Terhalang Restu Masuk TNI, Panglima dari Bandung Selatan Ini Minta Bantuan Kiai Luluhkan Hati Ibunya
loading...
A
A
A
Namun, di hatinya masih ada keraguan. Sampai detik itu ibunya belum merestui. la ingat, saat ia berangkat ke Magelang, Ibu hanya mengurung diri di kamar. Tidur atau pura-pura tidur, Agus sendiri tidak tahu. Hal yang jelas, Agus muda tahu bahwa ibunya tidak ingin anaknya menjadi tentara.
Namun, saat itu, Agus muda bersikeras mengikuti seleksi meski ada kebimbangan dalam hatinya. Saat menjalani seleksi di Magelang, ia selalu ingat Ené, panggilan kepada ibu.
Hatinya terus memanggil-manggil ibunya. Bahkan, di dalam hatinya terbersit keinginan untuk pulang. Menggagalkan diri dari seleksi calon taruna Akabri.
Pada malam sebelum tahap seleksi wawancara untuk memilih matra Darat, Laut, Udara, atau Polri, Agus muda menemui pengasuhnya, Peltu Mulyono. Dia adalah komandan peleton calon taruna.
Pada malam itu Agus muda berbicara mengenai keinginannya. "Pak, saya mau pulang," ujar Agus.
"Ada masalah apa, Rohman? Orang lain ingin masuk tentara, tapi kamu malah mau pulang," tanya Peltu Mulyono.
"Tidak tahu. Tapi saya terus kepikiran ibu. Ibu seolah memanggil saya terus," jawabnya.
"Ya sudah, besok kamu ikut tes yang terakhir. Besok hanya tes penjurusan. Kamu masuk TNI Angkatan Darat, Laut, Udara, atau Polisi. Sebetulnya kamu sudah dianggap berhasil," tutur Peltu Mulyono.
Keesokan harinya, Agus muda menjalani tes. Pada tes tersebut, ia mencari celah agar ia tidak terpilih menjadi taruna Akabri. Namun, ia tampaknya kesulitan untuk mencari celah itu.
Akhirnya, wawancara pun usai. Agus muda merasa bahwa ia masih berpeluang lolos menjadi taruna Akabri. Tentu saja, itu tidak sesuai dengan keinginannya. Ia hanya ingin pulang dan bertemu Ibu.
Namun, saat itu, Agus muda bersikeras mengikuti seleksi meski ada kebimbangan dalam hatinya. Saat menjalani seleksi di Magelang, ia selalu ingat Ené, panggilan kepada ibu.
Hatinya terus memanggil-manggil ibunya. Bahkan, di dalam hatinya terbersit keinginan untuk pulang. Menggagalkan diri dari seleksi calon taruna Akabri.
Pada malam sebelum tahap seleksi wawancara untuk memilih matra Darat, Laut, Udara, atau Polri, Agus muda menemui pengasuhnya, Peltu Mulyono. Dia adalah komandan peleton calon taruna.
Pada malam itu Agus muda berbicara mengenai keinginannya. "Pak, saya mau pulang," ujar Agus.
"Ada masalah apa, Rohman? Orang lain ingin masuk tentara, tapi kamu malah mau pulang," tanya Peltu Mulyono.
"Tidak tahu. Tapi saya terus kepikiran ibu. Ibu seolah memanggil saya terus," jawabnya.
"Ya sudah, besok kamu ikut tes yang terakhir. Besok hanya tes penjurusan. Kamu masuk TNI Angkatan Darat, Laut, Udara, atau Polisi. Sebetulnya kamu sudah dianggap berhasil," tutur Peltu Mulyono.
Keesokan harinya, Agus muda menjalani tes. Pada tes tersebut, ia mencari celah agar ia tidak terpilih menjadi taruna Akabri. Namun, ia tampaknya kesulitan untuk mencari celah itu.
Akhirnya, wawancara pun usai. Agus muda merasa bahwa ia masih berpeluang lolos menjadi taruna Akabri. Tentu saja, itu tidak sesuai dengan keinginannya. Ia hanya ingin pulang dan bertemu Ibu.