Haji dan Humanisme

Minggu, 09 Juli 2023 - 10:21 WIB
loading...
A A A
Haji merupakan prestasi tersendiri bagi seorang muslim. Meraih haji yang mabrur, memang tidak selalu dihubungkan dengan berapa banyak uang yang dikeluarkan, melainkan ditentukan pula oleh kesiapan diri dan kebesaran jiwa untuk menerima segala bentuk tantangan yang dihadapi.

Menjadi pemandangan yang sering dijumpai, saat seorang tokoh agama tempatan mengisahkan pengalaman dalam menunaikan ibadah haji. Di antara jamaah yang mendengarkan, ada yang berlatarbelakang lansia.

Dari garis wajahnya, samar-samar terlihat, asa yang masih terus diperjuangan. Ia menyimak keterangan pengalaman haji dengan seksama, menandakan ia mempunyai harapan bahwa kelak dirinya akan dapat berangkat haji.

Penggambaran di atas tentu bukanlah menjadi sajian imajiner semata. Hal tersebut adalah realita yang dapat ditengok di pengajian-pengajian kecil maupun besar di sekitar Ibu Kota, bahkan juga di kampung-kampung kecil di wilayah urban. Pongahnya gedung yang semakin meninggi, tidak menggerus niat sebagian umat muslim untuk berhaji.

Jikapun di tahun ini belum berkesempatan berangkat haji, maka mereka akan senantiasa menunggu dengan kesabaran dan senantiasa memperbaiki perangai dan sikap mereka sehari-hari, agar jika tiba masanya, mereka telah menjadi tamu yang layak datang dan bertetirah di Rumah Tuhan.

Melayani Tamu Allah


Dalam sejumlah penggal pemberitaan, haji tahun ini menunjukkan totalitas para panitia haji dalam bekerja. Mereka tidak gentar menerjang teriknya matahari Arab Saudi untuk memberikan pelayanan terbaik pada jamaah haji, khususnya para lansia.

Terlihat beberapa pemandangan yang membuat hati terenyuh, seperti adanya cuplikan para panitia haji yang menggotong jamaah haji lansia untuk berangkat ke suatu tempat yang tentunya berkenaan dengan satu dari mata rantai ritual dalam haji. Jika ritual itu tidak dilakukan oleh seorang jamaah haji, maka berpotensi ibadah hajinya tidak sempurna dari sudut pandang syariat Islam.

Membopong tubuh seorang lansia tentu bukan pekerjaan yang mudah. Kerapkali keletihan segera menyergap tubuh para petugas haji, dikarenakan sebelumnya mereka telah melakukan pekerjaan yang mungkin menguras tenaga dan pemikiran mereka.

Ini bukan hanya sekadar gimik, melainkan adalah realita yang umum ditemukan sepanjang penyelenggaraan haji, bahkan di tahun-tahun sebelumnya. Tentu, ini adalah sesuatu yang perlu diapresiasi, dikarenakan semakin menandakskan profesionalitas para panitia haji yang senantiasa sigap memecahkan segenap masalah, bahkan yang muncul tanpa terduga sebelumnya.

Di samping profesionalisme pelayanan haji, terdapat sisi kemanusiaan yang dapat dituai dari petikan kejadian di atas. Bekerja, dalam perspektif Islam, adalah ladang amal bagi pelakunya. Menuntaskan suatu pekerjaan merupakan suatu prestasi yang layak diapresiasi, terlebih jika aktivitasnya berkenaan dengan kemanusiaan.

Membantu orang yang kesulitan adalah contoh dari laku humanis yang paling sederhana. Melakukannya secara kolektif, adalah suatu penampilan yang menyejukkan dan berpotensi menyebarkan energi positif bagi rekan-rekannya yang lain untuk senantiasa memberikan pelayanan prima bagi para jamaah haji.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1312 seconds (0.1#10.140)