Survei Populix: Kalangan Menengah Optimistis Hadapi New Normal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Populix melakukan riset tentang optimisme publik dan para pekerja dalam memulai aktivitasnya kembali di era adaptasi kebiasaan baru ( New Normal ). Hasilnya responden dari kalangan menengah adalah masyarakat yang paling optimistis dengan pemberlakukan New Normal di era pandemi Covid-19 .
Sedangkan masyarakat kalangan bawah memandang pesimistis kebijakan tersebut. “Hal ini dapat terjadi karena faktor tingkat kesejahteraan yang masih rendah serta terbatasnya akses layanan kesehatan," kata Chief Operating Officer (COO) Populix Eileen Kamtawijoyo melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (28/7/2020). (Baca juga: Era New Normal, Gubernur Sulsel Agendakan Pemulihan Sektor Pariwisata)
Riset Populix juga mengungkapkan 97% responden mengaku rutin mengenakan masker serta 87% menggunakan hand sanitizer. Kedua benda tersebut telah disadari masyarakat sebagai barang bawaan wajib ketika meninggalkan rumah. (Baca juga: Kang Emil: Pilih Masker atau Lockdown)
"Badan kesehatan dunia menganjurkan setiap orang untuk menggunakan masker karena dinilai ampuh menurunkan potensi penularan COVID-19 hingga 75%," ungkapnya. (Baca juga: Bukan Basa-Basi, 50 Investor Sudah Masuk Kawasan Industri)
Di kalangan pekerja, 88% menyatakan perusahaannya mewajibkan pemakaian masker selama bekerja dan di perjalanan. Hal itu selaras dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan lewat Surat Keputusan (SK) Nomor HK 02.02/II/753/2020 aktivitas perekonomian diizinkan kembali beroperasi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. (Lihat foto: Sekolah di Pinggir Jalan, Keysha Terus Mengejar Cita-Cita)
Namun, dari hasil survei yang dilakukan, masyarakat kalangan bawah lebih jarang memakai masker. Dengan kata lain, perlu ada edukasi kebiasaan baru yang menyasar ke bawah dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah.
Survei tersebut juga mengungkap terdapat 81% perusahaan yang secara ketat melakukan pembatasan jarak fisik. Sementara itu, upaya mengurangi kerumunan juga diatasi lewat mekanisme shift jam kerja yang telah diberlakukan 58%perusahaan. "Temuan lainnya, 43% perusahaan telah membuat skema pengurangan bekerja di kantor," ujarnya.
Selain itu, setelah tiga bulan berlalu sejak kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, Populix juga mengukur perubahan tingkat kekhawatiran masyarakat periode April-Juni dengan skala 1-10. Semakin tinggi skala menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kekhawatiran masyarakat.
Hasilnya, ada penurunan tingkat kekhawatiran pada April, dimana awalnya skala 8,1 menjadi 7,6 di Juni 2020. "Adaptasi kebiasaan baru yang ada di depan mata menjadi skenario baru yang diusung untuk memulihkan perekonomian," tandasnya.
Sedangkan masyarakat kalangan bawah memandang pesimistis kebijakan tersebut. “Hal ini dapat terjadi karena faktor tingkat kesejahteraan yang masih rendah serta terbatasnya akses layanan kesehatan," kata Chief Operating Officer (COO) Populix Eileen Kamtawijoyo melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (28/7/2020). (Baca juga: Era New Normal, Gubernur Sulsel Agendakan Pemulihan Sektor Pariwisata)
Riset Populix juga mengungkapkan 97% responden mengaku rutin mengenakan masker serta 87% menggunakan hand sanitizer. Kedua benda tersebut telah disadari masyarakat sebagai barang bawaan wajib ketika meninggalkan rumah. (Baca juga: Kang Emil: Pilih Masker atau Lockdown)
"Badan kesehatan dunia menganjurkan setiap orang untuk menggunakan masker karena dinilai ampuh menurunkan potensi penularan COVID-19 hingga 75%," ungkapnya. (Baca juga: Bukan Basa-Basi, 50 Investor Sudah Masuk Kawasan Industri)
Di kalangan pekerja, 88% menyatakan perusahaannya mewajibkan pemakaian masker selama bekerja dan di perjalanan. Hal itu selaras dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan lewat Surat Keputusan (SK) Nomor HK 02.02/II/753/2020 aktivitas perekonomian diizinkan kembali beroperasi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. (Lihat foto: Sekolah di Pinggir Jalan, Keysha Terus Mengejar Cita-Cita)
Namun, dari hasil survei yang dilakukan, masyarakat kalangan bawah lebih jarang memakai masker. Dengan kata lain, perlu ada edukasi kebiasaan baru yang menyasar ke bawah dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah.
Survei tersebut juga mengungkap terdapat 81% perusahaan yang secara ketat melakukan pembatasan jarak fisik. Sementara itu, upaya mengurangi kerumunan juga diatasi lewat mekanisme shift jam kerja yang telah diberlakukan 58%perusahaan. "Temuan lainnya, 43% perusahaan telah membuat skema pengurangan bekerja di kantor," ujarnya.
Selain itu, setelah tiga bulan berlalu sejak kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, Populix juga mengukur perubahan tingkat kekhawatiran masyarakat periode April-Juni dengan skala 1-10. Semakin tinggi skala menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kekhawatiran masyarakat.
Hasilnya, ada penurunan tingkat kekhawatiran pada April, dimana awalnya skala 8,1 menjadi 7,6 di Juni 2020. "Adaptasi kebiasaan baru yang ada di depan mata menjadi skenario baru yang diusung untuk memulihkan perekonomian," tandasnya.
(poe)