Makna Tri Hari Suci

Selasa, 14 April 2020 - 15:28 WIB
loading...
Makna Tri Hari Suci
Benny Susetyo, Anggota BPIP. Foto/Ist
A A A
Benny Susetyo
Anggota BPIP

BIASANYA dalam Perayaan Minggu Palem, seluruh umat Katolik di dunia akan mendatangi gereja dengan daun palem di tangannya. Akan tetapi Perayaan Tri Hari Suci kali ini mendapatkan makna berbeda dan paling terdalam serta menyentuh kalbu. Dilubuk hati paling dalam, kita semua ingin merayakan paskah dengan suka cita. Akan tetapi kali ini kita merayakan Minggu Palem di tengah pandemi virus Covid -19 yang sedang melanda negeri ini.

Virus corona atau Covid-19 sudah menjadi ancaman kesehatan secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan bahwa wabah virus corona baru yang merebak di Kota Wuhan, China, sebagai darurat global atau “Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia” (Public Health Emergency of International Concern). Hal ini akhirnya juga berdampak pada perayaan Minggu palem umat Katolik diseluruh dunia.

Menurut data dari Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Indonesia data pada tanggal 8 April 2020 data secara global yang terkonfirmasi terjangkit virus corona ini sebanyak 1.282.931 orang dengan tingkat kematian mencapai 72.774. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah terkonfirmasi positif corona sebanyak 2.956, 222 sembuh, dan 240 meninggal.

Dengan keadaan yang darurat seperti ini perayaan minggu palem tidak mungkin dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Perayaan Minggu Palem kali ini kita laksanakan lewat media online. Hal inipun tidak mengurangi makna perayaan Tri Hari Suci. Paling utama di dalam hati ini harus ada iman yang selalu menyinari hati, Spirit Tri Hari Suci, Kamis Putih , Jumat Agung, Sabtu Paskah, kita rayakan dalam keheningan dan kontemplasi merenungkan kembali.

Perayaan Minggu Palem di tengah pandemi corona harus lebih bermakna. Spirit ini menjadi optimisme bahwa kita mampu mengalahkan maut. Paling penting adalah merenungkan dari makna terdalam Paskah sejati, yakni mengalahkan maut.

Selain itu, di tengah wabah virus corona yang mendunia ini tentunya akan menimbulkan kecemasan secara global dan nasional yang merembak kepada ketidakpercayaan. Untuk meredam kecemasan ini tentunya diperlukan solusi dan pencegahan terhadap penyebar luasan virus corona ini. Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan adalah sinergitas antara pemerintah dan masyarakat satu dengan yang lain memiliki trust karena trust adalah kunci mengatasi segala ketidakpercayaan.

Masyarakat pun harus ikut menjaga dan melindungi diri serta meningkatkan soliaritas kepada sesama. Khususnya dengan mengikuti imbauan pemerintah. Kita terapkan disiplin diri, menjaga jarak 2 meter, tidak melakukan kegiatan mengundang massa , kegiatan aktivitas lebih utama kan di rumah, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga kebersihan badan dan konsumsi makanan bergizi. Paling penting sekarang adalah menjaga diri dengan diam di rumah dan meminimalisir berkerumun yang akan meningkatkan resiko memaparkan dan terpapar virus corona.

Kepedulian kepada sesama seyogyanya terpatri dalam sanubari setiap indivudu merupakan salah satu ciri dan kepribadian bangsa Indonesia yang tertanam dalam sila Pancasila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan kata lain seharusnya menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan persaudaraan berdasarkan nilai-nilai keadilan dan keadaban adalah sebuah keharusan dan kesadaran yang telah terpatri.

Masyarakat diharapkan memiliki jiwa solidaritas dan kesetiakawananan dalam melihat dan mengatasi masalah ini. Peduli terhadap sesama dengan tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain yang jauh lebih membutuhkan.

Semua hal tersebut harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Dengan iman akan kebangkitan mengalahkan maut maka kita optimis masa kelam akan berlalu. Yang patut kita tanamkan dan pegang teguh, Minggu Palem kita rayakan dengan iman, harusnya hal ini menjadi momentum kita merefleksikan Tri Hari Suci.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1021 seconds (0.1#10.140)