Bincang Mangrove Gema Persada LH, Walhi Sebut Dua Pulau di Sumsel Hilang
loading...
A
A
A
baca juga: Uni Eropa Dukung Agenda Indonesia FOLU Net Sink 2030
“Mahasiswa-mahasiswa seperti inilah yang kita butuhkan, yang cinta dengan alam. Karena jika kita menjaga alam, alam akan melindungi kita. Sekarang lingkungan alam kita sudah tergerus, termasuk mangrove ini. Di sekitar sini dibuat pertambangan, dibuat perikanan. Tidak diharamkan, tapi regulasi atau peraturannya itu yang harus kita tegaskan,”tegas tokoh masyarakat/pegiat lingkungandi Sumsel, Heri Amalindo.
Sementara itu, Ketua Prodi Kehutanan FP-UMPLulu Yuningsihmenyebut hutan Mangrove di Sumsel sangat spesial, mampu menyimpan dan menyerap karbon limakali lebih banyak dari hutan tropis daratan.
“Karbon biru adalah istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Salah satu ekosistem yang termasuk dari ekosistem karbon biru ialah Mangrove, yang mampu menyimpan dan menyerap karbon limakali lebih banyak dari hutan tropis daratan,”tandasnya.
Perencana Ahli Muda Dinas Kehutanan Provinsi SumselAhmad Zamharimengatakan, FOLU Net Sink 2030 merupakan skema aksi mitigasi mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan tipe lahan lainnya untuk mencapai tingkat serapan karbon yang lebih tinggi dibandingkan tingkat emisi karbon dari hutan dan tipe lahan lainnya pada tahun 2030.
“Proyeksi target FOLU Net Sink 2030 adalah angka Net Sink 140 juta ton CO2e atau emisi negatif sebesar 140 juta ton CO2e.Target Aksi Mitigasi FOLU Net SinkSumsel dalam Pengelolaan Mangrove seluas 123.091,07 Ha,”pungkasnya.
“Mahasiswa-mahasiswa seperti inilah yang kita butuhkan, yang cinta dengan alam. Karena jika kita menjaga alam, alam akan melindungi kita. Sekarang lingkungan alam kita sudah tergerus, termasuk mangrove ini. Di sekitar sini dibuat pertambangan, dibuat perikanan. Tidak diharamkan, tapi regulasi atau peraturannya itu yang harus kita tegaskan,”tegas tokoh masyarakat/pegiat lingkungandi Sumsel, Heri Amalindo.
Sementara itu, Ketua Prodi Kehutanan FP-UMPLulu Yuningsihmenyebut hutan Mangrove di Sumsel sangat spesial, mampu menyimpan dan menyerap karbon limakali lebih banyak dari hutan tropis daratan.
“Karbon biru adalah istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Salah satu ekosistem yang termasuk dari ekosistem karbon biru ialah Mangrove, yang mampu menyimpan dan menyerap karbon limakali lebih banyak dari hutan tropis daratan,”tandasnya.
Perencana Ahli Muda Dinas Kehutanan Provinsi SumselAhmad Zamharimengatakan, FOLU Net Sink 2030 merupakan skema aksi mitigasi mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan tipe lahan lainnya untuk mencapai tingkat serapan karbon yang lebih tinggi dibandingkan tingkat emisi karbon dari hutan dan tipe lahan lainnya pada tahun 2030.
“Proyeksi target FOLU Net Sink 2030 adalah angka Net Sink 140 juta ton CO2e atau emisi negatif sebesar 140 juta ton CO2e.Target Aksi Mitigasi FOLU Net SinkSumsel dalam Pengelolaan Mangrove seluas 123.091,07 Ha,”pungkasnya.
(hdr)