Situs Tak Terawat, Gus Jazil: Bung Karno Sedang Merenung tapi Sedih...
loading...
A
A
A
ENDE - "Di kota ini kutemukan lima butir mutiara. Di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila ."
Kutipan kata-kata emas Sang Proklamator Bung Karno itu terukir di sebuah batu marmer hitam di bawah pohon sukun di Kota Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di era pra kemerdekaan, Bung Karno diasingkan oleh Belanda di Kota Ende selama empat tahun. Di sana, Bung Karno memikirkan masa depan negeri ini. Dan salah satu titik tempat Bung Karno merenung dan berkontemplasi adalah di bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke laut.( )
Kini, di sana terbangun situs berupa patung dan Taman Bung Karno. Patung dan taman ini diresmikan pada 1 Juni 2013 oleh Wakil Presiden saat itu, Boediono. Kala itu, pembangunan situs ini diinisiasi Ketua MPR kala itu, Taufik Kiemas. Pohon sukun tempat Bung Karno berkontemplasi masih terlihat berdiri tegak dengan lima cabangnya. Meskipun sejatinya pohon tersebut bukan pohon sukun yang berdiri ketika era Bung Karno, tapi sudah ditanam ulang karena mati.
Sayangnya, situs ini kini tidak terawat. Patung Bung Karno duduk terlihat kusam. Tempat pancuran air di bawahnya pun kering tak terisi. Dinding taman terlihat mengelupas, area sekelilingnya pun tak terurus. "Ini patung Bung Karno sedang merenung, tapi sedih...," ujar Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menggambarkan kondisi Taman dan Patung Bung Karno di Ende yang tidak terawat, saat meninjau situs tersebut, Selasa (29/7/2020).
Dikatakan Gus Jazil, Bung Karno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. "Di Kota Ende ini sebenarnya Proklamator kita, Bung Karno menemukan di bawah pohon sukun ini, lima mutiara di bawah pohon sukun, tapi kondisi yang ada memprihatinkan. Ini bahkan ibarat kandang ayam," tuturnya.(
)
Karena itu, dirinya mengajak semua kalangan, baik pihak swasta maupun pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk ikut datang ke Ende dan menyelesaikan situs Taman Bung Karno yang juga sebagai Taman Perenungan Pancasila.
"Kalau lihat kondisinya begini, kecil sekali kita melihat Pancasila ini. Di tempatnya ditemukan, bukan mutiara kalau ini, ini batu kayak batu kali, nggak ada harganya. Padahal ini view-nya bagus ke laut," ujarnya.
Sebagai Wakil Ketua MPR, Gus Jazil juga mengajak para praktisi pendidikan yang memiliki keahlian desain tata kota untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran untuk membangun kembali situs bersejarah tersebut. "Kita ingin menguatkan Empat Pilar, tapi masa di tempat ditemukannya pilar besar yang disebut dengan Pancasila, suasana memprihatinkan, gak selesai. Itu artinya kita tidak memberikan penghargaan. Saya miris. Karena itu setelah ini, saya bersama dengan Pak Bupati akan berkampanye untuk merawat situs ini," katanya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini mengatakan, di tempat itu, Bung Karno mencurahkan pikirannya dan memeras otaknya untuk menemukan cara bagaimana menemukan nilai yang dapat mempersatukan Indonesia yang besar dengan berbagai adat istiadat. "Ditemukanlah Pancasila dan terbukti memang Pancasila itulah yang mengikat. Pancasila lahir di sini, di tempat yang sederhana sebenarnya. Hari ini mestinya ditebus dengan satu kemegahan, penghargaan terhadap sejarah," tuturnya.
Kutipan kata-kata emas Sang Proklamator Bung Karno itu terukir di sebuah batu marmer hitam di bawah pohon sukun di Kota Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di era pra kemerdekaan, Bung Karno diasingkan oleh Belanda di Kota Ende selama empat tahun. Di sana, Bung Karno memikirkan masa depan negeri ini. Dan salah satu titik tempat Bung Karno merenung dan berkontemplasi adalah di bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke laut.( )
Kini, di sana terbangun situs berupa patung dan Taman Bung Karno. Patung dan taman ini diresmikan pada 1 Juni 2013 oleh Wakil Presiden saat itu, Boediono. Kala itu, pembangunan situs ini diinisiasi Ketua MPR kala itu, Taufik Kiemas. Pohon sukun tempat Bung Karno berkontemplasi masih terlihat berdiri tegak dengan lima cabangnya. Meskipun sejatinya pohon tersebut bukan pohon sukun yang berdiri ketika era Bung Karno, tapi sudah ditanam ulang karena mati.
Sayangnya, situs ini kini tidak terawat. Patung Bung Karno duduk terlihat kusam. Tempat pancuran air di bawahnya pun kering tak terisi. Dinding taman terlihat mengelupas, area sekelilingnya pun tak terurus. "Ini patung Bung Karno sedang merenung, tapi sedih...," ujar Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menggambarkan kondisi Taman dan Patung Bung Karno di Ende yang tidak terawat, saat meninjau situs tersebut, Selasa (29/7/2020).
Dikatakan Gus Jazil, Bung Karno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. "Di Kota Ende ini sebenarnya Proklamator kita, Bung Karno menemukan di bawah pohon sukun ini, lima mutiara di bawah pohon sukun, tapi kondisi yang ada memprihatinkan. Ini bahkan ibarat kandang ayam," tuturnya.(
Baca Juga
Karena itu, dirinya mengajak semua kalangan, baik pihak swasta maupun pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk ikut datang ke Ende dan menyelesaikan situs Taman Bung Karno yang juga sebagai Taman Perenungan Pancasila.
"Kalau lihat kondisinya begini, kecil sekali kita melihat Pancasila ini. Di tempatnya ditemukan, bukan mutiara kalau ini, ini batu kayak batu kali, nggak ada harganya. Padahal ini view-nya bagus ke laut," ujarnya.
Sebagai Wakil Ketua MPR, Gus Jazil juga mengajak para praktisi pendidikan yang memiliki keahlian desain tata kota untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran untuk membangun kembali situs bersejarah tersebut. "Kita ingin menguatkan Empat Pilar, tapi masa di tempat ditemukannya pilar besar yang disebut dengan Pancasila, suasana memprihatinkan, gak selesai. Itu artinya kita tidak memberikan penghargaan. Saya miris. Karena itu setelah ini, saya bersama dengan Pak Bupati akan berkampanye untuk merawat situs ini," katanya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini mengatakan, di tempat itu, Bung Karno mencurahkan pikirannya dan memeras otaknya untuk menemukan cara bagaimana menemukan nilai yang dapat mempersatukan Indonesia yang besar dengan berbagai adat istiadat. "Ditemukanlah Pancasila dan terbukti memang Pancasila itulah yang mengikat. Pancasila lahir di sini, di tempat yang sederhana sebenarnya. Hari ini mestinya ditebus dengan satu kemegahan, penghargaan terhadap sejarah," tuturnya.