Bacaan dan Tempat
loading...
A
A
A
Bandung Mawardi
Pedagang buku bekas dan tukang kliping
Orang betah di rumah mungkin memiliki kesenangan atau keterikatan. Di rumah, ia lumrah makan, tidur, menonton televisi, mandi, atau melamun. Rumah menjadi tempat membentuk biografi bersama benda-benda dan suasana. Rumah menjadi album penciptaan makna: jemu atau melaju.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Buku di rumah mungkin benda ikut membetahkan orang: duduk atau berbaring. Buku di tangan, ide dan cerita dalam tatapan mata. Rumah dihuni buku-buku kadang penuh berkah. Pembaca buku berjudul Rumah Kertas (2016) gubahan Maria Dominguez berhak berpikiran ironi. Buku-buku di rumah itu malapetaka dan penghancuran hidup.
Rumah tanpa buku atau sedikit buku menjadi pemicu orang mencari alamat bernama perpustakaan. Di sana, orang menikmati tatanan buku. Mata jelalatan melihat rupa buku-buku. Tangan memegang buku-buku bergantian.
Kebetahan di perpustakaan sulit mewujud saat ditentukan jadwal: buka dan tutup. Peraturan-peraturan di perpustakaan kadang membuat orang salah tingkah dalam membuat keputusan: betah atau bosan. Orang betah di perpustakaan memiliki ketenangan, penasaran, ketakjuban, dan ketabahan.
Neil Gaiman berbagi kenangan: “Saya beruntung. Saya tumbuh dengan perpustakaan daerah yang bagus sekali. Saya punya orang tua yang bisa dibujuk untuk mengantar anaknya ke perpustakaan pada libur sekolah musim panas sebelum mereka berangkat bekerja, serta para pustakawan yang tidak keberatan dengan seorang bocah kecil tanpa pendamping menghampiri rak khusus anak-anak setiap pagi dan sibuk sendiri menelusuri kartu katalog, mencari buku berisi hantu atau sihir atau roket di dalamnya, mencari vampir atau detektif atau penyihir atau keajaiban. Dan begitu selesai membaca rak khusus anak-anak, saya mulai membaca buku-buku orang dewasa.”
baca juga: Nasib Buram Buku Indonesia
Keberuntungan milik sedikit orang. Neil Gaiman tak lahir dan besar di Indonesia. Ia berada di alamat penuh keberuntungan. Perpustakaan ikut menentukan ia menjadi pengarang tenar.
Kenangan terbaca dalam buku kecil dan tipis berjudul Kenapa Masa Depan Kita Bergantung pada Perpustakaan, Membaca, dan Melamun? Buku memuat tulisan-tulisan Neil Gaiman, Julian Baggini, dan Maggie Gram. Kita sedang mendapat cerita dari orang-orang di benua berbeda.
Pedagang buku bekas dan tukang kliping
Orang betah di rumah mungkin memiliki kesenangan atau keterikatan. Di rumah, ia lumrah makan, tidur, menonton televisi, mandi, atau melamun. Rumah menjadi tempat membentuk biografi bersama benda-benda dan suasana. Rumah menjadi album penciptaan makna: jemu atau melaju.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Buku di rumah mungkin benda ikut membetahkan orang: duduk atau berbaring. Buku di tangan, ide dan cerita dalam tatapan mata. Rumah dihuni buku-buku kadang penuh berkah. Pembaca buku berjudul Rumah Kertas (2016) gubahan Maria Dominguez berhak berpikiran ironi. Buku-buku di rumah itu malapetaka dan penghancuran hidup.
Rumah tanpa buku atau sedikit buku menjadi pemicu orang mencari alamat bernama perpustakaan. Di sana, orang menikmati tatanan buku. Mata jelalatan melihat rupa buku-buku. Tangan memegang buku-buku bergantian.
Kebetahan di perpustakaan sulit mewujud saat ditentukan jadwal: buka dan tutup. Peraturan-peraturan di perpustakaan kadang membuat orang salah tingkah dalam membuat keputusan: betah atau bosan. Orang betah di perpustakaan memiliki ketenangan, penasaran, ketakjuban, dan ketabahan.
Neil Gaiman berbagi kenangan: “Saya beruntung. Saya tumbuh dengan perpustakaan daerah yang bagus sekali. Saya punya orang tua yang bisa dibujuk untuk mengantar anaknya ke perpustakaan pada libur sekolah musim panas sebelum mereka berangkat bekerja, serta para pustakawan yang tidak keberatan dengan seorang bocah kecil tanpa pendamping menghampiri rak khusus anak-anak setiap pagi dan sibuk sendiri menelusuri kartu katalog, mencari buku berisi hantu atau sihir atau roket di dalamnya, mencari vampir atau detektif atau penyihir atau keajaiban. Dan begitu selesai membaca rak khusus anak-anak, saya mulai membaca buku-buku orang dewasa.”
baca juga: Nasib Buram Buku Indonesia
Keberuntungan milik sedikit orang. Neil Gaiman tak lahir dan besar di Indonesia. Ia berada di alamat penuh keberuntungan. Perpustakaan ikut menentukan ia menjadi pengarang tenar.
Kenangan terbaca dalam buku kecil dan tipis berjudul Kenapa Masa Depan Kita Bergantung pada Perpustakaan, Membaca, dan Melamun? Buku memuat tulisan-tulisan Neil Gaiman, Julian Baggini, dan Maggie Gram. Kita sedang mendapat cerita dari orang-orang di benua berbeda.