Denny JA Sebut Memindahkan Ibu Kota Perlu Pemimpin yang Berani
loading...
A
A
A
Pro kontra pemindahan ibu kota negara juga berbanding lurus dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Mereka yang puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang setuju pindah ibu kota. Namun, yang tak puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang tidak setuju.
“Jokowi tetap saja persisten, gigih dengan segala cara, memindahkan ibu kota negara kita, terlepas dari pro dan kontra itu. Jokowi lebih digerakkan oleh visi,” ungkapnya.
Denny mengisahkan mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, di abad 19. Saat itu, dengan lantang dan berani, Lincoln melarang perbudakan kulit hitam untuk seluruh wilayah Amerika Serikat.
Padahal, saat itu, menghapus perbudakan bukanlah hal yang populer di Amerika Serikat bagian Selatan yang merupakan wilayah perkebunan. Mereka sangat tergantung dengan hadirnya perbudakan kulit hitam untuk bekerja di perkebunan.
Akibatnya, mereka yang berada di Amerika Serikat bagian selatan memberontak karena enam negara bagian memisahkan diri. Kebijakan Lincoln dan amendemen konstitusi Amerika Serikat soal larangan perbudakan ikut memicu perang saudara bertahun-tahun di Negeri Paman Sam.
Denny mengatakan, perang saudara itu menyisakan trauma lebih dari 100 tahun. Namun, saat ini, warga Amerika Serikat merasa berhutang budi yang luar biasa kepada Abraham Lincoln.
Sebagai pemimpin yang visioner, kata Denny, Lincoln berani mengambil keputusan yang sangat penting dengan menghapuskan perbudahan kulit hitam, walaupun saat itu bukan hal yang populer.
"Apakah hal yang sama akan terjadi pada Jokowi atas keberaniannya memindahkan ibu kota?" ujar Denny JA.
“Jokowi tetap saja persisten, gigih dengan segala cara, memindahkan ibu kota negara kita, terlepas dari pro dan kontra itu. Jokowi lebih digerakkan oleh visi,” ungkapnya.
Denny mengisahkan mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, di abad 19. Saat itu, dengan lantang dan berani, Lincoln melarang perbudakan kulit hitam untuk seluruh wilayah Amerika Serikat.
Padahal, saat itu, menghapus perbudakan bukanlah hal yang populer di Amerika Serikat bagian Selatan yang merupakan wilayah perkebunan. Mereka sangat tergantung dengan hadirnya perbudakan kulit hitam untuk bekerja di perkebunan.
Akibatnya, mereka yang berada di Amerika Serikat bagian selatan memberontak karena enam negara bagian memisahkan diri. Kebijakan Lincoln dan amendemen konstitusi Amerika Serikat soal larangan perbudakan ikut memicu perang saudara bertahun-tahun di Negeri Paman Sam.
Denny mengatakan, perang saudara itu menyisakan trauma lebih dari 100 tahun. Namun, saat ini, warga Amerika Serikat merasa berhutang budi yang luar biasa kepada Abraham Lincoln.
Sebagai pemimpin yang visioner, kata Denny, Lincoln berani mengambil keputusan yang sangat penting dengan menghapuskan perbudahan kulit hitam, walaupun saat itu bukan hal yang populer.
"Apakah hal yang sama akan terjadi pada Jokowi atas keberaniannya memindahkan ibu kota?" ujar Denny JA.
(maf)