Pancasila sebagai Pilar Kedamaian di Tengah Keragaman
loading...
A
A
A
"Selanjutnya sejarah telah mengukir bahwa Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 merupakan tonggak sejarah hari lahir Pancasila yang merupakan perjanjian luhur bangsa yang kemudian menjadi pijakan dasar negara, menandai peralihan zaman dari kerajaan-kerajaan atau 57 kerajaan lebih menjadi NKRI," tuturnya.
Karjono menambahkan pentingnya Pancasila terlihat dalam upaya memperkokoh karakter kebangsaan sejak usia dini melalui jalur pendidikan dan menggarisbawahi bahwa Pancasila menjadi pedoman yang mendorong pembentukan generasi muda yang tumbuh dengan rasa cinta pada tanah air, penghargaan terhadap keragaman, dan komitmen tinggi terhadap nilai-nilai keadilan sosial.
Dengan mengintegrasikan Pancasila dalam sistem pendidikan. Indonesia tidak hanya berupaya
melahirkan individu-individu yang cerdas, tetapi juga beradab dan melahirkan sosok-sosok yang memiliki kesadaran sosial yang kuat serta toleransi yang tulus terhadap lingkungan masyarakat yang begitu beragam.
Karjono juga menjelaskan bahwa setelah adanya reformasi, ada beberapa aspek yang turut melemah. Salah satu yang sangat memprihatinkan yakni di dunia pendidikan dengan hilangnya mata ajar dan mata kuliah Pancasila, atau dihapus oleh UU 20/2003 tentang Sikdiknas.
Melalui PP 4/2022 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa dalam rangka pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu adanya penegasan bahwa Pancasila sebagai muatan wajib dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan.
Pada akhir sambutan, Karjono menegaskan bahwa BPIP bersama Kemendibudristek telah
menyelesaikan Buku Referensi Utama Pendidikan Pancasila dan Buku Teks Pancasila. Buku tersebut merupakan kurikulum wajib untuk diterapkan mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, bahkan untuk pendidikan non formal dan Informal.
Dalam acara tersebut turut hadir Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia Badikenita Putri Sitepu, Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Jakarta Pdt. Abraham Ruben Persang, Ketua I Pelaksana Harian Majelis Jemaat Immanuel Pdt. Daniel Laotongan, serta Tim Kerja Seminar Kebangsaan Pdt. Henry B. Jacob.
Karjono menambahkan pentingnya Pancasila terlihat dalam upaya memperkokoh karakter kebangsaan sejak usia dini melalui jalur pendidikan dan menggarisbawahi bahwa Pancasila menjadi pedoman yang mendorong pembentukan generasi muda yang tumbuh dengan rasa cinta pada tanah air, penghargaan terhadap keragaman, dan komitmen tinggi terhadap nilai-nilai keadilan sosial.
Dengan mengintegrasikan Pancasila dalam sistem pendidikan. Indonesia tidak hanya berupaya
melahirkan individu-individu yang cerdas, tetapi juga beradab dan melahirkan sosok-sosok yang memiliki kesadaran sosial yang kuat serta toleransi yang tulus terhadap lingkungan masyarakat yang begitu beragam.
Karjono juga menjelaskan bahwa setelah adanya reformasi, ada beberapa aspek yang turut melemah. Salah satu yang sangat memprihatinkan yakni di dunia pendidikan dengan hilangnya mata ajar dan mata kuliah Pancasila, atau dihapus oleh UU 20/2003 tentang Sikdiknas.
Melalui PP 4/2022 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa dalam rangka pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu adanya penegasan bahwa Pancasila sebagai muatan wajib dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan.
Pada akhir sambutan, Karjono menegaskan bahwa BPIP bersama Kemendibudristek telah
menyelesaikan Buku Referensi Utama Pendidikan Pancasila dan Buku Teks Pancasila. Buku tersebut merupakan kurikulum wajib untuk diterapkan mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, bahkan untuk pendidikan non formal dan Informal.
Dalam acara tersebut turut hadir Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia Badikenita Putri Sitepu, Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Jakarta Pdt. Abraham Ruben Persang, Ketua I Pelaksana Harian Majelis Jemaat Immanuel Pdt. Daniel Laotongan, serta Tim Kerja Seminar Kebangsaan Pdt. Henry B. Jacob.
(dsa)