Membaca Kembali Narasi Besar Maestro Tari Gusmiati Suid

Kamis, 06 Juli 2023 - 09:27 WIB
loading...
Membaca Kembali Narasi...
Foto: ANTARA/Pamela Sakina
A A A
PENYUSUNAN buku “Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi”, berangkat dari kepedulian putri bungsu Gusmiati Suid, Yessy Apriati/Eci, terhadap arsip-arsip berupa liputan media massa hingga catatan metode kerja sang ibunda, yang hingga saat ini belum didokumentasikan dengan baik.

baca juga: 7 Tari tradisional Indonesia yang Mendunia

Gusmiati Suid, atau yang kerap disapa dengan panggilan Bu Yet, merupakan seorang maestro tari berdarah Minang, yang lahir pada 16 Agustus 1942, di Parak Juar, Batusangkar.

Sejak belia, Gusmiati berguru tari kepada seorang seniman tari Minangkabau , Huriah Adam. Dari beliau, Gusmiati belajar mengenai tari tradisi Minangkabau.

Mengingat Huriah Adam, peneliti tari Helly Minarti menyebut, adalah seorang koreografer pasca-kolonial Indonesia pertama, yang mengulik kedalaman khasanah tari dan kebudayaan Minangkabau sebagai inspirasi, untuk kemudian ditransformasikan menjadi ekspresi artistik individual.

baca juga: UNS Gelar Wisuda dengan Memadukan Kreasi Koreografi Gerak Tari

Gusmiati juga menggeluti dunia silek, yang diwajibkan untuk dipelajari oleh Mamaknya (paman dari garis Ibu) yang bernama Wahid Sampono Alam. Latar belakang dan kombinasi antara tari dan silek tersebutlah, yang kemudian membentuk diri Gusmiati Suid menjadi seorang koreografer yang kuat dan melekat dengan ruh tradisi.

Pada 1982, Gusmiati mendirikan sanggar Gumarang Sakti di kampung halamannya, Batusangkar, yang kemudian ‘hijrah’ pada 1987, menuju sebuah kota kecil di pinggiran Jakarta, yakni Depok, Jawa Barat. Di Sanggar inilah kemudian yang menjadi laboratorium Gusmiati untuk terus memproduksi karya-karyanya setiap tahun.

baca juga: Mengenal Tari Saman yang Ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya

Sepanjang karirnya, Gusmiati telah melahirkan puluhan karya, dan beberapa di antaranya adalah “Rantak” (1978), “Gandang” (1981), “Limbago” (1987), “Bakaba “Kiat” (1992-1993), “Seruan” (1995), dan “Kabar Burung” (1997).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1591 seconds (0.1#10.140)