4 Pendapat soal Kurban Hewan Iduladha, Denny JA: Biarkan Pandangan Itu Hidup

Kamis, 29 Juni 2023 - 17:02 WIB
loading...
A A A
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini berpendapat sikap MUI yang menyatakan kurban hewan tak bisa diganti uang harus dihormati. Lalu, sikap Muhammadiyah yang menyatakan untuk situasi khusus kurban hewan dapat diganti uang juga harus dihormati.

Sementara, sikap seperti Ali Muttaqi yang berdasarkan tafsir atas ayat Al-Qur'an meyakini kurban hewan perlu ditafsir ulang pun menjadi hak pemeluk agama menafsir agamanya sendiri.

Meski begitu, kata dia, sikap Ali Muttaqi lebih radikal ketimbang sikap Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah menyatakan kurban hewan dapat diganti uang sedekah hanya untuk kondisi tertentu, Muttaqi menyebut kurban hewan dapat diganti untuk semua kondisi karena zaman berubah.

“Biarkan tiga pandangan itu hidup. Bebaskan publik memilih yang mana yang mereka ingin ikuti,” paparnya.

Masih kata dia, untuk sikap keempat terkait pemotongan hewan di jalan atau di area publik yang tidak higienis apalagi tak dilakukan oleh profesional, pemerintah perlu melakukan penertiban. Alasan penertibannya bukan tafsir agama, namun semata untuk kepentingan kesehatan publik.

Dia melanjutkan pemerintah memang sebaiknya tidak usah ikut campur dalam perbedaan tafsir agama selama tak ada yang melanggar hukum kriminal. Pasalnya, setelah Nabi wafat yang tersisa hanya para penafsir yang sehebat apa pun tingkat keulamaan, kependetaan, dan kecendikiaannya, mereka bukanlah Nabi. Sehingga, perbedaan tafsir tak bisa terhindarkan.

Denny JA menjelaskan kisah Ibrahim bahkan terjadi perbedaan fakta keras. Awalnya, kisah tersebut tertulis dalam Torah dan Perjanjian lama, di mana mereka meyakini putra yang akan dikurbankan Ibrahim bernama Ishak.

Namun, Al-Qur'an datang 600 tahun kemudian. Melalui proses waktu, di kalangan Islam meyakini fakta yang berbeda bahwa yang dikurbankan bernama Ismail.

“Kini penganut dua agama terbesar, Kristen dan Islam, meyakini fakta yang berbeda untuk peristiwa yang sama. Ishak versus Ismail. Secara fakta, mustahil dua-duanya benar. Pastilah ada keyakinan yang salah di antara dua keyakinan besar itu. Jika tak Ishak, pasti Ismail. Tak mungkin dua-duanya benar,” terang Denny JA.

Namun, kata Denny JA, terlepas dari kisah manapun yang salah, kita menyaksikan bahwa keyakinan atas fakta yang salah itu bertahan ribuan tahun dan dipeluk oleh lebih dari satu miliar manusia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2015 seconds (0.1#10.140)