Gagasan Spiritualitas Denny JA soal Jembatan Antaraagama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada yang unik dalam diskusi buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google (2023) yang berlangsung di Perpustakaan Soeman HS, Kota Pekan Baru, Selasa 20 Juni 2023.
Pasalnya, satu bab buku itu diekspresikan melalui aksi teater. Konsep Tiga Berlian Biru dari Denny JA dipentaskan dengan tarian, mikro-drama, dan puisi.
Dua orang penari dari Line Dance Studio meliuk-liukkan tubuhnya menggambarkan gelombang laut. Gerakan tari itu memperlihatkan kedalaman samudera. Itulah tempat harta karun spiritual berada.
Tiga orang lainnya masuk ke dalam formasi. Masing-masing memainkan lakon dari konsep Tiga Berlian Biru yang muncul dari samudera soiritualitas yaitu virtue, power of giving, dan the oneness. Selama tarian berlangsung, seorang narator membacakan puisi berjudul Tiga Berlian Biru karya R Hariyani Susanti.
Selain itu, acara diskusi buku ini juga dimeriahkan oleh Tarian Melayu dari tiga mahasiswi UIN Suska, Riau, dan penampilan lagu dengan iringan gitar akustik oleh dua orang peserta
Diskusi yang dihadiri para pegiat literasi, mahasiswa, dan pengunjung perpustakaan ini menampilkan narasumber Ahmad Gaus selaku penulis buku dan R Hariyani Susanti, Dosen Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau.
Diwarnai beragam tanggapan, diskusi itu mengerucut pada kesimpulan bahwa era Google ditandai dengan informasi yang melimpah. Sumber-sumber pengetahuan dapat dilacak dengan mudah. Begitu juga hasil-hasil riset terbaru. Semua tersuguh di hadapan publik.
Denny JA menawarkan gagasan spiritualitas baru yang digali dari nilai-nilai universal setiap agama dan kepercayaan. Sumbangan terpentingnya ialah menjembatani berbagai agama sehingga bertemu di satu titik. Yakni, spirituality of happiness yang di tangan dia sepenuhnya menjadi narasi ilmu pengetahuan.
Hariyani membahas bab mengenai samudera spiritualitas. Ia juga secara khusus menulis puisi berjudul Tiga Berlian Biru yang diambil dari rumusan Denny JA mengenai spiritualitas baru abad 21.
Tiga Berlian Biru terdiri dari berlian biru kebajikan (virtue), berlian biru kekuatan derma (power of giving), dan berlian biru kesatuan manusia dengan manusia lain, lingkungan hidup dan misteri alam semesta (the oneness).
Menurut Hariyani, riset-riset ilmu pengetahuan mutakhir telah membuktikan bahwa kebajikan berhubungan erat dengan kebahagiaan dan hidup bermakna. Begitu pula power of giving, hidup yang bersedekah, berderma, membuat hidup lebih bahagia dan bermakna.
Riset juga membuktikan bahwa perasaan bersatu (the oneness) dengan lingkungan juga membuat hidup bahagia dan bermakna. Apapun agama dan keyakinan yang dipeluk oleh seseorang, lanjut Hariyani, selama ia mampu menemukan dan mempraktikkan “tiga berlian biru” di atas maka ia akan menemukan makna hidupnya dan mencapai kebahagiaan.
Selama ribuan tahun manusia memeluk agama berbeda-beda dan satu sama lain saling terpisah. Bahkan masing-masing membangun tembok yang tinggi sehingga tidak saling bertemu.
“Pemikiran spiritualitas baru Denny JA meruntuhkan tembok-tembok pemisah tersebut. Ia menjembatani berbagai agama untuk bertemu di satu titik. Yakni, spirituality of happiness, seperti konsep tiga berlian biru, yang terdapat di semua agama,” ujar Hariyani.
Menurutnya, itulah yang tersirat dari buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google (2023). Gagasan ini, lanjutnya, hadir di saat yang tepat.
"Ini adalah reformasi keagamaan model baru yang didasarkan pada sains dan riset kuantitatif," ucapnya.
Senada, Ahmad Gaus sebagai penulis buku menyambut baik gagasan Denny JA mengenai perlunya manusia modern (homo sapiens) menemukan makna hidup dan kebahagiaan sejati dengan bantuan sains. Gaus menjelaskan gagasan spiritualitas baru abad 21 yang ditawarkan oleh Denny JA sebagai kesimpulan dari berbagai riset kuantitatif.
“Riset empirik menjadi kata kunci spiritualitas baru ini. Disebut juga spiritualitas gelombang ketiga.
"Spiritualitas gelombang pertama ialah narasi mitologi. Spiritualitas gelombang kedua ialah narasi wahyu. Spiritualitas gelombang ketiga ini sepenuhnya narasi sains. Itulah yang dikembangkan oleh Denny JA,” sambung Gaus.
Gaus menjelaskan formula 3P + 2S yang menjadi rumusan spiitualitas baru Denny JA, yaitu Personal Relationship, Positivity, dan Passion. Sedangkan 2S adalah Small Winning dan Spirituality.
"Rumusan ini melengkapi konsep Tiga Berlian Biru yang dijelaskan oleh pembicara sebelumnya," paparnya.
Di bagian akhir Gaus menegaskan bahwa gagasan spiritualitas baru Denny JA berbeda dengan spiritualitas gerakan New Age yang berkembang pesat dalam 30 tahun terakhir ini, termasuk di Indonesia.
Ciri khas spiritualitas gerakan New Age ialah skeptis terhadap sains dan agama. Sedangkan konsep spiritualitas baru Denny JA mengakomodasi agama.
“Dengan konsep spiritualitas yang berbasis pada riset keilmuan, Denny JA meletakkan agama pada posisi yang sangat terhormat. Bahkan spiritualitas baru yang digagasnya dapat memperkuat agama,” tandas Gaus.
Pasalnya, satu bab buku itu diekspresikan melalui aksi teater. Konsep Tiga Berlian Biru dari Denny JA dipentaskan dengan tarian, mikro-drama, dan puisi.
Dua orang penari dari Line Dance Studio meliuk-liukkan tubuhnya menggambarkan gelombang laut. Gerakan tari itu memperlihatkan kedalaman samudera. Itulah tempat harta karun spiritual berada.
Tiga orang lainnya masuk ke dalam formasi. Masing-masing memainkan lakon dari konsep Tiga Berlian Biru yang muncul dari samudera soiritualitas yaitu virtue, power of giving, dan the oneness. Selama tarian berlangsung, seorang narator membacakan puisi berjudul Tiga Berlian Biru karya R Hariyani Susanti.
Selain itu, acara diskusi buku ini juga dimeriahkan oleh Tarian Melayu dari tiga mahasiswi UIN Suska, Riau, dan penampilan lagu dengan iringan gitar akustik oleh dua orang peserta
Diskusi yang dihadiri para pegiat literasi, mahasiswa, dan pengunjung perpustakaan ini menampilkan narasumber Ahmad Gaus selaku penulis buku dan R Hariyani Susanti, Dosen Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau.
Diwarnai beragam tanggapan, diskusi itu mengerucut pada kesimpulan bahwa era Google ditandai dengan informasi yang melimpah. Sumber-sumber pengetahuan dapat dilacak dengan mudah. Begitu juga hasil-hasil riset terbaru. Semua tersuguh di hadapan publik.
Denny JA menawarkan gagasan spiritualitas baru yang digali dari nilai-nilai universal setiap agama dan kepercayaan. Sumbangan terpentingnya ialah menjembatani berbagai agama sehingga bertemu di satu titik. Yakni, spirituality of happiness yang di tangan dia sepenuhnya menjadi narasi ilmu pengetahuan.
Hariyani membahas bab mengenai samudera spiritualitas. Ia juga secara khusus menulis puisi berjudul Tiga Berlian Biru yang diambil dari rumusan Denny JA mengenai spiritualitas baru abad 21.
Tiga Berlian Biru terdiri dari berlian biru kebajikan (virtue), berlian biru kekuatan derma (power of giving), dan berlian biru kesatuan manusia dengan manusia lain, lingkungan hidup dan misteri alam semesta (the oneness).
Menurut Hariyani, riset-riset ilmu pengetahuan mutakhir telah membuktikan bahwa kebajikan berhubungan erat dengan kebahagiaan dan hidup bermakna. Begitu pula power of giving, hidup yang bersedekah, berderma, membuat hidup lebih bahagia dan bermakna.
Riset juga membuktikan bahwa perasaan bersatu (the oneness) dengan lingkungan juga membuat hidup bahagia dan bermakna. Apapun agama dan keyakinan yang dipeluk oleh seseorang, lanjut Hariyani, selama ia mampu menemukan dan mempraktikkan “tiga berlian biru” di atas maka ia akan menemukan makna hidupnya dan mencapai kebahagiaan.
Selama ribuan tahun manusia memeluk agama berbeda-beda dan satu sama lain saling terpisah. Bahkan masing-masing membangun tembok yang tinggi sehingga tidak saling bertemu.
“Pemikiran spiritualitas baru Denny JA meruntuhkan tembok-tembok pemisah tersebut. Ia menjembatani berbagai agama untuk bertemu di satu titik. Yakni, spirituality of happiness, seperti konsep tiga berlian biru, yang terdapat di semua agama,” ujar Hariyani.
Menurutnya, itulah yang tersirat dari buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google (2023). Gagasan ini, lanjutnya, hadir di saat yang tepat.
"Ini adalah reformasi keagamaan model baru yang didasarkan pada sains dan riset kuantitatif," ucapnya.
Senada, Ahmad Gaus sebagai penulis buku menyambut baik gagasan Denny JA mengenai perlunya manusia modern (homo sapiens) menemukan makna hidup dan kebahagiaan sejati dengan bantuan sains. Gaus menjelaskan gagasan spiritualitas baru abad 21 yang ditawarkan oleh Denny JA sebagai kesimpulan dari berbagai riset kuantitatif.
“Riset empirik menjadi kata kunci spiritualitas baru ini. Disebut juga spiritualitas gelombang ketiga.
"Spiritualitas gelombang pertama ialah narasi mitologi. Spiritualitas gelombang kedua ialah narasi wahyu. Spiritualitas gelombang ketiga ini sepenuhnya narasi sains. Itulah yang dikembangkan oleh Denny JA,” sambung Gaus.
Gaus menjelaskan formula 3P + 2S yang menjadi rumusan spiitualitas baru Denny JA, yaitu Personal Relationship, Positivity, dan Passion. Sedangkan 2S adalah Small Winning dan Spirituality.
"Rumusan ini melengkapi konsep Tiga Berlian Biru yang dijelaskan oleh pembicara sebelumnya," paparnya.
Di bagian akhir Gaus menegaskan bahwa gagasan spiritualitas baru Denny JA berbeda dengan spiritualitas gerakan New Age yang berkembang pesat dalam 30 tahun terakhir ini, termasuk di Indonesia.
Ciri khas spiritualitas gerakan New Age ialah skeptis terhadap sains dan agama. Sedangkan konsep spiritualitas baru Denny JA mengakomodasi agama.
“Dengan konsep spiritualitas yang berbasis pada riset keilmuan, Denny JA meletakkan agama pada posisi yang sangat terhormat. Bahkan spiritualitas baru yang digagasnya dapat memperkuat agama,” tandas Gaus.
(kri)