Presiden Jokowi Dijadwalkan Akan Buka ASEAN IIDC di Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan membuka Konferensi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) yang diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton Jakarta, pada 7 Agustus 2023 mendatang. Sebanyak 200 undangan meliputi partisipan dan pembicara juga telah terkonfirmasi bakal hadir dalam forum tersebut.
“Insya Allah akan dihadiri dan dibuka langsung Presiden Joko Widodo, kami sudah dapat konfirmasi dari kepresidenan. Nanti akan ada sebanyak 200 peserta dari berbagai tokoh agama dan sekitarnya dan tokoh yang kami undang ini melalui kerja sama pemerintah negara asalnya,” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam keterangannya, Selasa (2/8/2023).
Dia mengatakan, inisiasi ASEAN IIDC mengambil momentum ASEAN Summit 2023, di mana Indonesia didapuk sebagai tuan rumah. ASEAN IIDC, kata Gus Yahya, diarahkan untuk mendorong konsolidasi jaringan.
Gagasan dasarnya adalah memperkuat konsolidasi jaringan dari pada tokoh dan pemimpin agama di lingkungan ASEAN dan jaringan negara-negara ASEAN, termasuk Amerika, Jepang, dan India.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya bahwa forum tokoh-tokoh agama ini dijalankan dalam koordinasi yang erat dengan pemerintahan-pemerintahan,” kata Gus Yahya.
“Maka, pertama kami bicara kepada pemerintah dan Alhamdulillah Kementerian Luar Negeri RI mau bekerja sama dan menerima gagasan ini untuk dijadikan agenda resmi KTT Asean. Insya Allah, hasil dari kita ini akan dibawa masuk dalam konklusi KTT ASEAN,” ujarnya.
Gus Yahya menuturkan, forum R20 ini ingin membangun jaringan agar jaringan ini terkonsolidasi dengan kuat. “Kami mencari basis kesamaan latar belakang di antara masuatak ASEAN dan sekitarnya,” ujar dia.
IIDC ini, lanjut dia, diinisiasi PBNU. IIDC merupakan bagian dari agenda PBNU untuk ikut serta dalam dinamika internasional dalam upaya membangun harmoni dan perdamaian dari arah lingkungan agama-agama.
“Karena NU adalah organisasi keagamaan, maka NU ingin masuk ke dalam lingkungan aktivisme agama-agama dalam konteks membangun harmoni peradaban dan perdamaian,” tuturnya.
ASEAN IIDC, lanjutnya, dicanangkan bukan sekadar forum diskusi semata. Lebih dari itu, forum ini juga akan menjadi agenda yang sifatnya lebih decisive secara politik, mengingat para undangan yang hadir juga merupakan representasi dari pihak pemerintahan masing-masing negara.
“Karena yang hadir ini adalah tokoh-tokoh yang terkait dengan pemerintah negara masing-masing. Maka, harapan kita bahwa forum ini nanti akan melahirkan kesepakatan yang strategis dan decisive yang hasilnya bisa diadopsi KTT ASEAN,” terangnya.
Gus Yahya mengungkapkan, ASEAN IIDC 2023 mengangkat tema “ASEAN Shared Civilizational Values: Building an Epicentrum of Harmony to Foster Peace, Security, and Prosperity”.
Di bawah komandonya, Gus Yahya menyatakan pelibatan Nahdlatul Ulama dalam aktivisme internasional merupakan salah satu agenda yang telah dijalankan sejak beberapa tahun lalu di, terbaru adalah perhelatan G20 Religion Forum atau R20.
“R20 menjadi model dialog yang unik belum pernah ada sebelumnya. R20 ini dilakukan secara reflektif dan apa yang sudah kita selenggarakan di Bali dan Yogyakarta ini yang hendak kita teruskan,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah itu.
“Insya Allah akan dihadiri dan dibuka langsung Presiden Joko Widodo, kami sudah dapat konfirmasi dari kepresidenan. Nanti akan ada sebanyak 200 peserta dari berbagai tokoh agama dan sekitarnya dan tokoh yang kami undang ini melalui kerja sama pemerintah negara asalnya,” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam keterangannya, Selasa (2/8/2023).
Dia mengatakan, inisiasi ASEAN IIDC mengambil momentum ASEAN Summit 2023, di mana Indonesia didapuk sebagai tuan rumah. ASEAN IIDC, kata Gus Yahya, diarahkan untuk mendorong konsolidasi jaringan.
Gagasan dasarnya adalah memperkuat konsolidasi jaringan dari pada tokoh dan pemimpin agama di lingkungan ASEAN dan jaringan negara-negara ASEAN, termasuk Amerika, Jepang, dan India.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya bahwa forum tokoh-tokoh agama ini dijalankan dalam koordinasi yang erat dengan pemerintahan-pemerintahan,” kata Gus Yahya.
“Maka, pertama kami bicara kepada pemerintah dan Alhamdulillah Kementerian Luar Negeri RI mau bekerja sama dan menerima gagasan ini untuk dijadikan agenda resmi KTT Asean. Insya Allah, hasil dari kita ini akan dibawa masuk dalam konklusi KTT ASEAN,” ujarnya.
Gus Yahya menuturkan, forum R20 ini ingin membangun jaringan agar jaringan ini terkonsolidasi dengan kuat. “Kami mencari basis kesamaan latar belakang di antara masuatak ASEAN dan sekitarnya,” ujar dia.
IIDC ini, lanjut dia, diinisiasi PBNU. IIDC merupakan bagian dari agenda PBNU untuk ikut serta dalam dinamika internasional dalam upaya membangun harmoni dan perdamaian dari arah lingkungan agama-agama.
“Karena NU adalah organisasi keagamaan, maka NU ingin masuk ke dalam lingkungan aktivisme agama-agama dalam konteks membangun harmoni peradaban dan perdamaian,” tuturnya.
ASEAN IIDC, lanjutnya, dicanangkan bukan sekadar forum diskusi semata. Lebih dari itu, forum ini juga akan menjadi agenda yang sifatnya lebih decisive secara politik, mengingat para undangan yang hadir juga merupakan representasi dari pihak pemerintahan masing-masing negara.
“Karena yang hadir ini adalah tokoh-tokoh yang terkait dengan pemerintah negara masing-masing. Maka, harapan kita bahwa forum ini nanti akan melahirkan kesepakatan yang strategis dan decisive yang hasilnya bisa diadopsi KTT ASEAN,” terangnya.
Gus Yahya mengungkapkan, ASEAN IIDC 2023 mengangkat tema “ASEAN Shared Civilizational Values: Building an Epicentrum of Harmony to Foster Peace, Security, and Prosperity”.
Di bawah komandonya, Gus Yahya menyatakan pelibatan Nahdlatul Ulama dalam aktivisme internasional merupakan salah satu agenda yang telah dijalankan sejak beberapa tahun lalu di, terbaru adalah perhelatan G20 Religion Forum atau R20.
“R20 menjadi model dialog yang unik belum pernah ada sebelumnya. R20 ini dilakukan secara reflektif dan apa yang sudah kita selenggarakan di Bali dan Yogyakarta ini yang hendak kita teruskan,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah itu.
(hab)