Perjalanan Reorganisasi Kopassus di Antara Dua Jenderal TNI Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam pelaksanaan reorganisasi Kopassus , Kolonel Sintong Panjaitan memerintahkan Letkol Luhut Pandjaitan, yang saat itu Komandan Detasemen-81/Antiteror, agar menggarap program perampingan anggota Kopassus.
Dikutip dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Minggu (17/9/2023),
Sintong dan Luhut punya prinsip yang sama dalam merampingkan jumlah anggota.
"Bukan karena kami sama-sama marga Panjaitan. Tidak ada urusan dengan hal itu," tegas Luhut.
Dia memperkecil jumlah anggota Kopassus dengan jalan seleksi ulang. Anggota Kopassus di Jakarta, Serang, Magelang, dan Kartosuro yang tidak lulus seleksi, dipindahkan ke Kariango.
Sebaliknya, anggota Kopassandha di Kariango yang lulus, dipindahkan ke Jakarta, Serang, Magelang, dan Kartosuro. Mereka yang tidak lulus, tetap berada di Makassar.
Tujuan seleksi itu adalah mencari prajurit komando yang mampu membuat keputusan cepat, tepat, dan mandiri dalam kondisi tertekan dan puncak kelelahan.
"Menurut peta, ia berada di X; sedangkan kemungkinan keberadaan musuh di Y. Maka ia harus dapat mengambil keputusan yang tepat untuk bertidak," ucap Luhut.
Seleksi dilakukan di Sukabumi yang merupakan daerah latihan Detasemen-81/Antiteror dengan medan yang sangat berat. Setiap anggota diberi peta dan kompas sebagai alat bantu untuk mencari dan menemukan sasaran yang dituju.
Mereka yang tidak teliti membaca peta akan tersasar masuk jurang, sehingga banyak kehilangan waktu dan tenaganya terkuras. Gerakan ini dilakukan siang malam selama satu minggu.
Dalam seleksi tingkat awal terhadap hampir 6.000 orang peserta, yang lulus tinggal 40 persen saja. Cukup banyak peserta yang kelelahan dan kurang tidur.
Program memperkecil jumlah anggota dilakukan sangat hati-hati dan tegas. Karena Sintong menyadari bahwa pada kenyataannya tidak seorang pun yang bersedia pindah dari Kopassus.
Sebenarnya mereka yang tidak terpilih masih memiliki nilai standara bagi anggota Kopassus. Namun, karena jumlah anggita Kopassus hanya terbatas, seleksi bukan sekadar mencari mereka yang lulus, melainkan terbaik dari yang terbaik.
Dari hasil seleksi itu diperoleh 2.300 orang tamtama dan bintara yang mencapai nilai terbaik. Reorganisasi Kopassus menjadi satuan kecil yang bermutu tinggi dan profesional semacam ini sebenarnya telah dinanti sejak lama oleh Sintong.
Sedangkan untuk Komandan Kopassus menurut Luhut, cukup dijabat perwira bintang satu atau Brigjen, tetapu harus benar-benar seorang komandan yang profesional.
"Bukan komandan yang untuk berlari saja sudah susah payah," ujar Luhut.
Dari hasri perampingan Korps Baret Merah lewat seleksi ketat itu, dilakukan uji coba dalam operasi antigerilya di Timor Timor, sekarang menjadi negara Timor Leste.
Sesuai dengan perkiraan intelijen, ditetapkanlah titik-titik kedudukan musuh di atas peta. Langkah selanjutnya digerakkan lima tim Kopassus yang masing-masing berkekuatan lima orang dengan berbagai spesialisasi seperti penembak runduk, komunikasi, kesehatan, bela diri, dan lainnya.
Tim Kopassus digerakkan dalam waktu lima hari, 10 hari, sampai dua minggu untuk melakukan pengejaran. Ternyata kemana pun musuh lari, pasti terjadi konak senjata. Akhirnya perlawanan mereka berhasil digentikan.
Itulah antigerilya yang paling sukses di Timor Timur. Diterjunkannya Tim Kopassus di 'David-Alex-Area' Sektor Tengah sampai ke Timur dapat mencapat hasil baik. Jadi dapat dibuktikan bahwa dengan jumlah pasukan khusus yang telah diperkecil, kemampuan Kopassus sudah diuji dan dapat disejajarkan dengan SAS, SBS, US Army's Special Forces maupun US Navy Seal.
Dikutip dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Minggu (17/9/2023),
Sintong dan Luhut punya prinsip yang sama dalam merampingkan jumlah anggota.
"Bukan karena kami sama-sama marga Panjaitan. Tidak ada urusan dengan hal itu," tegas Luhut.
Dia memperkecil jumlah anggota Kopassus dengan jalan seleksi ulang. Anggota Kopassus di Jakarta, Serang, Magelang, dan Kartosuro yang tidak lulus seleksi, dipindahkan ke Kariango.
Baca Juga
Sebaliknya, anggota Kopassandha di Kariango yang lulus, dipindahkan ke Jakarta, Serang, Magelang, dan Kartosuro. Mereka yang tidak lulus, tetap berada di Makassar.
Tujuan seleksi itu adalah mencari prajurit komando yang mampu membuat keputusan cepat, tepat, dan mandiri dalam kondisi tertekan dan puncak kelelahan.
"Menurut peta, ia berada di X; sedangkan kemungkinan keberadaan musuh di Y. Maka ia harus dapat mengambil keputusan yang tepat untuk bertidak," ucap Luhut.
Seleksi dilakukan di Sukabumi yang merupakan daerah latihan Detasemen-81/Antiteror dengan medan yang sangat berat. Setiap anggota diberi peta dan kompas sebagai alat bantu untuk mencari dan menemukan sasaran yang dituju.
Mereka yang tidak teliti membaca peta akan tersasar masuk jurang, sehingga banyak kehilangan waktu dan tenaganya terkuras. Gerakan ini dilakukan siang malam selama satu minggu.
Dalam seleksi tingkat awal terhadap hampir 6.000 orang peserta, yang lulus tinggal 40 persen saja. Cukup banyak peserta yang kelelahan dan kurang tidur.
Program memperkecil jumlah anggota dilakukan sangat hati-hati dan tegas. Karena Sintong menyadari bahwa pada kenyataannya tidak seorang pun yang bersedia pindah dari Kopassus.
Sebenarnya mereka yang tidak terpilih masih memiliki nilai standara bagi anggota Kopassus. Namun, karena jumlah anggita Kopassus hanya terbatas, seleksi bukan sekadar mencari mereka yang lulus, melainkan terbaik dari yang terbaik.
Dari hasil seleksi itu diperoleh 2.300 orang tamtama dan bintara yang mencapai nilai terbaik. Reorganisasi Kopassus menjadi satuan kecil yang bermutu tinggi dan profesional semacam ini sebenarnya telah dinanti sejak lama oleh Sintong.
Sedangkan untuk Komandan Kopassus menurut Luhut, cukup dijabat perwira bintang satu atau Brigjen, tetapu harus benar-benar seorang komandan yang profesional.
"Bukan komandan yang untuk berlari saja sudah susah payah," ujar Luhut.
Dari hasri perampingan Korps Baret Merah lewat seleksi ketat itu, dilakukan uji coba dalam operasi antigerilya di Timor Timor, sekarang menjadi negara Timor Leste.
Sesuai dengan perkiraan intelijen, ditetapkanlah titik-titik kedudukan musuh di atas peta. Langkah selanjutnya digerakkan lima tim Kopassus yang masing-masing berkekuatan lima orang dengan berbagai spesialisasi seperti penembak runduk, komunikasi, kesehatan, bela diri, dan lainnya.
Tim Kopassus digerakkan dalam waktu lima hari, 10 hari, sampai dua minggu untuk melakukan pengejaran. Ternyata kemana pun musuh lari, pasti terjadi konak senjata. Akhirnya perlawanan mereka berhasil digentikan.
Itulah antigerilya yang paling sukses di Timor Timur. Diterjunkannya Tim Kopassus di 'David-Alex-Area' Sektor Tengah sampai ke Timur dapat mencapat hasil baik. Jadi dapat dibuktikan bahwa dengan jumlah pasukan khusus yang telah diperkecil, kemampuan Kopassus sudah diuji dan dapat disejajarkan dengan SAS, SBS, US Army's Special Forces maupun US Navy Seal.
(maf)