Denny JA Sebut Memindahkan Ibu Kota Perlu Pemimpin yang Berani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam setiap zaman, kita menyaksikan keberanian seorang pemimpin mengambil keputusan penting. Walaupun keputusan itu bukanlah hal yang populer di zamannya.
Saat ini, publik melihat kegigihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan. Ini adalah mimpi yang sudah digagas sejak zaman Bung Karno dalam rangka mentransformasikan Indonesia.
Hal itu diungkapkan Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, Kamis, 28 September 2023.
Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya 3 menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis.
Denny JA mengatakan, memindahkan ibu kota negara saat ini belum menjadi isu yang populer. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, Juni 2023, mereka yang menyatakan setuju ataupun tidak setuju dengan pemindahan ibu kota negara hampir sama banyaknya.
Mereka yang menyatakan setuju dengan pemindahan ibu kota negara sebanyak 47,3 persen. Sementara, mereka yang tidak setuju sebanyak 43,7 persen.
“Selisihnya kurang dari 4 persen saja,” ujar Denny JA.
Menurut Denny, mereka yang menyatakan dengan pemindahan ibu kota negara memiliki banyak alasannya. Alasan paling tinggi karena ini mengurangi beban Ibu Kota Jakarta yang sudah padat penduduknya. Selain itu, juga untuk mendorong pembangunan di luar Pulau Jawa.
Namun, bagi yang tak setuju mengatakan Jakarta masih layak sebagai ibu kota. Alasan lainnya mereka tak setuju adalah pemborosan anggaran negara.
“Menarik juga kita melihat setuju atau tak setuju dari basis teritori responden. Yang tinggal di Jawa dan Sumatera lebih banyak yang tak setuju. Sementara yang tinggal di luar Jawa lebih banyak yang mengatakan mereka setuju pindah ibu kota,” terang Denny JA.
Pro kontra pemindahan ibu kota negara juga berbanding lurus dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Mereka yang puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang setuju pindah ibu kota. Namun, yang tak puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang tidak setuju.
“Jokowi tetap saja persisten, gigih dengan segala cara, memindahkan ibu kota negara kita, terlepas dari pro dan kontra itu. Jokowi lebih digerakkan oleh visi,” ungkapnya.
Denny mengisahkan mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, di abad 19. Saat itu, dengan lantang dan berani, Lincoln melarang perbudakan kulit hitam untuk seluruh wilayah Amerika Serikat.
Padahal, saat itu, menghapus perbudakan bukanlah hal yang populer di Amerika Serikat bagian Selatan yang merupakan wilayah perkebunan. Mereka sangat tergantung dengan hadirnya perbudakan kulit hitam untuk bekerja di perkebunan.
Akibatnya, mereka yang berada di Amerika Serikat bagian selatan memberontak karena enam negara bagian memisahkan diri. Kebijakan Lincoln dan amendemen konstitusi Amerika Serikat soal larangan perbudakan ikut memicu perang saudara bertahun-tahun di Negeri Paman Sam.
Denny mengatakan, perang saudara itu menyisakan trauma lebih dari 100 tahun. Namun, saat ini, warga Amerika Serikat merasa berhutang budi yang luar biasa kepada Abraham Lincoln.
Sebagai pemimpin yang visioner, kata Denny, Lincoln berani mengambil keputusan yang sangat penting dengan menghapuskan perbudahan kulit hitam, walaupun saat itu bukan hal yang populer.
"Apakah hal yang sama akan terjadi pada Jokowi atas keberaniannya memindahkan ibu kota?" ujar Denny JA.
Saat ini, publik melihat kegigihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan. Ini adalah mimpi yang sudah digagas sejak zaman Bung Karno dalam rangka mentransformasikan Indonesia.
Hal itu diungkapkan Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, Kamis, 28 September 2023.
Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya 3 menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis.
Denny JA mengatakan, memindahkan ibu kota negara saat ini belum menjadi isu yang populer. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, Juni 2023, mereka yang menyatakan setuju ataupun tidak setuju dengan pemindahan ibu kota negara hampir sama banyaknya.
Mereka yang menyatakan setuju dengan pemindahan ibu kota negara sebanyak 47,3 persen. Sementara, mereka yang tidak setuju sebanyak 43,7 persen.
“Selisihnya kurang dari 4 persen saja,” ujar Denny JA.
Menurut Denny, mereka yang menyatakan dengan pemindahan ibu kota negara memiliki banyak alasannya. Alasan paling tinggi karena ini mengurangi beban Ibu Kota Jakarta yang sudah padat penduduknya. Selain itu, juga untuk mendorong pembangunan di luar Pulau Jawa.
Namun, bagi yang tak setuju mengatakan Jakarta masih layak sebagai ibu kota. Alasan lainnya mereka tak setuju adalah pemborosan anggaran negara.
“Menarik juga kita melihat setuju atau tak setuju dari basis teritori responden. Yang tinggal di Jawa dan Sumatera lebih banyak yang tak setuju. Sementara yang tinggal di luar Jawa lebih banyak yang mengatakan mereka setuju pindah ibu kota,” terang Denny JA.
Pro kontra pemindahan ibu kota negara juga berbanding lurus dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Mereka yang puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang setuju pindah ibu kota. Namun, yang tak puas dengan kinerja Jokowi lebih banyak yang tidak setuju.
“Jokowi tetap saja persisten, gigih dengan segala cara, memindahkan ibu kota negara kita, terlepas dari pro dan kontra itu. Jokowi lebih digerakkan oleh visi,” ungkapnya.
Denny mengisahkan mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, di abad 19. Saat itu, dengan lantang dan berani, Lincoln melarang perbudakan kulit hitam untuk seluruh wilayah Amerika Serikat.
Padahal, saat itu, menghapus perbudakan bukanlah hal yang populer di Amerika Serikat bagian Selatan yang merupakan wilayah perkebunan. Mereka sangat tergantung dengan hadirnya perbudakan kulit hitam untuk bekerja di perkebunan.
Akibatnya, mereka yang berada di Amerika Serikat bagian selatan memberontak karena enam negara bagian memisahkan diri. Kebijakan Lincoln dan amendemen konstitusi Amerika Serikat soal larangan perbudakan ikut memicu perang saudara bertahun-tahun di Negeri Paman Sam.
Denny mengatakan, perang saudara itu menyisakan trauma lebih dari 100 tahun. Namun, saat ini, warga Amerika Serikat merasa berhutang budi yang luar biasa kepada Abraham Lincoln.
Sebagai pemimpin yang visioner, kata Denny, Lincoln berani mengambil keputusan yang sangat penting dengan menghapuskan perbudahan kulit hitam, walaupun saat itu bukan hal yang populer.
"Apakah hal yang sama akan terjadi pada Jokowi atas keberaniannya memindahkan ibu kota?" ujar Denny JA.
(maf)