Kaum Perempuan Bisa Jadi Suri Teladan dalam Penanggulangan Radikalisme
loading...
A
A
A
Ia menceritakan, ada beberapa kasus anak-anak yang dicoba untuk direkrut untuk menjadi anggota ISIS, namun justru gagal karena mereka punya kekebalan bawaan terhadap paham radikal. Kegagalan rekrutmen kelompok radikal terhadap beberapa anak dan remaja disebabkan oleh kokohnya fondasi pemahaman agama yang moderat dari para orang tuanya. Kesimpulannya, anak-anak bisa memiliki vaksin ideologi secara alami jika para orang tua bisa memberi pemahaman tentang moderasi beragama dan memiliki komunikasi yang baik dengan anak-anaknya.
Karena anak-anak ini dekat dengan orang tuanya, secara sadar dan mandiri mereka berhasil menolak ideologi radikalisme. Kedekatan yang terbangun ini membuat anak-anak ingat ajaran orang tuanya yang membuat mereka tidak tega jika sampai terpengaruh paham radikal dan membuat orang tua mereka kecewa.
"Ini juga menjadi pesan penting untuk para orang tua, bahwa walaupun mungkin anak remaja seringkali jika dinasihati malah ngeyel, tapi ajaran agama yang penuh dengan kebaikan dan kedamaian itu bisa sampai ke anak kita. Jika berhasil, maka ajaran yang baik ini akan jadi vaksin untuk mereka," kata Alissa.
Untuk itu, Alissa berpesan agar generasi muda Indonesia bisa menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya, maka semua stakeholders harus mau terlibat secara langsung. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, tidaklah pantas rasanya jika hanya membebankan pembentukan karakter anak kepada sekolah formal saja.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan dunia pendidikan. Pendidikan formal maupun informal hanya bisa berjalan dengan baik kalau pendidikan anak di keluarga masing-masing juga berjalan dengan baik. Tidak bisa kemudian kita sebagai orang tua dengan mudahnya lempar tanggung jawab dengan mengatakan, 'kan anak-anak saya lebih lama di sekolah'. Begitu juga dunia pendidikan, harus menyadari bahwa mereka mengemban tugas untuk mendidik anak-anak Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045," kata putri sulung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid ini.
Karena anak-anak ini dekat dengan orang tuanya, secara sadar dan mandiri mereka berhasil menolak ideologi radikalisme. Kedekatan yang terbangun ini membuat anak-anak ingat ajaran orang tuanya yang membuat mereka tidak tega jika sampai terpengaruh paham radikal dan membuat orang tua mereka kecewa.
"Ini juga menjadi pesan penting untuk para orang tua, bahwa walaupun mungkin anak remaja seringkali jika dinasihati malah ngeyel, tapi ajaran agama yang penuh dengan kebaikan dan kedamaian itu bisa sampai ke anak kita. Jika berhasil, maka ajaran yang baik ini akan jadi vaksin untuk mereka," kata Alissa.
Untuk itu, Alissa berpesan agar generasi muda Indonesia bisa menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya, maka semua stakeholders harus mau terlibat secara langsung. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, tidaklah pantas rasanya jika hanya membebankan pembentukan karakter anak kepada sekolah formal saja.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan dunia pendidikan. Pendidikan formal maupun informal hanya bisa berjalan dengan baik kalau pendidikan anak di keluarga masing-masing juga berjalan dengan baik. Tidak bisa kemudian kita sebagai orang tua dengan mudahnya lempar tanggung jawab dengan mengatakan, 'kan anak-anak saya lebih lama di sekolah'. Begitu juga dunia pendidikan, harus menyadari bahwa mereka mengemban tugas untuk mendidik anak-anak Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045," kata putri sulung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid ini.
(abd)