto pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pada 2016-2019. Saat itu, Wiranto menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang direshuffle menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.

Dia pernah memenangkan Konvensi Partai Golongan Karya (Golkar). Setelah memenangi Konvensi Golkar, dia mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2004 bersama pasangan kandidat wakil presiden Salahuddin Wahid.

Pada 21 Desember 2006, ia mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan menjadi ketua umum partai ketika itu hingga 2016. Dia saat ini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

4. Subagyo Hadi Siswoyo (HS)

Daftar KSAD Kelahiran Yogyakarta, Nomor 1 Jenderal Bintang 5

Foto/Okezone

Pria kelahiran 12 Juni 1946, Piyungan, Bantul, Yogyakarta ini pernah menjabat KSAD ke-20 pada 1998-1999. Subagyo HS adalah satu-satunya KSAD yang pernah menjabat dengan tiga Presiden Indonesia yang berbeda, Soeharto, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dikutip dari laman resmi Sekretariat Negara, kariernya pernah melejit bahkan mendapat kenaikan pangkat istimewa 1 tingkat pernah dienyamnya saat selesai Operasi Woyla di Thailand.

Mantan komandan Paspampres di era Soeharto ini kemudian mendapat bintang di pundaknya saat menjabat Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Selepas itu kariernya mulus menjadi Pangdam Diponegoro, kemudian Wakasad, dan KSAD.

Dia pernah menjadi anggota Wantimpres periode 2014-2019. Subagyo HS pernah ditertawakan ketika mengungkapkan keinginannya menjadi jenderal. Namun, ledekan itu membuat Subagyo HS menjadi Danjen Kopassus hingga KSAD.

Kala itu, Subagyo HS atau Subagyo Hadi Siswoyo berkumpul dengan teman-teman lamanya seraya makan bakmi goreng di Kauman, Yogyakarta. Ketika itu, pangkat Subagyo HS masih letnan kolonel sebagai perwira menengah Kopassus.

Saat berkumpul dengan teman-teman lamanya itu, Subagyo menyampaikan sebuah impiannya yang wajar sebenarnya bagi semua prajurit terutama dari lulusan akademi militer, yakni ingin menjadi jenderal suatu saat nanti.

“Mendengar itu (cita-cita Subagyo), rekan-rekannya spontan menanggapi dengan nada sinis dibarengi gelak tawa,” ujar Carmelia Sukmawati dalam buku ’Subagyo HS KASAD dari Piyungan’, dikutip Selasa (7/12/2021).

Pasalnya, teman-teman lamanya Subagyo HS tahu betul latar belakang serdadu berkumis lebat itu, dari mana berasal dan siapa orangtuanya. Sehingga, cita-cita seorang anak desa itu dianggap terlalu muluk oleh teman-teman lamanya.

Rosil, salah seorang teman Subagyo mengungkapkan bahwa tidak ada yang percaya dengan omongan Subagyo ketika itu. Rosil (kelak menjadi pengusaha di Yogyakarta) yang merupakan aktivis Muhammadiyah ini sahabat karib Subagyo sekaligus tempat bertanya mengenai hal-hal rohaniah.

"Waktu itu Subagyo sudah sangat yakin dirinya akan bisa menjadi jenderal. Tapi teman-temannya tidak ada yang percaya. Bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan impiannya itu, kami tahu latar belakangnya,” ungkapnya.

Subagyo HS adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakub Hadiswoyo dan Sukiyah. Yakub dikenal sebagai juru penerang yang bekerja pada Djawatan Penerangan, sedangkan Sukiyah berjualan di pasar untuk membantu ekonomi keluarga.

Rumah mereka berlantai tanah dengan dinding gedek alias anyaman bambu. Kondisi ekonomi keluarga Hadisiswoyo tergolong biasa-biasa saja untuk ukuran masyarakat desa pada masanya.

Subagyo HS lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul atau sekitar 15 kilometer arah timur Yogyakarta. Namanya saat lahir hanya Subagyo tanpa embel-embel Hadisiswoyo. Su berarti lebih, bagyo diartikan bahagia.

Dengan latar belakang itu, Subagyo merasa tersinggung ketika impiannya untuk menjadi jenderal ditertawakan kawan-kawannya. Sebab, awalnya dia berharap impiannya itu didukung dan didoakan kawan-kawannya.

Namun, Subagyo menjadikan itu sebagai cambuk baginya untuk membuktikan impiannya tersebut bukanlah omong kosong. “Sok, aku dadi bintang papat (besok, aku jadi bintang empat),” kata Bagyo, lulusan Akabri 1970 ini dalam hati.

Memasuki Mei 1994 atau tiga windu mengabdi di militer, Kolonel Inf Subagyo mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Bagyo tembus bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen).

Hal itu sekaligus mencatatkan Bagyo sebagai lulusan pertama lichting 70 yang pecah bintang. Karier Subagyo makin bersinar. ABRI kembali melakukan mutasi besar-besaran pada akhir Agustus 1994.

Subagyo yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi Angkatan Darat (Kadispamad) tanpa diduga ditunjuk sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) atau orang nomor satu di Korps Baret Merah.

Penunjukkan Subagyo itu mengejutkan banyak pihak. Betapa tidak, nama Subagyo jauh dari bursa calon Danjen Kopassus ketika itu. Subagyo juga tak menyangka.

“Sewaktu masih kolonel dan menjadi Komandan Grup A Paswalpres (kini Paspampres), Subagyo mendukung Asisten Operasi Kopassus saat itu, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk menjadi Danjen Kopassus,” ujar Carmelita.

Dalam bayangan Subagyo, jika Luhut Pandjaitan menjadi Danjen Kopassus, dia berharap bisa menjadi salah satu Panglima Divisi Kostrad. Namun, yang terjadi tidak demikian.

Luhut Pandjaitan adalah rekan seangkatan Subagyo di Akabri 70 sekaligus peraih Adhi Makayasa. Subagyo menggantikan seniornya, Brigjen TNI Agum Gumelar.

Menurut Bagyo, menduduki jabatan tertinggi di Kopassus tentu kebanggaan. Subagyo lahir dan besar di pasukan elite tersebut, meskipun pada tujuh tahun terakhir sebelum jadi danjen, dia berkarier di struktur lain mulai Paswalpres, Bais ABRI, dan Dispamad.

Subagyo menjabat Danjen Kopassus hanya setahun, periode 1994-1995. Kariernya pun terus naik. Subagyo menjabat Pangdam IV/Diponegoro pada periode 1995-1997.

Kemudian, tentara dari Piyungan ini ditunjuk sebagai wakil KSAD pada pertengahan Juni 1997. Promosi pada 1997 itu mengembuskan kabar lain. Banyak yang menyebut mereka yang dipromosikan kebanyakan jenderal yang dekat dengan Soeharto.

Ini berlaku juga bagi Subagyo yang pernah bertahun-tahun menjadi pengawal Pak Harto atau Soeharto. Dengan kata lain, mereka yang dekat dengan Cendana pasti dianggap bakal bersinar terang. Anggapan itu banyak benarnya, namun tidak semuanya bernasib sama.

“Jangan keliru, tidak semua yang dikenal Pak Harto menjadi orang penting. Karena lewat perkenalan itu Pak Harto berkesimpulan, orang-orang itu tidak bisa diberi beban lebih besar dari yang diberikan ketika mereka berada di sekitar Pak Harto,” ujar Salim Said dalam buku ‘Wawancara tentang Tentara dan Politik’.

Subagyo mencapai puncak karier di kemiliteran pada 16 Februari 1998. Presiden Soeharto melantik Subagyo sebagai KSAD di Istana Negara, Jakarta. Subagyo menggantikan seniornya, Jenderal TNI Wiranto, yang ditunjuk sebagai Panglima TNI.

Impian tentara berjuluk Bima itu akhirnya terbukti. Subagyo benar-benar meraih empat bintang emas di pundaknya alias jenderal. Prajurit komando itu menjadi orang nomor satu di angkatan darat (AD) hingga 20 November 1999.

Subagyo dianggap sebagai sosok panutan oleh Mantan Danjen Kopassus Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto. Prabowo banyak belajar dari Subagyo, di antaranya sifat yang ramah, jiwa loyal, setia, serta selalu membela anak buah.

“Saya kira tidak keliru kalau orang-orang memberi julukan beliau sebagai Bima. Mungkin tampanya garang dengan kumis lebat, tapi beliau selalu senyum bahkan ramah dan selalu penuh humor,” ujar Prabowo dalam biografinya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto’.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2516 seconds (0.1#10.140)