Ketua KPK Ungkap Esensi Hari Raya Kurban dengan Pemberantasan Korupsi

Kamis, 30 Juli 2020 - 19:35 WIB
loading...
Ketua KPK Ungkap Esensi...
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan, merayakan Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, banyak memberikan syafaat dan teladan. Foto/SINDOnews/Yulianto
A A A
JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan, merayakan Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, banyak memberikan syafaat dan teladan kepada seluruh umat manusia di dunia. Meski tidak dapat dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya karena pandemi virus Corona (Covid-19) yang masih mewabah di seluruh dunia.

(Baca juga: Sekolah Online di Masa Pandemi Belum Menemukan Formula yang Tepat)

"Saya yakin esensi dari tiga peristiwa penting yang terjadi dalam setiap bulan Dzulhijjah, yaitu pelaksanaan ibadah haji, Hari Raya Idul Adha, dan penyembelihan hewan kurban, tetap menjadi pedoman bagi umat manusia di dunia, khususnya Umat Muslim," kata Firli dalam pers rilis, Kamis (30/7/2020).

(Baca juga: Mudik Idul Adha, DPR Minta Masyarakat Pertimbangkan Kesehatan)

Diceritakan Firli, seperti kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang menjadi akar sejarah diperintahkannya ibadah haji dan kurban oleh Allah SWT. Satu di antara kisah 25 Nabi yang diceritakan ayah dan ibu sewaktu kecil, sebagai dongeng penghantar tidur dan cerita tersebut masih kuat melekat dalam ingatannya.

"Satu hal makna pelajaran yang saya tidak pernah lupa bahwa hari raya kurban adalah hari penuh keikhlasan untuk menyerahkan yang kita miliki termasuk juga ikhlas memerangi hawa nafsu untuk memiliki materi yang berlebih," ucapnya.

(Baca juga: Sambut Hari Raya Idul Adha 1441H, Ini Pesan Menteri Agama untuk Umat Islam)

Kata Firli, dari kisah ini banyak sekali tauladan mengenai pengorbanan, kepatuhan, keikhlasan serta keberanian yang dibalut tekad yang kuat seorang hamba dalam menjalankan kewajiban, menunaikan ibadah dan perintah serta menjauhi seluruh larangan-Nya, sebagai wujud kecintaan abadi kepada Allah SWT, melebihi kecintaan lainnya di dunia fana ini.

"Umat manusia jangan sampai terbelenggu apalagi larut dan tenggelam kedalam surga fatamorgana duniawi yang bergelimang dosa, sehingga lupa kepada hakikat dan tujuan hidup dan kehidupan yang sejati, yakni memperoleh keridhaan ilahi. Ibadah kurban seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menyembelih tabiat tamak, sifat binatang yang sejatinya ada namun terpendam dalam diri setiap manusia," jelasnya.

"Sama seperti binatang, tabiat tamak manusia pada hakikatnya adalah wujud nyata ketidakmampuan mengontrol dan mengendalikan keinginan, hasrat serta hawa nafsu, sehingga kehilangan moral, menjadi rakus karena tidak akan puas dengan apa yang ada, selalu kurang terhadap apa yang telah dimiliki," sambungnya.

Menurut Firli, jika dikaitkan dengan permasalahan besar bangsa yaitu laten korupsi serta perilaku koruptif yang berurat akar di negeri ini, maka dengan mengamalkan esensi dari tauladan kisah Nabi Ibrahim dan Ismail serta semangat Idul Adha (qurban) ditambah tiga strategi pemberantasan korupsi KPK yaitu pendekatan pendidikan masyarakat untuk membentuk mindset dan culture set baru anti antikorupsi.

"Pendekatan pencegahan yang tujuan utamanya menghilangkan kesempatan dan peluang untuk korupsi, dan pendekatan penindakan di mana ketiganya adalah core business KPK dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral sistemik," tuturnya.

"Dan sustainable, serta dukungan segenap komponen bangsa, Insya Allah menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita di negeri ini dan Indonesia yang bersih dari korupsi bukanlah hanya menjadi mimpi tapi terwujud nyata Indonesia bersih dari segala bentuk korupsi," tambahnya.

Diakui Firli, korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara tapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase berjejaring dimana dampaknya sangat destruktif pada setiap tatanan kehidupan umat manusia, dan hebatnya kejahatan ini dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan dampak sistemik.

"Korupsi terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi," kata dia.

Menurutnya, setiap individu yang minim integritas, di mana nilai-nilai kejujuran tak lagi tampak dipelupuk mata, telinga tuli dengan suara kebenaran, terhalang pekatnya selimut hitam laten korupsi yang menyuguhkan kehangatan dan kenikmatan semu surga fatamorgana, namun terlihat indah dan memukau mata hati calon-calon koruptor.

"Oleh karena itulah, sudah sepatutnya kita jadikan perayaan Idul Adha tahun ini sebagai momentum kebangkitan melawan hasrat dan nafsu jahat korupsi, yang kita mulai dari diri sendiri. Bukan penyembelihan hewan kurban kambing ataupun sapi yang menjadi esensi dari perayaan Idul Adha, hari raya kurban tahun ini," tegasnya.

"Keikhlasan, pengorbanan dan konsistensi untuk tidak korupsi adalah esensi dari makna kurban yang seharusnya terpatri dalam setiap hati sanubari seluruh anak bangsa di negeri ini. Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah, mari kita rayakan dengan Semangat Antikorupsi," tandasnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1078 seconds (0.1#10.140)