Deretan Danjen Kopassus yang Pernah Jabat Pangkostrad, Nomor 1 dan 5 Jadi Jenderal Bintang Empat

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 04:54 WIB
loading...
Deretan Danjen Kopassus yang Pernah Jabat Pangkostrad, Nomor 1 dan 5 Jadi Jenderal Bintang Empat
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar merupakan mantan Danjen Kopassus yang memiliki karier cemerlang karena berhasil menempati jabatan Pangkostrad bahkan mengembang pangkat bintang empat. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Sejumlah Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) tercatat memiliki karier yang cemerlang karena berhasil menempati jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) . Salah satu jabatan yang diimpikan oleh Perwira Tinggi TNI AD.

Posisi Pangkostrad erupakan lompatan karier bagi Danjen Kopassus. Pasalnya, otomatis akan naik pangkat menjadi jenderal bintang tiga alias Letnan Jenderal (Letjen).



Sejarah mencatat sejumlah Pati TNI AD pernah mengawali karier militernya sebagai Danjen Kopassus hingga akhirnya mendapat promosi menjadi Pangkostrad. Dari sebanyak 43 jenderal bintang tiga yang mengisi posisi Pangkostrad, 6 di antaranya pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus.

Dari enam Pangkostrad yang pernah menjabat Danjen Kopassus, beberapa nama memiliki karier mentereng. Mereka berhasil menjadi orang nomor satu di kesatuan Angkatan Darat.

Berikut deretan Danjen Kopassus yang pernah menjabat Pangkostrad:

1. Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar

Wismoyo Arismunandar merupakan Danjen Kopassus pertama yang berhasil menduduki jabatan Pangkostrad. Wismoyo menjabat sebagai Danjen Kopassus pada periode 6 April 1983 hingga 22 Mei 1985, kala itu Korps Baret merah masih dinamai Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).

Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1963 ini mempunyai karier yang cemerlang semasa di dunia kemiliteran. Penempatan pertama Wismoyo setelah resmi berpangkat letnan dua yakni komandan peleton Batalyon 3/Menparkoad.

Untuk diketahui, Menparkoad singkatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat atau biasa juga disebut RPKAD yang merupakan pasukan elite AD. Dalam perjalanan sejarah RPKAD bermetamorfosis menjadi Kopassandha dan kemudian Kopassus.

Pada 1966, dia dimutasi sebagai Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto. Kariernya semakin menanjak ketika ditunjuk menjadi Dan Grup I Kopassandha (1978-1983).

Kemudian ia dipercaya menduduki posisi Wadan Kopassandha pada 1983. Pada tahun yang sama, Wismoyo mendapat promosi menjadi Danjen Kopassandha hingga tahun 1985.

Dari Korps Baret Merah, dia kemudian dimutasi menjadi Kasdam IX/Udayana (1985-1987), Pangdam VIII/Trikora (1987-1988), dan Pangdam IV/Diponegoro (1988-1990). Kariernya terus meningkat, ketika ipar Presiden Soeharto ini tembus bintang 3 sebagai Pangkostrad (1990-1992) menggantikan Letjen TNI Soegito.

Sinarnya kian mencorong. Bocah penggembala kambing itu didaulat menjadi Wakil KSAD pada 1992-1993. Tak lama, dia menjadi pemegang tongkat komando tertinggi matra Darat alias KSAD periode 1993-1995.

Pensiun dari militer, Wismoyo aktif di berbagai kegiatan. Dia antara lain menjadi Ketua Umum KONI Pusat. Wismoyo meninggal dunia di Jakarta pada 28 Januari 2021. Jenazahnya dimakamkan di Kompleks Pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

2. Letjen TNI Kuntara

Kuntara menjadi Danjen Kopassus berikutnya yang berhasil mengemban amanat sebagai Pangkostrad. Dia menjadi Danjen Kopassus pada periode 1988-1992 menggantikan Letjen TNI Sintong Panjaitan.

Kuntara menjajaki dunia militer dengan masuk Akademi Militer Nasional (AMN). Tercatat, dia menjadi salah satu lulusan tahun 1963.

Dari sekian banyak lulusan AMN 1963, beberapa di antaranya yang satu letting dengan Kuntara adalah Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar dan Letjen TNI Sintong Panjaitan. Uniknya, ketiga nama tersebut sama-sama pernah merasakan menjadi orang nomor satu di Korps Baret Merah alias Komandan Jenderal (Danjen).

Karier militer Kuntara terbilang cemerlang di TNI AD. Doa pernah menduduki sejumlah jabatan mulai dari Wadanyonif 733/Masariku (1974-1976), Wadanjen Kopassandha (1983-1986), dan Wadanjen Kopassus (1986-1987).

Puncak karier militernya ketika ditunjuk menjadi Pangkostrad menggantikan Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar pada periode 1992-1994. Selama berkarier di militer, Kuntara pernah terjun di sejumlah medan operasi.

Selain Operasi Flamboyan, dia juga turut terlibat dalam operasi pembebasan sandera kasus pembajakan pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia. Misi yang lebih dikenal sebagai Operasi Woyla ini dipimpin oleh Sintong Panjaitan yang saat itu menjadi Asisten Operasi Kopassandha.

Pensiun dari militer, dia dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk China pada 1997 sampai dengan 2001. Kuntara meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta pada Sabtu 21 Agustus 2021, pukul 06.10 WIB. Almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.

3. Letjen TNI Tarub

Tarub yang lahir di Malang, Jawa Timur, 10 Juni 1943 menjabat Danjen Kopassus pada periode 1992-1993. Ia menggantikan pendahulunya Letjen TNI Kuntara.

Dia berasal dari lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1965 dan tergabung dalam kesatuan Infanteri Kopassus. Tarub banyak menduduki posisi penting selama karier militernya.

Mulai dari Aspers Danjen Kopassandha pada tahun 1985. Di tahun yang sama, Tarub mendapat promosi menjadi Dangrup 3 Kopassandha.

Dari Korps Baret Merah, Tarub kemudian dimutasi menjadi Danbrigif Linud 3/Tri Budi Maha Sakti (1986-1987), Danrem 171/Praja Vira Tama (1987-1988), dan Danrem 172/Praja Wira Yakthi (1988-1989).

Pada tahun 1989, Kuntara kembali ditarik ke Kopassus dengan mengemban amanat sebagai Wadanjen Kopassus hingga tahun 1992. Kuntara lalu mendapat promosi menjadi Danjen Kopassus (1992-1993).

Kuntara juga pernah menjabat sebagai Pangdam VIII/Trikora pada periode 1993-1994. Karier militernya semakin mentereng ketika ditunjuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan jabatan 1994 hingga 1995.

Setahun memimpin Kostrad, Kuntara dimutasi menjadi Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Kasum ABRI) dari tahun 1996 hingga 1998. Pensiun dari militer, Tarub menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Pertahanan dan Keamanan. Dia juga berkecimpung di dunia bisnis dengan menjadi Komisaris di sejumlah perusahaan.

Semasa menjadi prajurit Kopassus, Tarub pernah terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Woyla untuk menyelamatkan para sandera dalam pesawat Garuda Indonesia yang dirampok di Bangkok, Thailand tahun 1981.

4. Letjen TNI Prabowo Subianto

Prabowo Subianto dipercaya menjadi Danjen Kopassus selama tiga tahun dari 1995-1998. Dia mengisi jabatan yang ditinggalkan Jenderal TNI Subagyo Hadi Siswoyo.

Karier militer pria dengan nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo ini dimulai tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Dia lulus tahun 1974, satu tahun setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lulus.

Pria kelahiran Jakarta pada 17 Oktober 1951 ini mengawali karier militernya dengan menjabat sebagai Komandan Peleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur tahun 1976. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala.

Tahun 1983, anak pasangan Ekonom Indonesia Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.

Pada 1995, dia sudah mencapai jabatan puncak di Korps Baret Merah dengan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus. Salah satu pencapaian Prabowo adalah penyelamatan Mapenduma 1996, saat menjadi memimpin Kopassus dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh OPM. Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan tujuh sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda, dan Jerman.

Kemudian Prabowo dipromosikan menjadi Panglima Kostrad (Pangkostrad) dengan pangkat Letnan Jenderal pada 1998. Namun baru dua bulan menjabat, ia diberhentikan pada Mei 1998 oleh Presiden BJ Habibie.

Setelah pensiun dari militer, menantu Presiden Soeharto ini aktif di politik dengan menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. Saat ini, Prabowo juga menduduki jabatan Menteri Pertahanan (Menhan) di Pemerintahan Jokowi.

5. Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo

Pramono Edhie Wibowo menjabat sebagai Danjen Kopassus Pangdam Siliwangi pada periode 2008-2009. Dia ditunjuk menggantikan posisi yang ditunggal Mayor Jenderal TNI Soenarko.

Pria kelahiran Magelang 5 Mei 1955 ini merupakan anak dari sosok tokoh militer ternama di Indonesia Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Dia juga merupakan ipar dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pramono Edhie merupakan adik dari Ani Yudhoyono.

Sebagai seorang anak dari jenderal, Pramono Edhie akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai prajurit TNI. Dengan latar belakang keluarga militer, membuat perjalanan karier Pramono Edhie kian bersinar.

Setelah lulus Akademi Militer pada 1978, dia ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha. Kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pramono Edhie semakin sering menjabat di posisi strategis seperti Perwira Intel Operasi grup I Kopassus, hingga Wakil Komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996.

Setelah Reformasi, Pramono Edhie terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Di tahun yang sama juga dia menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).

Pada tahun 2005, karier Pramono terus meningkat. Dimana kala itu dia ditunjuk menjadi Wakil Danjen Kopassus. Dua tahun berselang jabatan Danjen Kopassus diembannya.

Karier militernya berlanjut ketika ditunjuk menjadi Pangdam III/Siliwangi (2009–2010). Bintang di pundaknya bertambah menjadi tiga saat menjabat sebagai Panglima Kostrad (2010–2011) menggantikan Letjen TNI Burhanudin Amin.

Namun, kariernya yang terlalu mulus ini membuat kebanyakan orang berpendapat karena latar belakang keluarganya yang mendukung dia mudah dalam naik pangkat dan menjabat posisi strategis. Apalagi ketika dia menjadi KSAD.

Dilansir dari demokrat.or.id, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 40/TNI/tahun 2011 mengangkat Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal TNI George Toisutta.

Proses pengangkatannya sebagai KSAD saat itu menuai protes dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) yang menganggap terdapat unsur nepotisme karena Pramono Edhie merupakan adik dari Ibu Negara Ani Yudhoyono atau ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun pendapat tersebut memang tak sepenuhnya benar mengingat banyaknya penghargaan yang diterimanya. Mulai dari bintang, satyalancana, hingga brevet dan wing.

Beberapa brevet yang disandangnya terdiri dari, Brevet Kualifikasi Komando Kopassus, Brevet Para Utama, Brevet Free Fall, Brevet Kualifikasi Penanggulangan Teror, Brevet Kualifikasi Intai Tempur, Brevet Kualifikasi Intai Amfibi, Brevet Kualifikasi Komando Paskhas, Brevet Denjaka, Brevet Hiu Kencana, dan Wing Penerbang TNI AU.

Kemudian ada pula brevet yang didapatnya dari luar negeri seperti, Basic Military Freefall Parachutist Badge (US Army), Master Parachutist Badge (US Army), dan Pathfinder Badge (US Army).

Setelah pensiun dari militer, Pramono Edhie terjun ke dalam dunia politik dan bergabung dengan Partai Demokrat menjadi salah satu Anggota Dewan Pembina Partai pada tahun 2013.

Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo meninggal pada 13 Juni 2020 karena mengalami serangan jantung. Jenazah jenderal bintang empat ini dimakamkan pada 14 Juni 2020 di TMP Kalibata.

6. Letjen TNI Eko Margiyono

Eko Margiyono merupakan Danjen Kopassus terakhir yang pernah menjabat sebagai Pangkostrad. Dia menjabat Danjen Kopassus pada periode 2018-2019 menggantikan Letjen TNI Madsuni.

Eko Margiyono merupakan lulusan Akmil 1989 yang memiliki karier militer cukup cemerlang di tubuh TNI. Jenderal bintang tiga kelahiran Semarang 12 Mei 1967 ini merupakan lulusan infanteri (Kopassus).

Selama berkarier di Kopassus, Eko Margiyono banyak menjalani medan penugasan penting, di antaranya di Timor-Timur, Papua, dan Aceh. Termasuk penugasan ke sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Amerika.

Dalam perjalanan kariernya sebagai perwira TNI, Eko Margiyono telah menduduki sejumlah posisi penting di tubuh TNI. Karier Eko Margiyono mulai menanjak setelah menjabat Komandan Group A Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) pada tahun 2010-2012.

Dua tahun kemudian, suami dari dr Retno Adiatik ini dipercaya menjadi Asops Kasdam Jaya pada 2012-2014. Setelah itu, Eko Margiyono mendapat amanah memimpin sejumlah Komando Resor Militer (Korem), yakni Danrem 061/Surya Kencana (2014), dan Danrem 033/Wira Pratama (2014-2015).

Tak lama mengomandoi Korem 033/Wira Pratama, Eko Margiyono terus menapak karier menjadi Waasops Kasad pada 2015-2017. Dari sini, Eko Margiyono mulai menduduki jabatan penting di tubuh TNI AD.

Pada tahun 2015, Eko Margiyono ditunjuk menjadi Kasdam Jaya hingga tahun 2017. Selanjutnya pada 27 Oktober 2017, Eko Margiyono dipercaya menjabat Gubernur Akmil hingga 2018.

Melalui Surat Keputusan Panglima TNI Nomor 196/III/2018, Eko Margiyono yang saat itu berpangkat Mayjen dipercaya menduduki posisi Danjen Kopassus. Tak sampai setahun menjabat Danjen Kopassus, Eko Margiyono mendapat penugasan baru sebagai Pangdam Jaya menggantikan Mayjen TNI Joni Supriyanto. Eko Margiyono ditunjuk menjadi Pangdam Jaya ke-33 melalui Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/81/I/2019 tertanggal 25 Januari 2019.

Mutasi jabatan yang dilakukan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pada 27 Juli 2020 kembali menggeser posisi Eko Margiyono. Melalui Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/588/VII/2020, Eko Margiyono dipromosikan menjadi Pangkostrad. Jabatan Pangkostrad resmi diserahterimakan dari Letjen TNI Besar Harto Karyawan kepada Mayjen TNI Eko Margiyono pada 6 Agustus 2020.



Pada 9 Juni 2021, Eko Margiyono menduduki posisi Kasum TNI. Eko Margiyono menggantikan posisi Letjen TNI Ganip Warsito sebagai Kasum berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/435/V/2021 tertanggal 25 Mei 2021.

Eko Margiyono saat ini menjabat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia (Dankodiklat TNI). Ia mulai menjabat pada 16 Januari 2023 menggantikan Letjen TNI Bambang Ismawan.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1116 seconds (0.1#10.140)