Deretan Danjen Kopassus yang Pernah Jabat Pangkostrad, Nomor 1 dan 5 Jadi Jenderal Bintang Empat
loading...
A
A
A
Dari Korps Baret Merah, Tarub kemudian dimutasi menjadi Danbrigif Linud 3/Tri Budi Maha Sakti (1986-1987), Danrem 171/Praja Vira Tama (1987-1988), dan Danrem 172/Praja Wira Yakthi (1988-1989).
Pada tahun 1989, Kuntara kembali ditarik ke Kopassus dengan mengemban amanat sebagai Wadanjen Kopassus hingga tahun 1992. Kuntara lalu mendapat promosi menjadi Danjen Kopassus (1992-1993).
Kuntara juga pernah menjabat sebagai Pangdam VIII/Trikora pada periode 1993-1994. Karier militernya semakin mentereng ketika ditunjuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan jabatan 1994 hingga 1995.
Setahun memimpin Kostrad, Kuntara dimutasi menjadi Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Kasum ABRI) dari tahun 1996 hingga 1998. Pensiun dari militer, Tarub menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Pertahanan dan Keamanan. Dia juga berkecimpung di dunia bisnis dengan menjadi Komisaris di sejumlah perusahaan.
Semasa menjadi prajurit Kopassus, Tarub pernah terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Woyla untuk menyelamatkan para sandera dalam pesawat Garuda Indonesia yang dirampok di Bangkok, Thailand tahun 1981.
Karier militer pria dengan nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo ini dimulai tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Dia lulus tahun 1974, satu tahun setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lulus.
Pria kelahiran Jakarta pada 17 Oktober 1951 ini mengawali karier militernya dengan menjabat sebagai Komandan Peleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur tahun 1976. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala.
Tahun 1983, anak pasangan Ekonom Indonesia Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Pada 1995, dia sudah mencapai jabatan puncak di Korps Baret Merah dengan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus. Salah satu pencapaian Prabowo adalah penyelamatan Mapenduma 1996, saat menjadi memimpin Kopassus dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh OPM. Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan tujuh sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda, dan Jerman.
Pada tahun 1989, Kuntara kembali ditarik ke Kopassus dengan mengemban amanat sebagai Wadanjen Kopassus hingga tahun 1992. Kuntara lalu mendapat promosi menjadi Danjen Kopassus (1992-1993).
Kuntara juga pernah menjabat sebagai Pangdam VIII/Trikora pada periode 1993-1994. Karier militernya semakin mentereng ketika ditunjuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan jabatan 1994 hingga 1995.
Setahun memimpin Kostrad, Kuntara dimutasi menjadi Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Kasum ABRI) dari tahun 1996 hingga 1998. Pensiun dari militer, Tarub menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Pertahanan dan Keamanan. Dia juga berkecimpung di dunia bisnis dengan menjadi Komisaris di sejumlah perusahaan.
Semasa menjadi prajurit Kopassus, Tarub pernah terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Woyla untuk menyelamatkan para sandera dalam pesawat Garuda Indonesia yang dirampok di Bangkok, Thailand tahun 1981.
4. Letjen TNI Prabowo Subianto
Prabowo Subianto dipercaya menjadi Danjen Kopassus selama tiga tahun dari 1995-1998. Dia mengisi jabatan yang ditinggalkan Jenderal TNI Subagyo Hadi Siswoyo.Karier militer pria dengan nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo ini dimulai tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Dia lulus tahun 1974, satu tahun setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lulus.
Pria kelahiran Jakarta pada 17 Oktober 1951 ini mengawali karier militernya dengan menjabat sebagai Komandan Peleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur tahun 1976. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala.
Tahun 1983, anak pasangan Ekonom Indonesia Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Pada 1995, dia sudah mencapai jabatan puncak di Korps Baret Merah dengan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus. Salah satu pencapaian Prabowo adalah penyelamatan Mapenduma 1996, saat menjadi memimpin Kopassus dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh OPM. Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan tujuh sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda, dan Jerman.