FDI, Harapan di Tengah Tantangan Pelemahan Ekonomi Dunia
loading...
A
A
A
Indonesia sebenarnya memiliki daya tarik (attractiveness) tersendiri bagi para investor tatkala dunia tengah menghadapi pelemahan ekonomi. Stabilitas makro ekonomi Indonesia saat ini, salah satu yang terbaik di dunia.
Beberapa negara maju saat ini masih harus berjibaku dengan kenaikan suku bunga akibat menjulangnya inflasi yang melemahkan perekonomian mereka. Sementara, Indonesia tetap resilien di tengah hantaman pelemahan ekonomi global tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2023 tumbuh sebesar 5,03%, melampaui sebagian besar perkiraan analis pasar dan berada di atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang berada pada level 4,5% pada triwulan yang sama.
Selain itu, daya tarik lain yang dimiliki oleh Indonesia dalam menarik investor adalah sisi konsumsi yang masih dominan. Dengan jumlah penduduk yang besar, konsumsi masyarakat merupakan bagian yang paling besar dan dominan di dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga menjadi salah satu pemikat bagi investor.
Kenaikan konsumsi rumah tangga terus menunjukkan penguatan seiring dengan adanya peningkatan mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, serta terkendalinya inflasi. Kinerja positif ekonomi Indonesia juga berdampak baik pada perkembangan kinerja industri pengolahan di Indonesia.
Kinerja industri pengolahan yang tumbuh masif tercermin dari nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023. Data Kemenperin RI (2022) mencatat bahwa deks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023 mencapai 53,93 meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak IKI dirilis November 2022.
Selain karena faktor Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan struktur demografi muda dan berlimpah sumber daya alam, hal itu juga karena faktor pembangunan fisik atau infrastruktur yang masif. Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade terakhir, Indonesia telah berhasil membangun 1.540 kilometer jalan tol, 29 bandara, dan 9 konstruksi yang ditargetkan selesai tahun 2023.
Selain itu, pemerintah telah menyelesaikan 12 bendungan dan sedang membangun 27 bendungan baru yang ditargetkan selesai pada 2024. Selain itu, saat ini pemerintah juga masih terus mendorong akselerasi pembangunan di berbagai desa untuk menopang aktivitas ekonomi masyarakat di seluruh penjuru Nusantara.
Mendorong Perbaikan Kualitas Investasi di Indonesia
Persaingan yang semakin ketat di antara negara-negara di dunia untuk menarik FDI mendorong setiap negara, termasuk Indonesia, untuk lebih meningkatkan iklim investasi melalui policy framework yang lebih komprehensif. Data Bank Dunia (2020). Mencatat bahwa Peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia sejatinya telah mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir yakni dari posisi 120 (2015) menjadi 73 (2020) dari 190 negara di dunia.
Akan tetapi, sejak tahun 2018-2020 peringkat Indonesia tersebut tidak mengalami perubahan berada di peringkat 73. Ada beberapa indikator yang menyebabkan EoDB Indonesia belum optimal, di mana seluruhnya berkaitan dengan perizinan, hukum, dan perpajakan. Misalnya pada indikator untuk memulai bisnis, Indonesia masih berada di peringkat 140.
Beberapa negara maju saat ini masih harus berjibaku dengan kenaikan suku bunga akibat menjulangnya inflasi yang melemahkan perekonomian mereka. Sementara, Indonesia tetap resilien di tengah hantaman pelemahan ekonomi global tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2023 tumbuh sebesar 5,03%, melampaui sebagian besar perkiraan analis pasar dan berada di atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang berada pada level 4,5% pada triwulan yang sama.
Selain itu, daya tarik lain yang dimiliki oleh Indonesia dalam menarik investor adalah sisi konsumsi yang masih dominan. Dengan jumlah penduduk yang besar, konsumsi masyarakat merupakan bagian yang paling besar dan dominan di dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga menjadi salah satu pemikat bagi investor.
Kenaikan konsumsi rumah tangga terus menunjukkan penguatan seiring dengan adanya peningkatan mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, serta terkendalinya inflasi. Kinerja positif ekonomi Indonesia juga berdampak baik pada perkembangan kinerja industri pengolahan di Indonesia.
Kinerja industri pengolahan yang tumbuh masif tercermin dari nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023. Data Kemenperin RI (2022) mencatat bahwa deks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023 mencapai 53,93 meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak IKI dirilis November 2022.
Selain karena faktor Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan struktur demografi muda dan berlimpah sumber daya alam, hal itu juga karena faktor pembangunan fisik atau infrastruktur yang masif. Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade terakhir, Indonesia telah berhasil membangun 1.540 kilometer jalan tol, 29 bandara, dan 9 konstruksi yang ditargetkan selesai tahun 2023.
Selain itu, pemerintah telah menyelesaikan 12 bendungan dan sedang membangun 27 bendungan baru yang ditargetkan selesai pada 2024. Selain itu, saat ini pemerintah juga masih terus mendorong akselerasi pembangunan di berbagai desa untuk menopang aktivitas ekonomi masyarakat di seluruh penjuru Nusantara.
Mendorong Perbaikan Kualitas Investasi di Indonesia
Persaingan yang semakin ketat di antara negara-negara di dunia untuk menarik FDI mendorong setiap negara, termasuk Indonesia, untuk lebih meningkatkan iklim investasi melalui policy framework yang lebih komprehensif. Data Bank Dunia (2020). Mencatat bahwa Peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia sejatinya telah mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir yakni dari posisi 120 (2015) menjadi 73 (2020) dari 190 negara di dunia.
Akan tetapi, sejak tahun 2018-2020 peringkat Indonesia tersebut tidak mengalami perubahan berada di peringkat 73. Ada beberapa indikator yang menyebabkan EoDB Indonesia belum optimal, di mana seluruhnya berkaitan dengan perizinan, hukum, dan perpajakan. Misalnya pada indikator untuk memulai bisnis, Indonesia masih berada di peringkat 140.