Pakar Hukum Tata Negara Beberkan Catatan Kritis soal Pencawapresan Gibran

Selasa, 14 November 2023 - 21:30 WIB
loading...
Pakar Hukum Tata Negara Beberkan Catatan Kritis soal Pencawapresan Gibran
Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti mengatakan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan merugi karena tidak memiliki legitimasi di Pilpres 2024. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti mengatakan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan merugi karena tidak memiliki legitimasi dalam pencalonan mereka di Pilpres 2024. Pasalnya, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menjadi landasan kandidasi Putra Sulung Presiden Joko Widodo tersebut cacat legalitas.

Bivitri yang juga Dosen Sekolah Tinggi Hukum Jentera ini menjelaskan pencalonan Gibran telah mengobrak-abrik konstitusi, mencederai hukum, pun sudah terbukti melanggar etik berat.



“Sudah ada masalah dalam legitimasi pencalonan Gibran, karena ada masalah etik yang sudah terbukti di MKMK (Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi). Ini kan konstitusi dimainkan untuk politik,” ujar Bivitri dalam podcast yang dipandu mantan Ketua KPK Abraham Samad dikutip, Selasa (14/11/2023).

Dia menilai putusan MK atas perkara pputusan Nomor 90/PUU-XXI/2023 cacat secara legalitas. Pasalnya, kata Bivitri, putusan itu menabrak Undang-Undang Kehakiman Pasal 17 yang menerangkan bahwa hakim yang punya benturan kepentingan terhadap perkara harus mundur. Ayat berikutnya, jika hakim tidak mundur maka putusan batal.

Namun kenyataannya, tutur Bivitri, Hakim Konstitusi Anwar Usman tidak mundur, Gibran tetap melenggang dan ditetapkan KPU sebagai Cawapres.

“Kita lihat konteks besar, ada seseorang yang mau maju, ada hukum menghalangi. Normalnya kalau kita taat hukum, peduli pada hukum, tunggu sajalah, tapi ini tidak. Malah hukumnya yang diganti dengan menggunakan kekuasaan, itu yang terjadi di negara hukum kita,” tutur Bivitri kecewa.

Pascaditetapkannya pasangan capres-cawapres oleh KPU, Bivitri mengajak pemilih untuk melihat logika moral dari para calon. “Pegangan kita adalah kompas moral kita. Kok bisa ada intelektual melihat suatu kesalahan tapi diam saja. Ini pertanda bahwa demokrasi kita sidah di ambang bahaya,” tandas Bivitri.

“Dan karena itu legitimasi ini sesuatu yang sangat penting, ini kan pilpres dan kedepannya pasti akan mengganggu proses. Sebenarnya buruk untuk mereka, kalau menurut saya, orang Indonesia, semuanya bernalar, kita enggak bodoh-bodoh juga, kita bisa melihat dengan kasat mata bahwa ada benturan kepentingan, ada masalah, sehingga sebenarnya legitimasinya cacat,” jelas perempuan yang akrab disapa Vitri ini.

Tanpa Dua Legitimasi
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1805 seconds (0.1#10.140)