Momen Haru Atikoh Ganjar Pranowo Bertemu dan Berpamitan dengan Anak Difabel
loading...
A
A
A
SEMARANG - Istri dari Bakal Calon Presiden (Bacapres) yang didukung Partai Perindo, Siti Atikoh Ganjar Pranowo saling bercengkerama mesra dengan anak-anak difabel . Pertemuan terakhir ini, mengingat Ganjar akan purnatugas sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Kesedihan mendalam menyelimuti Atikoh pagi ini, ketika anak-anak difabel yang tergabung dalam 'Rumah D Semarang' menyambangi kediamannya di Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah. Sebab selama 10 tahun Atikoh dan anak-anak difabel selalu berkomunikasi dengan baik.
"Tentu bikin saya terharu ya karena perjalannnya 10 tahun banyak kenangan dengan teman-teman, adik-adik, anak-anak. Khususnya saya juga banyak sekali belajar tentang keikhlasan jadi adik-adik ini, anak-anak ini selalu memiliki jiwa untuk berbagi dengan sesama di tengah keterbatasan mereka," ujar Atikoh lirih, Sabtu (2/9/2023).
Atikoh menerangkan berbagai kebaikan yang dilakukan anak-anak difabel itu. Contohnya ketika bulan Ramadhan tiba, mereka semua saling bergotong royong untuk memberikan santapan saat waktu berbuka.
"Misalnya ketika pandemi itu membuat masker, bagi sembako. Ketika bulan puasa berbagi takjil dan di event yang lain juga begitu. Mereka itu selalu menerima dengan penuh kasih sayang. Kami juga sangat mencintai mereka karena mereka juga sangat mencintai kami," tutur Atikoh.
Dirinya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada relawan Rumah D Semarang yang selalu setia menjaga anak-anak difabel. Anak-anak juga diajarkan pelatihan khusus oleh para relawan atau pengasuh agar ke depannya dapat hidup mandiri.
"Tentu saya sangat apresiasi para relawan maupun pengasuh selama ini mendampingi sehingga mereka bisa mandiri. Jadi ada yang menjadi tukang jahit, salah satu berkat mereka ada yang sulam, lukis, dan mereka banyak juga usaha angkringan," jelasnya.
Sementara itu, anak-anak terlihat sangat antusias ketika bertemu Ganjar dan Atikoh. Mereka saling berebut bersalaman kepada Ganjar ataupun Atikoh.
"Pak Ganjar, Pak Ganjar, Pak Ganjar," seru anak-anak difabel.
Usai bersalaman, Ganjar pun mengajak mereka berbincang. Faradila Rahmadini dari Komunitas Difabel Semarang menjadi salah satu anak yang berbincang dengan Ganjar.
Kepada Ganjar, Faradila menyampaikan prestasi yang pernah diraih. Tak tanggung-tanggung, prestasi yang disampaikan ke Ganjar merupakan lomba tingkat nasional.
"Kemarin saya ikut lomba juara 1 'Difabel Berani Bersuara,' tingkat nasional. Saya juga ikut lomba menulis opini judulnya 'Tentang Pendidikan Inklusif Antara Ada dan Tiada.' Alhamdulilah masuk 10 besar dan itu kategori umum," papar Faradila.
Merespons itu, Ganjar sedikit penasaran dengan lomba menulis opini yang diikuti Faradila. Ganjar bertanya, topik apa yang ditulis Faradila dalam tulisan opini.
"Maksudnya di kalangan kita memang yang sudah inklusif benar-benar dijaga, tetapi ternyata pada lapangan masih minim sekali tentang pendidikan yang inklusif itu seperti apa?" kata Faradila menjawab pertanyaan Ganjar.
"Yang tidak tahu masyarakatnya, gurunya, muridnya atau gubernurnya?" tanya Ganjar kembali.
"Masyarakatnya Pak," jawab Faradila.
"Biasanya mereka tidak tahu soal seperti apa?" tanya Ganjar kembali.
"Ya masih memandang kita difabel itu enggak mampu dan cacat, masih seperti itu lah Pak," jawab Faradila.
Tak hanya Faradila, Mita yang juga anggota Komunitas Difabel Semarang turut berbincang dengan Ganjar. Ia menyampaikan rasa sayangnya kepada Ganjar.
"Aku senang sama Pak Ganjar," kata Mita.
"Ohh uwuuw terima kasih," sahut Ganjar.
"Semoga sehat Pak Ganjar," jawab Mita.
"Aamiin. Tepuk tangan," ucap Ganjar merespon Mita.
Sementara itu, salah satu perwakilan dari Komunitas Difabel Semarang menyampaikan harapannya kepada negeri ini. Mulanya, ia bertanya harapan Ganjar terkait negara ini. Namun, Ganjar bertanya balik.
"Kalau kamu sendiri harapannya apa?" ucap Ganjar.
"Supaya negara ini bisa terus maju dan mampu," tutur anak difabel.
"Setuju," seru Ganjar disambut tepuk tangan peserta.
Kesedihan mendalam menyelimuti Atikoh pagi ini, ketika anak-anak difabel yang tergabung dalam 'Rumah D Semarang' menyambangi kediamannya di Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah. Sebab selama 10 tahun Atikoh dan anak-anak difabel selalu berkomunikasi dengan baik.
"Tentu bikin saya terharu ya karena perjalannnya 10 tahun banyak kenangan dengan teman-teman, adik-adik, anak-anak. Khususnya saya juga banyak sekali belajar tentang keikhlasan jadi adik-adik ini, anak-anak ini selalu memiliki jiwa untuk berbagi dengan sesama di tengah keterbatasan mereka," ujar Atikoh lirih, Sabtu (2/9/2023).
Atikoh menerangkan berbagai kebaikan yang dilakukan anak-anak difabel itu. Contohnya ketika bulan Ramadhan tiba, mereka semua saling bergotong royong untuk memberikan santapan saat waktu berbuka.
"Misalnya ketika pandemi itu membuat masker, bagi sembako. Ketika bulan puasa berbagi takjil dan di event yang lain juga begitu. Mereka itu selalu menerima dengan penuh kasih sayang. Kami juga sangat mencintai mereka karena mereka juga sangat mencintai kami," tutur Atikoh.
Dirinya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada relawan Rumah D Semarang yang selalu setia menjaga anak-anak difabel. Anak-anak juga diajarkan pelatihan khusus oleh para relawan atau pengasuh agar ke depannya dapat hidup mandiri.
"Tentu saya sangat apresiasi para relawan maupun pengasuh selama ini mendampingi sehingga mereka bisa mandiri. Jadi ada yang menjadi tukang jahit, salah satu berkat mereka ada yang sulam, lukis, dan mereka banyak juga usaha angkringan," jelasnya.
Sementara itu, anak-anak terlihat sangat antusias ketika bertemu Ganjar dan Atikoh. Mereka saling berebut bersalaman kepada Ganjar ataupun Atikoh.
"Pak Ganjar, Pak Ganjar, Pak Ganjar," seru anak-anak difabel.
Usai bersalaman, Ganjar pun mengajak mereka berbincang. Faradila Rahmadini dari Komunitas Difabel Semarang menjadi salah satu anak yang berbincang dengan Ganjar.
Kepada Ganjar, Faradila menyampaikan prestasi yang pernah diraih. Tak tanggung-tanggung, prestasi yang disampaikan ke Ganjar merupakan lomba tingkat nasional.
"Kemarin saya ikut lomba juara 1 'Difabel Berani Bersuara,' tingkat nasional. Saya juga ikut lomba menulis opini judulnya 'Tentang Pendidikan Inklusif Antara Ada dan Tiada.' Alhamdulilah masuk 10 besar dan itu kategori umum," papar Faradila.
Merespons itu, Ganjar sedikit penasaran dengan lomba menulis opini yang diikuti Faradila. Ganjar bertanya, topik apa yang ditulis Faradila dalam tulisan opini.
"Maksudnya di kalangan kita memang yang sudah inklusif benar-benar dijaga, tetapi ternyata pada lapangan masih minim sekali tentang pendidikan yang inklusif itu seperti apa?" kata Faradila menjawab pertanyaan Ganjar.
"Yang tidak tahu masyarakatnya, gurunya, muridnya atau gubernurnya?" tanya Ganjar kembali.
"Masyarakatnya Pak," jawab Faradila.
"Biasanya mereka tidak tahu soal seperti apa?" tanya Ganjar kembali.
"Ya masih memandang kita difabel itu enggak mampu dan cacat, masih seperti itu lah Pak," jawab Faradila.
Tak hanya Faradila, Mita yang juga anggota Komunitas Difabel Semarang turut berbincang dengan Ganjar. Ia menyampaikan rasa sayangnya kepada Ganjar.
"Aku senang sama Pak Ganjar," kata Mita.
"Ohh uwuuw terima kasih," sahut Ganjar.
"Semoga sehat Pak Ganjar," jawab Mita.
"Aamiin. Tepuk tangan," ucap Ganjar merespon Mita.
Sementara itu, salah satu perwakilan dari Komunitas Difabel Semarang menyampaikan harapannya kepada negeri ini. Mulanya, ia bertanya harapan Ganjar terkait negara ini. Namun, Ganjar bertanya balik.
"Kalau kamu sendiri harapannya apa?" ucap Ganjar.
"Supaya negara ini bisa terus maju dan mampu," tutur anak difabel.
"Setuju," seru Ganjar disambut tepuk tangan peserta.
(kri)